"Udah siap?" Tanya Rangga untuk ke tiga kalinya dalam satu jam terkahir.
"Iya" jawab Beauty dengan anggukan mantap.
"Yakin? Gak bakal balik ke kamar buat ambil tisu, lipstik, atau dompet kan?" Tanya Rangga sedikit geli.
"Is apasih. Aku kan gitu karena aku grogi, kak" ucap Beauty sambil memukul lengan Rangga pelan.
"Iya iya. Paham yang grogi mau ketemu camer" ucap Rangga blak-blakan.
"Ih kak Rangga! Males ah" ucap Beauty kesal. Padahal ucapan asal Rangga itu benar adanya.
"Ih, tuan putri jadi ambekan. Maaf ya. Udah ayo pergi" ucap Rangga sambil mengambil tangan kanan Beauty untuk digenggam. Selanjutnya menarik pelan tangan itu untuk diajak masuk ke dalam mobilnya.
Untuk melakukan perjalanan ke rumah orang tuanya.
🐻
"Bentar lagi kita sampek" ucap Rangga saat mobil yang dikendarainya mulai memasuki daerah perumahan orang tuanya.
Beauty masih diam. Selama perjalanan tadipun dia hanya diam. Meremas kedua tangannya dalam kebimbangan.
"Orang tua kamu, bakal suka gak ya sama aku?" Tanya Beauty lebih pada ke diri sendiri.
Rangga itu sempurna. Baik fisik maupun otak. Sedangkan dia? Sudah fisik biasa saja otaknya pun pas-pasan. Malah cenderung kurang cemerlang.
Lalu berani sekali dia menjadi kekasih Rangga? Apa orang tuanya nanti akan terima? Atau terang-terangan menolak Beauty lalu akan menghina dan mengusirnya di pertemuan pertama seperti cerita-cerita yang sering ia baca?
Oke, sepertinya yang terakhir berlebihan.
"Sukalah. Aku aja suka. Banget malah"
"Kak.. aku lagi serius ih" rengek Beauty.
"Kita masih sekolah, By. Nanti aja aku seriusin kalo aku udah sukses. Oke?" Rangga mengedipkan sebelah matanya.
"Astafirullah! Dasar bucin!"
"Bucin kesayangan kamu kan, sayang" Rangga mengelus pelan rambut Beauty.
"Mereka pasti suka kamu. Kamu baik banget kaya kak Cantika. Mereka pasti bakal ngerasa anak perempuannya balik pas kenal kamu nanti" ucap Rangga sambil tersenyum meyakinkan Beauty.
"Just be your self. Dan mereka bakal suka sama kamu apa adanya" Beauty menganggukan kepalanya mengerti.
Ya, cukup menjadi diri sendiri. Dan Beauty mencoba yakin orang tua Rangga akan menyukainya. Seperti yang diyakini pria itu.
"Akhirnya sampek" ucap Rangga sesaat setelah mematikan mesin mobilnya.
Beauty sendiri baru tersadar kalau mobil yang mereka tumpangi ternyata baru saja memasuki sebuah rumah mewah dengan halaman yang cukup lebar dengan banyak tanaman hijau di sekelilingnya. Benar-benar asri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty [End-Proses Revisi]
Teen FictionOrang bilang cantik itu bukan segalanya. Padahal nyatanya, tanpa kecantikan, wanita tidak ada harganya. *** Beauty Cantika, gadis sederhana berwajah biasa. Namanya tak mencerminkan dirinya. Dia tidak jelek. Hanya saja lemak-lemak yang ada di tubuhny...