13.Patah

1K 100 2
                                    

"Ada masanya, hatimu terluka karena dia. Orang yang kau cinta"

💐💐💐

"Ngapain kalian disini?" tanya Rangga saat Beauty, Tiara, dan Mike sudah berada di kamarnya.

"Jenguk lo lah. Katanya lo sakit. Sakit apa bro?" ucap Mike menjawab pertanyaan Rangga.

"Gue gak papa. Cuma demam. Udah sembuh juga" tanpa sadar Beauty menghembuskan napas lega mendengar jawaban Rangga.

Dia pun mulai berjalan mendekat ke arah Rangga. Lalu tangannya terulur ke arah Rangga. Telapak tangannya memegang kening Rangga, dan syukurlah memang sudah tidak panas.

"Apaan sih lo!" Rangga menepis tangan Beauty setelah sadar akan tindakan Beauty.

Tidak boleh. Beauty tidak boleh terlalu dekat dengannya atau dia akan terkena sial. Seperti kakaknya dulu.

"Gak usah nepis juga kali! Pake bentak segala" Tiara berseru emosi.

Rasanya, sangat tidak pantas bila Rangga bersikap buruk pada Beauty. Karena, Tiara tahu sudah tahu, sejauh mana lelaki ini menyakiti hati Beauty.

"Gak papa Ra. Gue gak papa juga kok. Lagian kak Rangga kan baru sembuh, jangan digalakin gitu dong" ucap Beauty sambil tersenyum kecil.

Walaupun dia sedikit terkejut dengan tepisan Rangga. Tapi itu tak jadi masalah untuknya. Yang terpenting, Rangga sudah baik-baik saja.

Toh, memangnya kapan Rangga bersikap manis padanya?

"Aku minta maaf ya kak. Kalo aja semalem kakak gak balik, pasti kakak gak bakal kehujanan dan sakit kaya gini. Maaf ya" lirih Beauty sendu.

"Oh ya, aku mau balikin ini juga. Udah aku cuci kok" Beauty menyerahkan jaket Rangga pada pemiliknya.

"Jadi kemaren kalian pulang bareng? Wow, gercep ya Ga" Mike menepuk pundak Rangga sambil tersenyum penuh arti.

Jujur saja, Mike suka jika Rangga bisa menerima Beauty. Beauty gadis yang baik, sangat baik.

Selain itu, Beauty juga sangat sabar. Sangat cocok dengan Rangga yang memiliki tempramen tidak stabil.

"Apasih lo? Itu gak sengaja" kilah Rangga ketus.

"Kakak udah minum obat" tanpa peduli sikap Rangga yang jelas-jelas tak mengharapkan kehadirannya. Beauty malah bertanya dengan nada perhatian. Dan kekhawatiran terlihat jelas dari matanya.

"Gak usah sok perhatian" Rangga bahkan tak menatap Beauty saat mengatakannya.

Dia muak. Dia muak bersikap membenci Beauty. Karena sejujurnya, jauh dilubuk hatinya, dia menyukai kehadiran Beauty disekelilingnya.

Bukan. Bukan karena Rangga juga menyukai Beauty. Tapi, karena Beauty seperti sosok Cantika dalam orang yang berbeda.

"Lo bisa ngehargain orang gak sih, kak? Kalo bukan Beauty yang maksa, gue sama Kak Mike gak bakalan kesini. Seenggaknya, jangan ketus gitulah" ucap Tiara kesal.

"Gue gak minta kalian kesini" Rangga menjawab datar.

"Udahlah Ti, kita pulang aja. Toh, dia juga gak suka ada kita disini" Beauty menggeleng pelan mendengar ucapan Tiara.

Beauty [End-Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang