18.Taman

1K 84 1
                                    

"Bulan akan tetap bersinar tanpa bintang. Dan aku, akan tetap mencintaimu tanpa alasan"

🍀🍀🍀

Beauty menatap sekelilingnya sambil tersenyum kecil. Langkah kakinya mulai melangkah ke sebuah bangku yang akan selalu diingatnya.

Saat ini, Beauty sedang berada di taman. Taman tempatnya bertemu untuk kali pertama dengan Rangga.

Entah mengapa dia kesini. Diapun tak sadar tiba-tiba langkah kakinya menuntunnya kemari.

Tadi, tepat beberapa menit sebelum bel pulang sekolah, Beauty mendapat telepon dari abangnya, Dewa. Kalau Beauty sebaiknya jangan pulang dulu.

Karena papahnya, Dewo, tiba-tiba saja datang kerumah mereka. Mendatangi Anita tanpa rasa bersalah. Padahal hal itu dapat menimbulkan masalah besar.

Anita yang masih menganggap dirinya masih seorang 'istri' tentu saja senang melihat kehadiran Dewo. Melihat suaminya pulang ke rumahmya. Rumah mereka.

Padahal, kenyataannya mereka sudah berpisah. Dewo malah sudah menikah dengan Amira, adik kandung Anita.

Belum lagi, bagaimana reaksi mamahnya jika setelah hari ini Dewo tak datang lagi? Bahkan setelah bertahun-tahun Dewo tak mendatanginya saja Anita terus bertanya kapan suaminya pulang. Terus menunggu dan meyakini bahwa Dewo akan pulang. Lalu bagaimana setelah ini? Beauty bahkan tak berani membayangkannya.

"Kenapa papah jahat banget sih? Aku benci papah" gumam Beauty pelan.

Saat ini dia sudah duduk disalah satu bangku taman. Bangku tempatnya pertama kali dia bertemu dengan Rangga.

Beauty menatap tempat kosong disebelahnya sambil mengingat pertemuan pertamanya dengan Rangga. Pertemuan yang sangat berkesan tapi tak pernah diingat Rangga.

Padahal, setelah pulang dari taman ini. Beauty terus memikirkan Rangga setiap hari.

"Kakekku juga baru aja meninggal kak. Sama kaya kakaknya kakak" Beauty menunduk sedih. Dia kembali msngingat kakeknya yang sangat ia sayangi.

"Tuhkan, jangan nangis lagi dong. Gak boleh nangis" Rangga kembali memperingati Beauty.

Membuat Beauty mendongakan kepalanya lalu menatap Rangga sambil tersenyum canggung.

"Maaf kak. Aku lupa hehe. Abis aku emang lagi sedih sih" ucap Beauty.

"Papah pergi sama tanteku. Kata abang, papah udah gak sayang lagi sama kami. Kakek udah pergi. Mamah juga lagi sakit. Sedangkan abang sibuk kerja. Semuanya ninggalin aku" lanjut Beauty kemudian.

"Kan ada kakak" ucap Rangga sambil tersenyum kecil. Dia tentu saja mengerti dengan ucapan Beauty. Keluarga gadis ini sedang mengalami masalah besar.

Entah mengapa, gadis didepannya ini benar-benar mirip dengan Cantika. Bukan, bukan wajah atau bentuk fisiknya. Tapi, sifatnya. Cara bicaranya. Pemikirannya. Dia benar-benar mengingatkan Rangga dengan kakaknya, Cantika. Mungkin karena hal itulah Rangga merasa simpati padanya.

"Kakak mau nemenin aku?" Tanya Beauty.

Rangga menganggukan kepalanya pelan "tapi kamu gak boleh sedih lagi. Oke?" Tanya Rangga pada Beauty.

Beauty tentu saja langsung mengangguk setuju. Akhirnya dia tidak sendiri lagi. Akhirnya ada yang peduli padanya.

"Oke!" Jawab Beauty semangat.

"Kenapa kakak mau nemenin aku?" Tanya Beauty kemudian.

Beauty heran, mengapa Rangga begitu baik padanya? Mereka bahkan baru bertemu.

"Gak ada alasan khusus. Kamu ngingetin kakak sama kakaknya kakak. Udah itu aja" Rangga menjawab jujur.

Beauty mengangguk paham. Tapi, ada yang aneh disini. Kenapa dia merasakan hatinya seperti tercubit?

Mengapa dia tidak senang mengetahui fakta bahwa Rangga mendekatinya hanya karena dia mirip dengan kakak perempuannya? Kenapa Beauty ingin Rangga dekat dengannya memang karena dirinya? Kenapa Beauty tiba-tiba ingin membuat Rangga suka padanya? Kenapa? Ada apa dengan dirinya?

Suara lembut Shawn Mendes dalam lagu Memories membuyarkan lamunan Beauty akan masa lalunya. Suara itu berasal dari ponselnya. Dia lantas mengambil ponsel yang berada disakunya. Ternyata ada panggilan telepon dari abangnya, Dewa.

"Halo? Kenapa bang? Udah kelar masalahnya?" Tanya Beauty setelah menempelkan ponsel didekat telinganya.

"Belum dek. Adek ini lagi dimana?" Jawab Dewo disambungan telepon.

"Ditaman deket adek sering main dulu. Adek pulang aja ya? Adek mau bantuin abang"

"Gak usah. Serahin semuanya sama abang. Adek jangan lupa makan. Tunggu disitu aja nanti abang jemput, oke?"

"Oke"

"Yaudah abang tutup ya dek. Assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Beauty menatap sedih layar ponselnya. Dia sedih membayangkan Dewa yang terus-terusan mengurus segala masalah dalam keluarga mereka.

Mengurus mamahnya yang depresi ditinggal papahnya. Mengurus Beauty yang saat itu masih belia. Mengurus perusahaan demi kelangsungan hidup mereka.

Sedangkan Beauty hanya diam tanpa melakukan apa-apa. Tentu saja, saat ini Beauty ingin pulang dan membantu Dewa menyelesaikan masalah dengan papahnya.

Menanyakan apa maksud pria itu mendatangi mamahnya. Lalu memikirkan langkah selanjutnya yang harus dilakukan untuk kebaikan mamahnya.

Tapi, Beauty tak berani menentang perintah abangnya. Pria itulah yang selalu memperhatikannya walaupun dia juga sangat sibuk bekerja.

Beauty tak mau mengecewakan Dewa dengan menentangnya. Lagipula, Beauty percaya pada abangnya. Dewa pasti bisa mengatasinya. Pasti.

"Beauty?" Beauty menolehkan kepalanya saat mendengar suara itu. Suara yang sepertinya ia kenali.

"Kak...Rangga?" Tentu saja, kalau tidak bagaimana cerita ini akan menarik.

 
🍀🍀🍀

  
Pendek? Iya emang pendek😂 cuma 700k words doang wkwk
Itu juga mikirnya lama banget😁
Insyaallah part depan bakal panjang kok😍

Jangan lupa tekan bintang dan tinggalkan komentar kalian ya sayangcuu💕

Update hampir tengah malem ya? Iya soalnya idenya ngalir kalo jam segini😂

Salam sayng, Pacar Niall Horan💕😋

Beauty [End-Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang