"Jadi, kakak sebenarnya gak ke kamar waktu itu?"
"Gue sembunyi di balik pintu waktu itu. Gue denger semuanya walaupun gak terlalu mengerti" Rangga menghembuskan napas lelah.
Jelas sekali dari wajahnya kalau dia masih merasa bersalah. Padahal, kejadian itu sudah terjadi beberapa tahun lalu. Dan itu buka kesalahannya.
Wajah Rangga merah, menahan emosi yang tiba-tiba muncul. Udara terasa panas, padahal saat ini dia sedang duduk di bawah pohon rindang.
Setiap mengingat Cantika, rasanya dia sangat menyesal lahir ke dunia ini. Rasanya percuma, lahir dan disayangi namun menjadi beban bagi orang lain. Bahkan Cantika bukan orang lain. Cantika kakaknya! Kakak kesayangannya!
"Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?" Tanya Beauty pelan.
Dia tahu, pasti sulit bagi Rangga untuk menceritakannya. Karena yang ia ceritakan, bukan hal yang baik. Bahkan, mungkin ini adalah hal terburuk yang pernah Rangga alami.
"Kak Tika jauhin gue. Dia bilang, kalo gue deket dia, mamah sama papa gak bakal sayang lagi sama dia. Lo tau; ternyata papa larang dia deketin gue. Karena papa gak mau dia nyakitin gue setelah tau kalau dia bukan anak papa. Padahal, gue malah tersakiti saat kak Tika gak mau main sama gue" jelas Rangga.
Napas Rangga memburu karena emosi dan penyesalan. Bahkan tanpa sadar, air matanya mulai jatuh saat mengingat kepingan kisah selanjutnya.
"Jadi kalian gak dekat lagi setelah kejadian itu?" Tanya Beauty, yang langsung di jawab Rangga dengan gelengan pelan.
"Gue selalu ngedeket. Tapi dia selalu marah, karena dia masih mau dapet perhatian papa. Dan dia gak bakal dapet itu kalo deket sama gue. Dan lo tau akhirnya? Lo tau kenapa kak Tika akhirnya gak ada?"
"Dia di tabrak mobil sewaktu lari dari rumah sehabis di marahi papa. Lo tau kenapa dia dimarahi? Karena gue. Karena gue yang selalu nangis setiap dia nolak ajakan gue buat main. Papa ngira dia jahatin gue karena dia dendam, padahal gak. Semuanya salah gue. Sedari gue lahir, gue emang udah bawa sial buat kak Tika. Dan gue gak mungkin mengulang hal yang sama lagi, Beauty"
"Maksud kakak?" Tanya Beauty bingung.
"Lo tau, gue udah jadi pembawa sial sedari lahir. Dan itu udah memakan korban. Dan lo masih mau deket-deket sama gue? Jangan, Ti. Gue gak mau lo ikutan sial kaya kak Tika. Gue gak mau lo menderita" ucap Rangga tulus.
"Sial? Kak itu semua udah takdir. Kakak bukan pembawa sial. Sama sekali bukan. Dan aku? Takdirku beda sama kak Cantika. Aku gak bakal ngalamin nasib seburuk itu kalo deket kakak. Buktinya, aku baik-baik aja kan? See, kak Rangga bukan pembawa sial. Sama sekali bukan" tegas Beauty.
Dia sama sekali tak menyangka, ternyata inilah alasan Rangga yang bersikap labil terhadapnya. Sedari awal, sewaktu Rangga bersikap kasar padanya, Beauty yakin, itu bukan Rangga. Dilihat dari sisi manapun, Rangga itu adalah orang baik.
Dan memang benar, Rangga bukan hanya baik. Tapi, benar-benar baik. Dia bahkan rela bersifat semena-mena pada Beauty demi melindungi gadis itu dari kesialan. Kesialan yang ia bawa.
Rangga rela Beauty beranggapan buruk tentangnya dengan sikap buruknya. Padahal dibalik sikap buruk itu, Rangga berniat baik. Dia tidak ingin mencelakai Beauty.
"Lo udah kena sial dari aku, Beauty" Rangga menundukan kepalanya merasa bersalah.
"Sial? Aku baik-baik aja, kak. Gak sial sama sekali" Beauty kembali menegaskan.
"Papa lo selingkuh, kan?" Ucapan Rangga selanjutnya seketika membuat Beauty terkejut. Dari mana Rangga tahu?
Rangga yang semula menundukan kepalanya pun, mengangkat kembali kepalanya. Menatap Beauty yang tiba-tiba tak bisa berkata-kata.
"Bener kan?" Tanya Rangga lagi.
"Iya, bener. Tapi itu gak ada hubungannya sama kita yang mulai deket. Sama sekali enggak!" Beauty menjelaskan.
Rangga menarik napas pelan, lalu kedua tangannya memegang lembut kedua pundak Beauty. Memaksa gadis itu menatapnya. Fokus padanya.
"Dengar, Beauty. Kamu mungkin bisa lebih sial dari ini. Jadi, mulai sekarang, jauhin aku. Demi kebaikan kamu. Oke?" Rangga bicara selembut mungkin agar Beauty mengerti.
"Tapi, kak..."
"Jauhin aku mulai sekarang" Rangga sudah ingin beranjak pergi, namun tangan Beauty menahan tangannya dengan genggaman erat yang terasa hangat.
"Itu bukan salah kakak. Papa selingkuh sebelum aku kenal kakak" jelas Beauty.
"Maksudnya?" Tanya Rangga.
Beauty menarik napas pelan. Dia sebenarnya tak berniat membongkar aib keluarganya. Namun, dia juga tak ingin Rangga terus-terusan begini.
Dengan menguatkan hati, Beauty pun menceritakan perselingkuhan papanya dengan adik mamahnya sendiri. Kapan waktu kejadian dan segala hal tentang kenangan menyakitkan itu.
Tentang bagaimana frustasinya Beauty waktu itu. Gangguan jiwa yang dialami mamahnya. Dan hubungannya yang renggang dengan papanya.
"Kalo hubungan lo sama papa lo renggang, kenapa kalian bisa makan bareng di restoran beberapa waktu lalu?" Tanya Rangga penasaran.
"Kakak.."
"Ya. Aku ada di situ. Aku liat semuanya. Aku.."
"Makannya kakak kira itu semua karena aku deket sama kakak?" Tanya Beauty yang dijawab dengan anggukan kecil oleh Rangga.
"Papaku dateng ke rumah sekitar sebulan yang lalu, terus ketemu mamah. Mamah seneng banget, mamah ngiranya papa akhirnya pulang. Dan ya, papa emang pulang. Dia tinggal serumah lagi sama kami sejak saat itu"
"Papa bilang, dia nyesal. Dan dia mau balik kaya dulu. Awalnya, semua berjalan baik. Sangat baik. Aku bahkan udah mulai maafin papa. Tapi, saat di restoran, kakak tau sendiri kan? Kayaknya mamah sama papa emang udah gak bisa bersatu" Beauty tersenyum getir diakhir kalimatnya.
"Gak usah pikirin papa lo. Jangan sedih, Beauty" Rangga mengelus pelan lengan Beauty.
"Aku gak mikirin papa. Aku sekarang cuma mikirin mamah..astafirullah! Aku lupa, aku harus ke ruangan mamah!" Beauty bangkit dari duduknya saat ia sadar bahwa dia sudah terlalu lama duduk di sini.
Seharusnya, sekarang ia keruangan mamahnya yang sedang di rawat. Bagaiman Beauty bisa lupa dengan hal yang begitu penting seperti ini.
"Aku ke ruangan mamah ku dulu ya kak. Byee" Beauty berlari meninggalkan Rangga sambil melambaikan tangannya.
Namun, saat dia sudah berlari cukup jauh, dia berhenti kemudian berbalik menghadap Rangga.
"Dan jangan jauhin aku kak! Kakak bukan pembawa sial" teriak Beauty lalu dia kembali berbalik dan berlari.
Rangga yang melihat tingkah Beautypun tersenyum kecil. Bagaimana mungkin dia bisa jauh daei orang semenggemaskan itu?
"Gak akan, Ti. Gue gak akan lepasin lo lagi kali ini"
🐥
Selamat malam kamis para pembacaQ❤
Salam sayang, pacar Niall Horan❤😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty [End-Proses Revisi]
Teen FictionOrang bilang cantik itu bukan segalanya. Padahal nyatanya, tanpa kecantikan, wanita tidak ada harganya. *** Beauty Cantika, gadis sederhana berwajah biasa. Namanya tak mencerminkan dirinya. Dia tidak jelek. Hanya saja lemak-lemak yang ada di tubuhny...