"Kak Tika, main yuk" Rangga kecil berucap sambil tersenyum manis ke arah Cantika.
Tangan kanannya memegang sebuah robot berwarna merah. Sedangkan tangan kirinya memegang boneka barbie dengan rambut blonde keriting dan gaun selutut berwarna putih dengan pola polkadot.
Rencananya, Rangga akan mengajak Cantika untuk bermain robot yang menyelamatkan barbie yang di culik. Seperti biasanya.
Rangga akan menjadi robot yang gagah, berani, dan kuat. Dia akan jadi sosok pahlawan. Pelindung.
Sedangkan Cantika, akan menjadi barbie manis yang baik hati. Seperti Cantika dalam kesehariannya.
"Kakak gak mau main sama Rangga!" Jawab Cantika tegas. Tangannya mengepal erat. Sebagai bentuk pelampiasan emosi yang tak mungkin ia salurkan.
Rangga yang baru kali ini di tolak, hanya memasang wajah bingung. Biasanya Cantika selalu senang bermain dengannya. Tapi, kenapa kali ini kakaknya menolak untuk bermain?
Apa karena Rangga nakal? Tapi, dia belum melakukan kesalahan satu hari ini. Dia bahkan tidak pipis di kasur tadi malam. Rangga juga tidak menangis saat bangun tidur tadi pagi. Lalu kenapa?
Oh, mungkin saja kakaknya sudah bosan bermain robot dan boneka barbie!
"Kak Tika bosen main ini ya?" Rangga mengangkat kedua tangannya. Menunjukan dua mainan pada Cantika sebelum akhirnya membanting ke dua benda itu ke lantai.
"Yaudah, kita main masak-masak aja. Nanti kakak yang masak, aku yang makan, oke?" Rangga kecil menawarkan permainan baru dengan senyum menggemaskannya. Membuat siapapun enggan untuk menolak.
Bahkan, Cantika hampir goyah. Dia sempat ingin menerima ajakan adik kecilnya. Namun, ia kembali teringat alasan mengapa dia menolak ajakan adiknya saat penawaran pertama.
"Enggak! Kakak gak mau main sama Rangga lagi! Pokoknya mulai sekarang Rangga gak boleh deket-deket kakak lagi!" Teriak Cantika tepar di depan wajah Rangga.
Rangga yang terkejut sontak saja menangis karena ketakutan. Cantika tak pernah marah padanya sebelumnya. Sehingga, rasanya aneh saat di bentak seperti ini.
Cantika, kakak nya adalah gadis yang lembut dan sabar. Cantika tidak pernah marah saat Rangga tidak sengaja merusak barbie miliknya, atau pipis saat tidur di tempat tidurnya.
Cantika adalah satu-satunya orang yang mau meladeni celotehannya. Yang dengan sabar menjawab segala pertanyaan yang Rangga ucapkan dari mulut kecilnya.
"Ada apa ini?" Tiba-tiba saja papa Rangga dan Cantika menghampiri mereka. Diikuti langkah cepat mamahnya dari belakang.
"Ya ampun, Angga kenapa?" Reina, mamah Rangga berkata lembut sambil mengangkat Rangga dalam gendongannya.
Rangga yang masih terisak menghapus pelan air matanya, lalu dengan suara serak habis menangis dia berkata "Angga mau main sama kakak"
"Main? Terus kenapa nangis? Kalo main gak boleh nangis ya" Reina membelai pelan rambut anak bungsunya.
"Tapi kak Tika gak mau main sama Angga hiks"
"Eh, udah-udah. Jangan nangis lagi ya" Reina menghapus air mata Rangga saat anaknya mulai menangis lagi.
"Angga bandel ya? Makannya kak Tika nya gak mau main. Emangnya Angga ngapain sampe kak Tika gak mau main?" Tanya Reina lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty [End-Proses Revisi]
Teen FictionOrang bilang cantik itu bukan segalanya. Padahal nyatanya, tanpa kecantikan, wanita tidak ada harganya. *** Beauty Cantika, gadis sederhana berwajah biasa. Namanya tak mencerminkan dirinya. Dia tidak jelek. Hanya saja lemak-lemak yang ada di tubuhny...