Warning!: Typo's! NO EDIT!
🍀
"Makasih ya kak. Berasa spesial banget aku dianterin sampe kelas hehe" Beauty tertawa pelan.
"Gue balik ya" ucap Rangga.
"Oke" Beauty menatap Rangga.
"Kok belum pergi juga?" Tanya Beauty heran. Katanya Rangga mau pergi, tapi dia malah diam saja di depan kelas Beauty.
"Ngusir?" Sindir Rangga sambil tertawa pelan "jahat ya sekarang" lanjut Rangga.
"Bukan gitu. Kok sensi banget sih kak" Beauty berucap seolah sebal. Namun akhirnya ikut tertawa saat Rangga tertawa kecil.
"Gue pergi kalo lo udah masuk. Sana masuk" Rangga mengarahkan dagunya ke arah kelas Beauty.
Dilihatnya teman sekelas Beauty yang menatap mereka penasaran. Bahkan, ada beberapa yang sinis. Rangga yakin sekali kalau setelah ini, Beauty akan mendapat banyak pertanyaan dan juga sindiran dari teman-temannya.
"Yaudah aku masuk" Beauty sudah mau masuk tapi langkahnya terhenti saat Rangga kembali berbicara.
"Kalau temen lo bicara yang enggak-enggak, jangan di dengerin. Kita yang jalanin, kita yang tahu, mereka hanya orang asing" ucap Rangga.
"Gue balik ya" Beauty berbalik saat mendengar suara langkah kaki menjauh.
Bibirnya melengkungkan senyum bahagia. Matanya menatap hangat punggung Rangga. Lelaki yang sudah lama ia idamkan. Yang mungkin sebentar lagi, akan menjadi miliknya.
🍀
"Ngapain lo di kelas gue?" Tanya Rangga saat dia sampai di depan mejanya.
"Gue lagi jamkos lo juga, yaudah gue main kesini" jawab Mike seadanya.
Ya, Mike sekarang sedang duduk manis di kursi Rangga, tanpa perduli kalau si pemilik kursi itu pun mau duduk.
"Minggir. Gue mau duduk" usir Rangga.
Mike sedikit berdecak sebal karena sebenarnya di sudah nyaman duduk di kursi Rangga. Namun, pada akhirnya dia tetap bangkit lalu beralih duduk di atas meja Rangga.
"Gak sopan" sindir Rangga sarkas.
"Kayak lo sopan aja" Mike balas menyindir "mulut lo aja pedes kaya cabe kalo ngomong sama Beauty"
Rangga menatap sinis Mike yang mulai mengungkit masa lalu. Sungguh, bahkan atas saran Mike, Rangga tak lagi mengucapkan kata-kata pedas pada Beauty.
"Sekarang udah nggak" Rangga membela diri sendiri.
"Tapi malah ngegantungin Beauty kaya jemuran. Malah mainnya tarik ulur hati lagi" Mike kembali menyindir.
"Udah nggak, Mike" ucap Rangga sebal.
Mike ini, sok-sokan bilangin mulut Rangga cabe, dianya sendiri punya mulut juga nyinyirnya kebangetan. Rangga curiga, Mike lah dalang dari akun-akun gosip yang ada di sosial media.
"Serius? Gak percaya" cibir Mike.
"Terserah" ucap Rangga pasrah. Mike mau percaya atau tidak itu urusannya. Yang penting Rangga sudah berkata jujur adanya.
Rangga sudah tak menggantungkan Beauty. Apalagi menarik ulur hati gadis itu. Rangga sudah memberikan sedikit kejelasan. Walaupun untuk saat ini mereka belum bisa jadian.
Setelah mendengar ucapan Mike tentang sikapnya yang sudah keterlaluan pada Beauty. Rangga jadi berpikir sepanjang malam tentang perasaan gadis itu.
Dan akhirnya, Rangga sadar, bahwa Rangga telah memberikan harapan palsu beberapa waktu lalu.
Tapi, hal itu sungguh tidak ia sengaja. Rangga pikir, Beauty sudah tidak menyukainya. Mengingat perlakuan buruk Rangga saat Beauty menjenguknya. Bahkan, Rangga memang selalu bersikap buruk pada Beauty.
Hal lain yang Rangga sadari adalah, Rangga memang sudah tertarik pada Beauty sejak awal. Saat melihat Beauty, Rangg seperti mendapatkan sosok Cantika yang telah hilang dalam hidupnya.
Bahkan, Rangga berusaha mati-matian menjauhi Beauty karena Rangga takut Beauty akan mendapatkan nasib buruk seperti Cantika.
Alasan yang konyol. Namun, Rangga melakukan itu karena Rangga perduli. Rangga tak ingin hal buruk terjadi pada Beauty.
Tapi, Rangga tak ingin membuat Beauty menjadi seorang pengganti. Rangga sadar, Beauty dan Cantika adalah dua orang yang berbeda. Dan Rangga, tidak boleh menyamakan keduanya.
Walaupun, awal rasa tertarik pada Beauty karena kemiripan gadis itu dengan kakak perempuannya, Cantika. Tapi, Rangga tak mau menganggap gadis itu pengganti Cantika.
Dia ingin Beauty menjadi.... wanitanya.
Oleh karena itu Rangga meminta bantuan Beauty untuk lebih mengenalnya. Untuk membuat Rangga belajar mencintai segala hal tentang gadis itu. Baik maupun buruknya.
Rangga hanya perlu waktu untuk lebih mengenal. Untuk lebih memahami. Untuk lebih mengerti. Untuk lebih menerima.
Jika dia sudah bisa melakukan semua itu, Rangga yakin, dia bisa menjadi kekasih yang dapat membahagiakan Beauty. Yang membuat hari-harinya penuh tawa. Menjauhakannya dari tangis dan kesedihan.
Kalaupun ada tangis, itu adalah tangis bahagia. Dan juga rasa haru.
"Tapi, gue seneng kalo lo emang bener udah gak narik ulur Beauty" Mike kembali bicara. Kali ini dengan wajah dan nada bicara yang serius.
"Dia perempuan baik, Ngga. Dia cocok buat lu" Mike memukul pundak Rangga pelan lalu berkata "jangan sia-siain Beauty. Dia yang terbaik buat lo" dan setelah itu Mike pergi meninggalkan kelas Rangga dengan senyum di bibirnya.
Usahanya tak sia-sia. Tentu saja Mike sudah mendengar tentang gosip bahwa Rangga ke kantin hanya untuk menemui Beauty. Bahkan, Rangga mengantarnya sampai ke kelas. Mike yakin, mereka akan benar-benar bersatu sebentar lagi.
Dan jika itu terjadi, Mike tinggal menjalankan misi keduanya. Meminta Beauty menghilangkan trauma Rangga. Rasa takut nya pada hal yang tidak mungkin. Mike yakin, Beauty akan sangat membantu nantinya.
Sedangkan Rangga tersenyum sinis sambil melihat punggung kokoh Mike. Tentu saja dia tidak akan menyia-nyiakan Beauty. Rangga tak yakin bisa menemukan gadis setangguh itu bila kehilangannya.
Cukup sekali Rangga membuat Beauty menjauh darinya. Karena setelah ini Rangga berjanji, akan membawa Beauty terus bersamanya.
Karena, Rangga pun mulai merasa kalau dirinya, mulai mencintai Beauty Cantika.
🍀
Tinggalkan vote dan komentar kalian ya guysss😘
Salam sayang, Pacar Niall Horan❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty [End-Proses Revisi]
Novela JuvenilOrang bilang cantik itu bukan segalanya. Padahal nyatanya, tanpa kecantikan, wanita tidak ada harganya. *** Beauty Cantika, gadis sederhana berwajah biasa. Namanya tak mencerminkan dirinya. Dia tidak jelek. Hanya saja lemak-lemak yang ada di tubuhny...