Love Scenario 1

812 85 6
                                    


Gadis itu akan menemuinya satiap hari, di mana saja dan dalam keadaan apa saja. Ia telah memastikannya. Dan akan melakukannya dengan sebaik mungkin. Berkeliaran di sekeliling gadis itu seperti bulan yang berotasi mengelilingi bumi hingga gadis itu jatuh ke dalam lubang yang telah ia siapkan.

.
.
.
.
.
.
.

Mobil mewah berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan tinggi setelah melewati gerbang besar dengan tulisan Hansang National University di atasnya. Tidak peduli dengan keadaan di mana saat ini banyak mahasiswa yang berkeliaran di area kampus yang besar itu, pengemudi mobil itu hanya ingin segera tiba di tempat tujuan. Berpacu dengan waktu, mobil itu semakin menambah kecepatannya saat sudah di area parkir. Saat itulah sebuah motor menyalipnya, membuat pengemudinya menginjak rem dan membiarkan pengendara motor tadi melaju lebih dulu dan masuk ke area parkir.

Tanpa sepasang mata pun yang melihat, pengemudi mobil itu terlihat tersenyum kecil saat ia melihat siapa yang ada di jok belakang motor yang baru saja terparkir itu. Yang semakin lama, senyuman itu berubah menjadi seringain yang menyeramkan.

Pengemudi itu lalu memasuki area parkir, memarkirkan mobilnya tepat di perbatasan antara parkiran mobil dan motor—di mana motor yang menyalipnya tadi juga terparkir tepat di sebelahnya pada area parkir motor. Mesin mobil dimatikan dan pengemudi itu masih menatap ke depan dengan seringaian menyeramkannya itu.

"Ada apa dengan wajahmu?"

Sebuah pertanyaan datang dari jok di sebelahnya, membuat pengemudi yang adalah seorang lelaki tampan bermata sipit menoleh dan menatap ke sana. Ada seorang gadis dengan rambut berwarna coklat terang duduk di sana. Mata gadis itu tertuju padanya dengan tatapan penasaran yang membuatnya mendengus kesal. Ia tak suka tatapan itu.

"Apa?" tanyanya balik dengan nada malas.

Gadis itu tak langsung menjawab. Ia lebih memilih menyampirkan tas ke pundaknya sebelum mengendik acuh. "Kau terlihat seperti psikopat gila," sahutnya santai dan tanpa dosa.

Pemuda yang duduk di kursi pengemudi itu terlihat mendengus malas. Detik berikutnya, ia membuka sabuk pengamannya lalu keluar lebih dulu, mengabaikan gadis berambut panjang yang mungkin sedang mengumpatinya dari dalam mobil.

Gadis itu sendiri hanya mendengus kesal saat melihat pemuda itu turun dari mobil. Umpatan yang sudah ada di ujung lidahnya karena tingkah kelewat cuek pemuda itu ia tahan untuk diberikannya saat ia berhadapan langsung dengan pemuda itu. Sementara itu, ia membuka sabuk pengamannya dengan setengah kesal. Tangannya bergerak membuka pintu sedang matanya masih menatap ke pintu pengemudi tempat pemuda tadi keluar.

Gadis itu turun dari mobil. Tanpa menoleh ke belakang, ia mundur selangkah dan menutup pintu mobil dengan kesal. Matanya masih mengarah pada pemuda itu dengan tatapan tajam yang seakan bisa mencabik-cabik pemuda itu.

"Teruslah menatapku seperti itu dan kau akan mendapatkan batunya, Jung Yein!"

Gadis itu—Jung Yein namanya—hanya mendengus kesal. Dengan tatapan yang masih sama tajamnya, ia berbalik hendak pergi dari area parkir itu untuk segera ke kelasnya. Ia ingat jika jam kuliahnya akan dimulai sepuluh menit lagi.

Dug.....

"Auw!"

"Kyaa!"

"Jungkook-ah, kau tak apa-apa?"

"Rasakan itu!"

Yein mengelus keningnya yang sakit akibat menabrak sesautu. Namun, bukannya menatap apa yang ia tabrak, gadis itu lebih memilih untuk menatap pemuda di sebelah mobil sana yang baru saja mengejeknya dan terlihat tertawa senang di atas penderitaanya.

Love ScenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang