Jam kuliah sudah selesai, membuat semua mahasiswa yang ada di ruangan itu bergegas membereskan perlengkapan mereka agar segera keluar dari ruangan itu dan pulang. Ya, pulang. Rangakaian proses perkuliahan selama hari ini dan minggu ini telah selesai. Dan saat akhir minggu menyapa, tak ada hal yang lebih menarik dari pada bermesraan dengan kasur dan melupakan sejenak tentang banyaknya tugas yang sudah menanti.Gadis Jung itu merapikan lembaran kertas berisi materi yang tadi baru dibahas lalu segera memasukannya ke dalam tasnya. Detik berikutnya, ia menarik karet rambut—dengan tangan kirinya—yang sejak ia datang ke kampus pagi tadi, sudah mengikat semua helaian coklat terang miliknya dan membiarkan surai itu terurai begitu saja. Sementara itu tangan kanannya sibuk menari di atas layar ponselnya, sebelum meletakan benda itu ke sisi telinga kanannya.
“Eoh, oppa?”
Gadis itu kemudian berucap pelan sambil beranjak dari duduknya. Matanya menatap ke sekelilingnya dan melihat teman sekelasnya yang sedang sibuk sendiri seakan tak melihat kehadirannya. Membuatnya diam-diam tersenyum miris—namun tetap fokus mendengar apa yang Jaewon katakan di ujung telpon sana—sambil berjalan meninggalkan ruangan itu.
“Tidak bisa jemput? Kenapa?”
Gadis Jung itu mulai mengerucutkan bibirnya saat Jaewon kembali berbicara. Ia juga menghentikan langkahnya dengan ekspresi menyendu yang kentara.
“Dia ada urusan. Aku akan pulang dengan bis,” ucapnya dengan lirih kemudian.
“...”
“Tidak perlu khawatir! Aku akan baik-baik saja,” walau tahu jika sang kakak tak melihat apa yang ia lakukan, Yein tetap mengukir sebuah senyum di wajah cantiknya dan mengangguk cepat.
“...”
“Aku akan mencobanya sekarang, oppa.”
“...”
“Uang jajanku akan habis kalau naik taksi! Aku akan naik bis saja!” Yein terlihat mendengus kecil. “Sudah kukatakan bahwa aku akan baik-baik saja! Aku tutup!”
Selanjutnya, tanpa menunggu jawaban dari seberang sana, gadis Jung itu menjauhkan ponselnya dari telinganya dan langsung memutuskan sambungan secara sepihak. Ia lalu menatap benda itu dengan tatapan kesalnya.
“Memangnya kenapa jika belum pernah naik bis?! Aku bisa melakukannya sekarang! Dan apa tadi katanya? Meminta teman untuk mengantarku pulang?”
Yein mencibir, menatap ponselnya itu dengan mata yang melotot meremehkan. Tiga detik kemudian, ia memasukan benda itu ke dalam saku jaketnya lalu mendengus kecil.
“Omong kosong.”
Gadis itu memilih melanjutkan langkahnya. Berjalan dengan tenang melewati koridor di lantai tiga itu untuk menuju ke tangga yang akan membawanya ke lantai utama gedung kuliah itu.
“Hai, Jung! Sudah mau pulang?”
Yein melirik kecil saat ada sebuah suara yang terdengar di sisinya. Ada Jungkook di sana, berjalan tenang dengan ransel yang menggantung di pundak kanannya. Yein tak ada semangat untuk membuat lelaki itu kesal, sehingga ia hanya mendengung samar.
“Baiklah. Sampai jumpa minggu depan,” sahut pemuda itu dengan santai. “Jangan lupa kirimkan bahan presentasi untuk hari senin nanti. Aku akan mempelajarinya dan tidak membebankanmu kali ini.”
Lagi-lagi Yein hanya mendengung samar. Membuat pemuda Jeon itu tersenyum merekah dengan tangan kanan yang bergerak menepuk puncak kepalanya begitu saja. Detik berikutnya, pemuda itu pamit lagi dan berjalan lebih dulu, meninggalkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario
FanfictionKim Sohyun membenci Kim Hanbin dengan sepenuh hatinya dan dengan segenap hidupnya. Apa yang pemuda itu lakukan padanya, membuat ia kehilangan segalanya dan merasa bahwa kematian adalah hal terbaik baginya. Tapi di sisi lain, ia merasa mati bukanlah...