“Bawa aku pergi, Kim Hanbin.”
Pemuda Kim itu terdiam kaku. Sementara gadis Kim yang sejak tadi memeluknya, memilih mengeratkan pelukan itu sehingga si pemuda semakin diam.
Ya.
Hanbin memang diam. Tapi, otaknya sibuk bekerja. Mengumpulkan semua informasi di dalam sana untuk menentukan keputusan apa yang harus ia ambil. Atau paling tidak, jawaban apa yang paling tepat untuk ia berikan pada gadis Kim itu.
Dan yang ia dapatkan adalah...
-love scenario-
“Jung Yein lagi?”
Yein mencebikan bibirnya saat pertanyaan bernada malas itu sampai ke telinganya. Tiga detik kemudian, ia membuang muka—beriringan dengan sebuah pertanyaan lain yang menjadi lanjutan dari pertanyaan yang terujar sebelumnya. Datangnya tentu dari orang yang sama.
“Tidak bisakah sekali saja aku tak sekelompok denganmu?”
Gadis Jung itu sontak saja menoleh—melempar tatapan tajamnya pada pemuda Jeon yang menjadi asal pertanyaan itu. Detik berikutnya, mulutnya terbuka—mengatakan sesuatu yang tak kalah tajamnya dari apa yang pemuda itu katakan.
“Menurutmu, aku tidak bosan terus bersamamu?”
Jika tadi Yein yang melakukannya, maka sekarang Jungkook lah yang mencebikan bibirnya. Pemuda itu masih tak habis pikir tentang sistem perkuliahan mereka. Mengapa sejak awal masuk ke kampus itu hingga ia akan mengakhiri semester ke empat ini, dirinya selalu saja disandingkan dengan gadis Jung menyebalkan itu?
Sebenarnya, ia tak terlalu mempermasalahkan jika sekelompok dengan Yein. Gadis itu pintar dan bisa diandalkan. Hanya saja, jika sepanjang kuliah ia terus bersama gadis itu, apa yang akan terjadi nantinya? Jungkook tidak mengkhawatirkan mengenai perasaannya pada gadis itu yang mungkin akan berubah—karena ia tahu pasti siapa yang menempati hatinya. Tentu bukan Yein. Hanya saja, ia khawatir tak dapat menemukan partner yang seperti gadis Jung itu. Karena walaupun tingkahnya luar biasa menyebalkan, Jungkook tak dapat menyangkal jika Yein adalah partner kerja terbaik yang ia miliki.
“Ck, sudahlah! Jangan mencoba membuat keributan!” ucap Jungkook memilih menghidari dari pertengkaran yang bisa Yein ciptakan dalam waktu dekat. “Kapan kita akan mengerjakan tugas ini?” tanya pemuda Jeon itu kemudian.
“Sekarang juga bisa,” jawab Yein cepat. Gadis itu tak suka menunda waktu mengerjakan tugas. “Tapi tidak di rumahku, tidak ada yang bisa kau makan di sana.”
Jungkook menautkan kedua alisnya. Ada yang sedikit aneh dengan ucapan gadis Jung di hadapannya itu. Yein bilang apa? Tidak ada yang bisa ia makan di rumah gadis itu? Hei, bukankah biasanya gadis itu selalu punya apa saja—sekalipun ia harus merengek dulu pada pemuda Kim di dekat rumahnya?
“Kau tak berniat meminta pada Kim Hanbin?”
Ngomong-ngomong tentang pemuda Kim itu, Jungkook jadi teringat Sohyun. Gadis Kim itu ke mana, ya? Sudah lama Jungkook tak melihatnya lagi.
Sementara itu, Yein mengerjab. Gadis itu lalu melempar tatapannya pada Jungkook yang kini menatapnya dengan suatu tatapan yang ia artikan sebagai tatapan menyelidik. Sepertinya, ada yang ingin pemuda Jeon itu cari tahu di sini. Yein dapat menebaknya. Dan memikirkan tebakannya, entah mengapa membuat ekspresi wajah gadis itu berubah sendu.
“Tidak,” jawab Yein kemudian. “Dia tidak bisa diganggu belakangan ini. Oh ya, ngomong-ngomong tentang Hanbin, kau tahu tidak jika Kim Sohyun tinggal di rumahnya belakangan ini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario
FanfictionKim Sohyun membenci Kim Hanbin dengan sepenuh hatinya dan dengan segenap hidupnya. Apa yang pemuda itu lakukan padanya, membuat ia kehilangan segalanya dan merasa bahwa kematian adalah hal terbaik baginya. Tapi di sisi lain, ia merasa mati bukanlah...