Bagian 9

660 31 0
                                    

Aku mendengus lemah disaat waktu menunjukkan menjelang sore hari dan aku masih tetap setia duduk di bawah pohon rindang ini. Tentunya dengan pandangan yang terus mengedar mencari keberadaannya.

Aku merasa sudah sangat letih sekarang untuk berhenti duduk karena percuma saja jika aku terus duduk di sini, mungkin saja dia tidak datang ke taman ini melainkan dia langsung masuk ke gedung dan mengisi kelasnya.

Aku lekas bangkit dan hendak berjalan melanjutkan pencarian ku. Namun di saat bersamaan iris mataku berhenti di satu titik fokus yang sedari tadi aku cari. Fokus ini yang ku mau, dimana dia menatap ku juga dengan ke fokusan yang amat sangat tinggi.

Namun mengenyit saat aku melihat dia melangkah mundur dan hendak berlari menghindari ku. Namun aku tidak selambat itu, dan dengan cepat aku menahan tangannya yang tengah membawa sebuah kanvas putih dan beberapa alat lukis serta satu paket cat air.

Namun aku tidak suka caranya berekspresi, dia menatap ku dengan tatapan takut. Aku melihat matanya menatap ku dengan mengandung arti bahwa dia meminta ku untuk pergi. Aku merasa seperti seorang penjahat yang sedang menahan tawanan nya.

"Dengarkan aku dulu, aku bukanlah seperti yang kau kira,"

Dia menatap ku dengan tatapan yang semakin membuat ku merasa bahwa aku sangat lah jahat. Namun bukan maksud ku untuk berlaku seperti itu, bahkan untuk membentaknya saja aku tidak berani.

"Lepaskan." Ucap dia dengan nada yang terdengar bergetar dan itu membuat ku semakin kesal pada diriku sendiri.

Aku melonggar kan genggaman tanganku ditangannya dengan rasa berhati hati yang amat tinggi, karena bisa saja sewaktu waktu dia langsung berlari meninggalkan ku lagi.

Aku merasa lega saat ternyata tidak ada pergerakan lagi pada dirinya, namun dia hanya membuang pandangannya dariku. Aku mengerti perasaannya, dan aku berusaha untuk membuatnya tidak berpikir buruk lagi tentang ku.

"Aku ingin menjelaskan padamu semuanya, tolong izinkan,"

Aku berucap hati-hati agar tidak terjadi perdebatan lagi antara pikirannya dengan pikiran ku.

Dan lekukan disudut bibir ku terbentuk saat dengan jelas aku melihatnya bahwa dia mengangguk menanggapi permohonan ku.

♡♡♡


Next or Next?

See you :)

SherlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang