"berhenti memperlakukan ku seperti seorang putri. Karena aku bukanlah putri, aku Sherly. Kau paham?"
Hardik ku saat dia menyebut ku dengan sebutan tuan putri seperti itu. Aku tidak suka itu. Aku tidak suka dengan hal yang berlebihan dan aku tidak suka dengan perlakuan seperti itu.
Tapi anehnya tidak ada ekspresi terkesan takut di wajahnya saat aku berbicara dengan sedikit nada tinggi. Yang aku temukan hanyalah senyuman manis di wajahnya. Berhenti tersenyum atau gingsul mu akan aku cabut.
"kenapa kau tidak suka aku panggil tuan putri? Kau harus tau bahwa kau mempunyai visual yang lebih indah dari seorang tuan putri."
Dan satu hal lagi yang sangat aku tidak suka dari dia. Selalu memuji ku dengan amat sangat berlebihan.
"tidak usah berlebihan."
"baiklah, maafkan aku."
Anehnya kenapa dia selalu menyelipkan kekehan di setiap kata maaf yang ia lontarkan. Itu membuat ku tidak mudah untuk memaafkannya.
Dan pembicaraan yang sangat tidaklah berfaedah terus berlanjut bahkan sampai aku dengan dia sedang dalam perjalanan menuju rumahku. Mulai dari hal yang sangat menyenangkan bagi dia, sesekali dia menyelipkan cerita masa lalunya, dan ia sepertinya sangat hobi menertawakannya hal yang begitu tidaklah lucu. Dia memiliki humor yang receh.
Pernah ia cerita padaku bahwa ia kenal dengan kakek tua yang berjualan gorengan di pinggir jalan. Tapi sayangnya waktu aku ingin membeli gorengan ditempat itu, aku bertanya dan kakek itu menjawab tidak mengenal dia sama sekali. Mungkin ini yang dinamakan sok kenal sok dekat.
Aku tidak tau kenapa sekarang aku sering merespon baik saat dia tengah berbicara atau bergurau bersamaku. Sejujurnya aku tidak ingin ini terus berlanjut, namun ada sesuatu yang memaksa ku untuk terus merespon baik meskipun sesekali aku juga sering menghardiknya kesal. Hingga sampai aku baru menyadari ternyata aku dan dia sudah sampai di depan rumahku.
"ayo turun, kita sudah sampai."
Aku lekas turun dan langsung berjalan menuju pintu rumah utama. Ini memang kesengajaan ku meninggalkan dia yang tertinggal di belakangku. Toh tanpa perlu aku ajak dia masuk, dia sudah sangat biasa masuk rumahku tanpa harus disuruh. Tamu yang tidak tau di untung.
Langkah ku dan dia terhenti saat tepat sebelum aku membuka pintu, ibuku sudah membukakan pintu dengan senyuman yang mengembang. Aku membalas senyumnya seraya menyalami tangan ibuku, begitu juga Bagas.
"kalian sudah pulang, ayo masuk. Kebetulan ibu sudah masak banyak makanan hari ini, ayo nak Bagas kita makan bersama dulu sebelum kamu pulang."
Aku menghela nafas dalam saat ternyata Bagas dengan santai mengangguk menanggapi. Memang anak ini sangatlah mengerti sekali dengan rezeki yang tidak boleh ditolak.
♡♡♡

KAMU SEDANG MEMBACA
Sherly
Cerita Pendek[COMPLETE] Terkadang jika kita terlalu menikmati hidup, kita lupa dengan akhirnya. Maka dari itu, aku tidak pernah mau menikmati apa itu hidup dan apalagi jika mengetahui akhirnya. Aku terlalu sibuk jika untuk menikmati hidup, masih banyak hal yang...