Bagian 12

617 35 1
                                    

Aku lelah menahan senyum dibalik wajah jutek ku saat ini. Aku sengaja menggunakan ekspresi datar di hadapannya karena aku masih menjalani misi untuk mempertahankan senyumnya.

Hal lain yang aku baru tau tentangnya adalah bagaimana cara untuk membuatnya tersenyum. Dan mungkin cara itu akan aku gunakan terus untuk membuatnya tersenyum dan tertawa selebar ini.

Dan sekarang tanpa aku sadari lekukan kecil di sudut bibir ku terukir saat aku menyadari wajahnya lebih indah jika ditatap dari dekat.  Ya, dia sekarang tengah mengobati luka di telapak tanganku dengan obat merah yang entah kenapa dia selalu menyediakan itu di dalam tas nya.

Untuk sementara aku merasakan bahwa waktu berhenti berputar begitu saja saat aku tengah memandangi setiap lekukan indah di wajahnya, rambutnya yang lurus tergerai bebas sebahu, dan senyumnya yang tak lepas terukir.

Jika aku di bolehkan bernazar, maka aku akan bernazar mulai detik ini aku tidak akan pernah membuatnya menangis apalagi menghilangkan senyuman di wajahnya.

"maafkan aku karena tadi aku menertawakan mu."

Bolehkan aku mencubit pipinya saat ini juga? Ah aku sangat gemas melihatnya terkekeh seperti itu. Namun aku sengaja memasang wajah murung dan berusaha untuk sedatar mungkin agar rencana ku tidak gagal begitu saja hanya karena melijat wajah lucunya.

"tidak."

Namun sepertinya drama ku akan gagal kali ini saat aku melihat senyumnya mulai menghilang bersamaan dengan dirinya yang bersiap untuk berjalan meninggalkan ku lagi.

"baiklah, aku maafkan. Tapi jangan pergi, kau harus bertanggung jawab."

Aku tersenyum sekilas saat melihat langkahnya berhenti dan berbalik menatap ku.

"aku? Bertanggung jawab?" katanya dengan nada menghardik ku tak terima.

Kenapa tingkah mu sangat lucu sekali, sherly? Bahkan lebih lucu dari berbagai animasi di dalam film.

"ya, kau harus bertanggung jawab karena kau, aku tidak melihat jalan saat mengejar mu hingga membuat ku tersandung."

"hei! Aku tidak pernah menyuruh mu untuk mengejar ku. Lagipula aku tidak mau kau terus mengejar ku, karena aku tidak suka."

Satu kalimat dengan satu tarikan nafas yang ia ucapkan sangatlah dalam menyentuh batinku saat ini. Sedikit sesak saat mendengarnya, tapi bukanlah seorang Bagas jika langsung menyerah begitu saja hanya karena kata penolakan dengan secara tidak langsung.

"kau memang tidak menyuruh ku, tapi kau memancing ku untuk terus mengejar mu."

'dan millikimu.' ucap ku yang hanya bisa aku katakan di dalam batin.

Dia melangkah mendekati ku dengan tatapan yang sangat sulit aku artikan. Dan aku mulai merasa jika aku mengingkari nazar ku dalam waktu singkat, senyumnya menghilang.

"baiklah. Aku sekarang hendak pergi, dan jangan ikuti ku lagi."

Aku hanya bisa mematung dalam diam menatap punggungnya menjauh dan menghilang bersama cahaya matahari yang mulai tenggelam.

♡♡♡

Next or Next?

See you♡

SherlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang