Bagian 17

314 12 0
                                    

Bagas POV

"hei tunggu!"

Mataku mengedar saat menyadari dia sudah tidak ada di tempatnya, namun aku hanya mendengar langkah cepatnya yang tengah meninggalkan tempat ini. Aku tidak tahu kenapa dia tiba-tiba saja pergi. Apakah dia marah? Ah, ini tidaklah baik jika sampai memang benar dia akan marah padaku.

Dengan langkah cepat aku hendak menyusul dia, namun fokus ku kini terhenti pada sebuah bercak yang tergeletak di lantai tempat dia tadi berdiri. Aku mengernyitkan dahi saat menerka cairan apa itu.

Aku membungkukan tubuhku dan tanganku dengan perlahan menyentuh cairan tersebut. Apa sempat menerka-nerka cairan apa itu. Apakah mungkin dia berlari karena dia terkena cat air? Lalu kenapa ada bekas cairan berwarna merah di lantai? Ini memang dikit, tapi bercak nya berada dimana-mana.

Kulitku menyentuh cairan merah tersebut dan langsung mendekatkan pada hidungku untuk menghirup cairan apa itu.

"nak Bagas ternyata ada disini, ibu mencari dari tadi karena ibu sudah membuatkan untukmu cemilan yang enak. Ayo kembali ke dalam."

Aku melirik sebentar ke cairan yang sekarang sudah sebagian menempel di jariku, dan tanpa pikir panjang aku langsung menghapus cairan tersebut dan langsung beranjak menyusul masuk ke dalam ruang tengah rumah.

Aku tidak terlalu ambil pusing dengan itu, mungkin saja tadi Sherly sedang bermain cat air hingga cat itu menyiprat pada tubuhnya dan dia segera berlari untuk menghapus bekas cat tersebut. Aku hanya menerka saja, bukan maksud untuk sok tau.

Pikiran ku teralihkan saat melihat beberapa tempat yang berisi kan makanan di atas meja. Beberapa keripik pedas yang sepertinya terlihat buatan rumah dan juga beberapa kue manis yang sangat mirip seperti Sherly. Ah tidak aku bercanda, aku tidak mungkin menyamakan Sherly dengan kue yang banyak dicoba banyak orang.

Aku tersenyum melihat ibu Sherly juga yang tengah tersenyum padaku. Sungguh aku sangat beruntung dikenal dalam keluarga ini, aku sangatlah diperlakukan dengan baik. Apalagi ibu mertua ku, dia sangatlah menyanyangi ku. Apalagi anaknya.

"silahkan dicoba, ini ibu sengaja buat kan untukmu. Dan sebagian bisa kau bawa pulang, itung-itung utang budi karena kau mau mengantar dan jemput Sherly setiap hari."

Utang budi? Bukanlah gaya ku yang menagih untang budi pada orang lain. Aku melakukan ini karena hati dan atas nama cintaku pada Sherly. Aku tau ini lebay tapi biarkan aku tersenyum dengan monolog ku sendiri.

"ah tidak apa-apa ibu. Aku sangatlah ikhlas mengantar dan jemput Sherly setiap hari. Lagipula aku dengannya kan satu kampus, jadi tidak masalah."

Senyuman ibu sangatlah hangat, aku jadi rindu senyuman ibuku yang sekarang sudah bersama tuhan.

♡♡♡

SherlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang