Aku menghentikan tawa kecil ku saat tiba - tiba dia tersenyum seraya menyodorkan sebelah tangannya tepat di hadapanku.
Aku terlalu kaku jika harus berkenalan dengan orang baru, karena ini untuk pertama kalinya dalam hidupku ada orang yang mau mengajak ku berkenalan. Lagi pula ini bukan karena orang - orang yang menjauhi ku, tapi karena aku sendiri yang sengaja menutup diriku dan enggan untuk bersosialisasi.
Cukup lama aku membiarkan dia menunggu untuk membalas jabatan tangannya, namun opsi ku tentang dia orang asing masih kukuh untukku pertahankan.
"Maaf, aku hanya ingin berkenalan denganmu,"
Aku sedikit iba dengannya saat dia mengatakan dengan rasa bersalah, ini bukanlah salahnya ini hanya salah ku yang terlalu mengurung diri.
"Jika kau tidak mau memberitahukan namamu, bolehkah aku mengetahui kau dari fakultas mana?"
"Fakultas sains,"
Jawabku tanpa ada ragu sedikitpun, setidaknya aku terlihat lebih sopan karena sudah menjawab pertanyaannya dibanding aku tidak menjawab sama sekali.
"Benarkah? Lalu kenapa kau bisa melukis? Ah tidak, maksud ku apakah kau berbakat dalam seni?Jika tidak, kenapa kau bisa melukis seindah ini? Kenapa kau tidak masuk ke Fakultas Seni saja agar bisa mengembangkan bakatmu?"
Aku menghilangkan senyuman saat dia mengatakan itu. Entah kenapa aku merasa tidak suka mendengar ucapan dia yang terkesan memaksa dibanding dengan bertanya.
"Ini hanya hobiku, tidak lebih," ucapkan dengan memberi sedikit penekanan pada kata terakhir.
Aku heran dengannya kenapa bisa mengubah ekspresi begitu cepat, padahal sebelumnya ia terlihat begitu semangat berbicara denganku dan disaat aku terlihat tidak suka, ia malah menunjukkan rasa bersalah di wajahnya.
"Baiklah, maafkan aku,"
Aku kembali merasa iba melihat dia mencicit layaknya tikus yang memohon untuk keluar dari perangkap. Namun di sisi lain pun aku merasa sedikit terhibur dengan setiap ekspresi nya yang mudah sekali berubah - ubah.
"Maafkan aku yang terlalu banyak bertanya tentangmu, aku sadar bahwa aku hanya orang asing di hidupmu. Tapi bolehkah aku bertanya satu hal lagi?"
Aku mengangkat kedua alis ku untuk mengizinkannya bertanya lagi.
"Apakah kau kemarin pergi ke pameran seni di dekat taman kota?"
Bagaimana dia bisa tau jika aku kemarin pergi ke pameran seni, apakah dia menguntit ku? Ataukah dia seorang penjaga pameran? Tapi aku tidak pernah melihat penjaga pameran se-tampan dia. Ah tidak, aku memujinya sesuai fakta bahwa dia lelaki jadi wajar aku memuji dia tampan.
"Aku memotret mu kemarin, maafkan aku."
♡♡♡
![](https://img.wattpad.com/cover/158508482-288-k982280.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherly
Short Story[COMPLETE] Terkadang jika kita terlalu menikmati hidup, kita lupa dengan akhirnya. Maka dari itu, aku tidak pernah mau menikmati apa itu hidup dan apalagi jika mengetahui akhirnya. Aku terlalu sibuk jika untuk menikmati hidup, masih banyak hal yang...