Bagian 11

558 25 0
                                    

Lekukan di sudut bibir ku tak henti untuk menghilang. Aku merasa senang sekarang, lebih dari senang malah. Bagaimana tidak, tawaran ku sangatlah manjur. Dia menerima tawaran ku dan aku pun menuruti ucapannya.

Dan aku sampai sekarang tak henti melafalkan namanya di pikiran ku. Ternyata benar, nama adalah cerminan dari seseorang. Namanya cantik, dan orangnya pun sangatlah cantik. Aku sungguh tidak menyangka ternyata bidadari berada di bumi bukan hanya untuk mandi, melainkan untuk belajar dan melukis.

Padahal dari 5 detik yang lalu aku menatapnya, tapi rasanya sudah 100 hari aku bersamanya. Sungguh cinta memang buta. Aku tau itu tidak ada hubungannya. Tapi biarkan aku tersenyum dengan semua analog ku sendiri.

Namun kenikmatan ini hancur saat aku menyadari dia bergerak bangkit dan berjalan meninggalkan ku.

"tunggu dulu!"

Dia terus berjalan menjauh dariku. Namun dengan langkah panjang aku mengejarnya dan berjalan menyamai langkah kecilnya.

"aku ingin berbicara lebih lama denganmu."

Aku tidak suka di diamkan, tapi tidak masalah jika bidadari yang mendiami ku.

"aku sudah menghapus semua foto mu. Berarti kau sudah memaafkan ku bukan?"

Lagi dan lagi dia tidak menjawab pertanyaan ku, dia hanya terus menatap jalan di hadapannya. Sedangkan aku terus menatapnya dan tidak berniat untuk melihat jalan di depanku.

"hei, ayolah. Jangan diam saja, aku sedang berbicara denganmu sekarang." rengek ku dengan terus menatapnya manja.

Namun entah kenapa langkah ku oleng saat aku merasakan ada yang menahan salah satu kaki ku hingga aku tersungkur di tanah.

"ouch, sakit sekali!" erang ku saat bokong ku jatuh dengan mulus di tanah berumput. Ini sangatlah sakit, dan telapak tanganku juga terluka sedikit akibat gesekan antara kulit dan tanah.

Batu sialan! Jika dia hidup, mungkin aku sudah menghajar nya habis habisan karena telah membuat ku jatuh tersungkur dan sedangkan dia malah menertawakan ku bukan menolong.

Tunggu sebentar, sepertinya ada yang salah. Sepertinya ada yang aneh. Apa tadi aku bilang? Dia tertawa? Sherly tertawa? Tertawa karena ku?

Tuhan tolong jangan bangunkan aku! Aku rasanya ingin terbang tinggi menembus awan saat melihat dia tertawa lebar melihat ku yang terdiam ditempat. Seketika itu juga rasa sakit pada bokong dan lutut ku hilang.

Matanya menyipit dengan lekukan di bawah mata indahnya itu. Dan satu hal yang baru aku sadari, ternyata dia mempunyai lubang di pipinya meskipun tidak terlalu dalam. Di saat itu juga banyak yang baru aku tau dia menyimpan banyak sekali keindahan yang tersirat di mata dan juga senyumnya yang jarang sekali terukir.

Mungkin ini saatnya aku membuat drama, yang membuatnya bertahan tersenyum.

"kenapa kau tertawa seperti seorang psikopat? Kau ini bukannya menolong ku malah tertawa."

Dan lagi, drama ku sangatlah manjur.

♡♡♡

Next or Next?

OO:99

See you!

SherlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang