Bagian 18

319 13 1
                                    

Hari - hari ku sangatlah berjalan dengan indah setiap menitnya. Sungguh aku sangat bahagia bila terus selalu bersama Sherly, dia memang sedikit jutek padaku tapi dengan sifat aslinya itu membuat ku sangat gemas padanya.

Apalagi aku sangat bahagia jika sudah melihat mata indah miliknya menyipit dengan lekukan indah di pipinya yang terbentuk jika sedang tertawa. Itu adalah kenikmatan yang nyata bagiku, aku merasakan jika setiap melihatnya tersenyum seperti ada semangat hidup dalam matanya yang terpancar.

Oleh karena itu aku sering bertingkah konyol di depannya, meski pada nyatanya aku jarang sekali terlihat konyol di depan teman-teman ku. Tapi disaat di hadapannya entah mengapa aku merasa lebih hyper aktif hingga membuatnya bisa tersenyum.

Aku akan melakukan apapun demi Sherly, jika aku di suruh dia melompat dari atas gedung, sudah pasti aku tidak akan menurutinya. Hey, aku tidak sebodoh itu kawan! Aku tau perbedaan antara cinta dengan obsesi. Lagipula tidak mungkin juga dia akan menyuruh ku untuk melakukan itu.

Baiklah, dan sekarang seperti biasa aku selalu menemaninya di saat dia sedang mencari inspirasi untuk mencurahkan hobinya. Dan sekarang aku dengan dia tengah berada di balkon gedung kampus fakultas sains. Ya, sudah kebiasaan ku selalu masuk ke dalam gedung fakultas sains. Lagipula tidak akan ada yang mengenali ku karena aku anak fakultas seni yang gedung nya bisa dikatakan terhalang oleh dua gedung fakultas komputer dan hukum. Bisa dibilang jauh tapi juga tidak terlalu jauh.

Pandanganku sekarang tidak lepas dari wajahnya yang tengah fokus memandang objek untuk lukisannya. Seperti biasa aku tidak lupa mengucap rasa syukur pada tuhan yang sudah memberikan ku kenikmatan yang begitu indah dan akan sia-sia jika dilewatkan.

Namun aku sedikit melihat perbedaan sesuatu di tubuhnya, dia sedikit pucat. Tapi entah kenapa wajah pucat nya seakan tersamarkan oleh kulit putih dan mulus di wajahnya. Aku memang sedikit khawatir, tapi setiap aku tanya dia selalu menjawab tidak apa-apa. Mungkin jika dibilang, kata 'tidak apa-apa' adalah rumus tersulit untuk seorang laki laki. Karena itulah seorang laki - laki selalu malas jika perempuannya menjawab dengan kata tersebut. Bukan maksudku untuk curhat, aku hanya memberi tau saja.

"kau lihat lebah itu?"

Aku langsung mengikuti arah tunjuk dia hingga aku langsung memfokuskan pandanganku pada lebah tersebut yang tengah hingga di putik bunga.

"iya aku melihatnya, kenapa?"

"coba kau perhatikan apa yang sedang lebah itu lakukan."

Aku semakin menfokus pandanganku pada lebah tersebut. Entah kenapa aku semakin penasaran yang dimaksud Sherly menyuruh ku untuk melakukan itu.

"aku melihatnya tengah hinggap kemudian dia seperti tengah memakan sesuatu di situ."

Pikiran ku semakin fokus dengan terus menerka apa yang tengah lebah itu lakukan. Namun entah kenapa aku semakin pusing memikirkan apa yang tengah lebah itu lakukan.

"ah aku tidak tau apa yang sedang lebah itu lakukan. Jika saja aku bisa berbicara dengan lebah itu aku pasti langsung bertanya apa yang sedang dia lakukan, tapi aku tidak bisa berbicaranya dengannya. Jadi aku tidak tau apa yang sedang dia lakukan. Toh akupun bukan mahasiswa fakultas--"

Mataku mengedar saat aku melihat ke tempat Sherly yang ternyata dia sudah tidak ada ditempatnya. Aku mulai khawatir dan melihat ke sekeliling ruangan ini, dan dia tidak ada dimana pun. Kemana dia? Kenapa dia tiba - tiba menghilang?

Namun pandanganku sedikit terhenti saat melihat lukisan miliknya yang masih setengah perjalanan itu. Dan yang baru aku ingat, lukisan yang sudah dia buat selalu mempunyai tanda milik dengan warna merah darah yang berbentuk hati. Tapi baru kali ini aku menyadari dia belum pernah memperlihatkan padaku saat dia sedang menandai lukisannya dengan warna merah.

Dan anehnya kenapa di dalam tempat cat warna tidak ada warna merah, lalu darimana warna merah itu berasal? Ah aku pusing sekarang, pikiran ku bercampur menjadi satu.

Sherly kau kemana?

♡♡♡

Tbc.

~Har

SherlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang