Bagian 22

252 12 0
                                    

Aku menghela nafas dalam sebelum melangkah masuk kedalam sebuah gedung yang sudah sangat sering aku kunjungi. Namun semenjak kenal dengan dia aku jadi jarang sekali berkunjung ke tempat ini karena menurut ku tempat ini sudah kalah indah dengan wajah dan mata indah milik Sherly.

Waktu semakin berjalan hingga tidak terasa sudah hari keempat dia menghilang begitu saja. Tapi jika ditanya apakah aku menyesal sudah mencintai yang jelas - jelas dia sekarang entah berada dimana? Dan jawaban ku adalah tidak. Tidak sama sekali aku merasa menyesal atas semuanya. Aku mencintainya tulus dan aku akan tetap mencintainya sampai kapanpun.

Dan langkah ku semakin nyaman memasuki tempat dimana aku pertama kali menemukannya dan tidak sengaja memotretnya. Bisa dibilang ini adalah tempat bersejarah kedua menurut ku setelah di bawah pohon rindang yang ada di taman kampus. Namun setelah aku mengedarkan pandanganku, aku merasa ada yang berubah disini.

Tata letak berbagai karya sastra disini berubah dari terakhir kali aku berkunjung, sepertinya sudah terjadi perubahan tata letak. Mungkin pemiliknya bosan dengan nuansa yang tidak pernah berubah sebelumnya.

Seperti biasa aku kembali melakukan hobiku di saat seperti ini. Ya, aku mulai bermain dengan lensa kamera dan mulai memotret satu per satu objek yang menurut ku cukup bagus. Tidak henti aku mengambil gambar dengan diikuti flash light kamera. Dengan berbagai gaya aku lakukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai, sesekali juga aku diminta oleh seseorang untuk memotretnya. Aku hanya menurutinya tanpa minta imbalan.

Dengan aku sadari kehidupan ku seakan kembali berjalan dengan normal seakan tidak ada masalah apapun. Walaupun sejujurnya aku tidak akan bisa melupakannya. Aku masih disini dan mengharapkannya.

Aku melihat sesuatu yang sangat familiar di mataku, entah ini halu atau bukan. Tapi yang pasti aku langsung mendekat pada sesuatu itu dengan perasaan yang kembali bergejolak tak karuan.

"mas, maaf kalo boleh saya tau ini karya lukisan dari siapa ya?"

Tanyaku pada seorang pegawai yang tengah membawa sesuatu yang aku maksud. Sungguh ini bukanlah halu, ini nyata bahwa lukisan itu adalah milik Sherly. Aku sangat mengenalinya karena lukisan ini adalah lukisan yang pertama kali aku lihat pada saat aku pertama kali menemukannya di bawah pohon rindang di kampus. Dia tengah menggambar lukisan ini pada saat itu. Sungguh aku tidak berbohong.

"saya tidak tau pasti siapa pemilik karya ini, yang pasti dia hanya meninggalkan inisialnya sebelum menjual lukisan ini. Dan kalau tidak salah inisialnya S."

Sungguh jantung ku kali ini berjalan dua kali lebih cepat. Aku sudah menduga jika maksud inisial S itu adalah Sherly karena di sudut bawah kanan lukisan itu tertera tanda merah darah berbentuk hati. Dan yang tidak aku duga adalah kenapa Sherly menjualnya? Dan jika ini terjadi, jadi bisa dimungkinkan jika Sherly masih tinggal di daerah ini.

"kapan dia menjual lukisan ini?"

"lima menit yang lalu sepertinya. Maka dari itu saya baru saja hendak memajang lukisan ini."

Lima menit bukan waktu yang lama bukan? Dan mungkin masih ada waktuku untuk mencarinya. Mungkin saja dia masih tidak jauh dari tempat ini.

"boleh saya tau terakhir kali dia pergi kearah mana sebelum meninggalkan tempat ini?"

"saya kurang tau sih, tapi yang pasti setelah dia menjual lukisan ini dia tidak langsung keluar dari tempat ini."

Ini adalah kesempatan ku bukan? Baiklah aku tidak akan membiarkannya pergi lagi untuk yang kesekian kalinya.

"baiklah, terimakasih."

Pandanganku mengedar sejalan dengan desiran darah ku yang mengalir dengan cepat, dan tentunya degupan jantung yang mulai tidak karuan. Aku sungguh tidak menyangka jika ini akan terjadi, dan jika aku menemukannya aku tidak akan membiarkannya lagi. Aku sangat rindu padanya.

Tuhan, izinkan aku untuk bertemu dengannya sekali lagi. Aku rindu padanya, dengan wajah cantiknya, tawa manisnya, sifat bidadarinya.

Hingga langkah ku terhenti saat aku berada di luar gedung pameran seni ini, aku kembali mengedarkan pandanganku sampai akhirnya aku melihat siluet seseorang yang aku cari. Mataku memicing hingga akhirnya aku baru sadar dia memasuki sebuah mobil.

Aku terus berteriak saat mobil itu mulai berjalan cepat, tanpa rasa lelah aku terus mengejar mobil tersebut yang rasanya sudah mulai membuat jarak semakin jauh dariku.

Aku menemukannya, aku melihatnya jelas walaupun di sebagian wajahnya tertutup oleh masker hitam dan kepalanya tertutup oleh topi dan tudung dari jaket yang ia kenakan. Satu hal yang aku sadari, matanya tak bersinar indah lagi.

Sherly, aku merindukanmu.

♡♡♡

SherlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang