Bagian 23

269 14 2
                                    

Hatiku tak menentu kali ini. Semua yang aku rasakan seakan tidak ada artinya. Rasa yang paling mendominan dari semua rasa yang aku rasakan adalah penyesalan. Penyesalan kenapa harus ini semua terjadi? Penyesalan kenapa dunia ini selalu membuat ku harus bertahan lebih lama? Penyesalan dengan niat ku untuk berkenalan lebih jauh dengannya.

Jika bisa waktu diputar aku akan lebih memilih mencintainya dalam diam daripada harus berakibat seperti ini. Dan satu hal yang ingin sekali aku tanyakan padanya jika aku dipertemukan lagi dengannya, kenapa dia egois?

Ya, aku menuduhnya egois. Aku merasakan sekarang bahwa dia egois karena hanya mementingkan keinginan sepihak tanpa tau perasaan ku. Namun sayangnya aku tidak bisa se jahat itu, aku akan terlihat lebih egois lagi jika aku menuduhnya seperti itu.

Aku tak hentinya terus menatap dalam angkasa raya pada malam yang dingin ini. Aku hanya bisa terus berbicara pada bintang di atas sana layaknya sedang bertelepati. Aku menceritakan semua keluh kesahku dengan bintang meskipun aku tau itu tidak akan menyelesaikan apa yang sedang aku alami. Tapi setidaknya aku mempunyai teman curhat kecuali ibuku. Ya, bintang itu aku anggap sebagai ibuku. Ibu yang selalu mendengar semua keluh kesah anaknya.

Ah, aku jadi rindu dengan ibuku. Aku rindu melihat wajah indah dan senyum manis ibuku, nasehat yang selalu ia beri, marahnya dia karena aku telah berbuat kesalahan, dan suara merdu tawanya pada saat aku melakukan tingkah konyol. Sayangnya aku tidak pernah merasakan itu semua. Itu hanya angan ku saja agar terlihat bahwa masa kecil ku sangatlah indah. Namun sayangnya tidak. Bahkan wajah ibuku saja aku tidak tau.

Sesekali aku ingin sekali menyusul ibuku pada saat seseorang menyebut aku adalah penyebab ibuku meninggal. Aku ingin menyusul ibuku dan meminta maaf padanya langsung karena ku dia pergi. Tapi sayangnya aku masih punya hati untuk mengerti perasaan orang yang akan aku tinggalkan. Dan keajaiban datang saat aku bertemu dengannya, hidupku berubah. Warna dalam hidupku berubah.

Dan setelah aku mengetahui rasa ku terhadapnya, aku mulai takut untuk pergi menyusul ibuku. Aku merasa bahwa dia adalah semangat hidupku. Dia layaknya oksigen dalam bumi, jika oksigen tidak ada maka tidak akan ada kehidupan. Begitu juga aku, aku tidak akan bisa bertahan sampai saat ini karena dia. Aku mulai terbiasa untuk tidak melakukan hal yang menyakiti diriku sendiri. Itu karena dia.

Kau memang hebat Sherly, karena kau aku jadi paham apa arti mencintai yang sesungguhnya. Walaupun kamu tidak pernah melakukannya, tapi aku menyadarinya.

♡♡♡

SherlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang