Part 1

3.8K 275 2
                                    

Author's POV

"Omega, kenapa lama sekali kau kusuruh memanggil putri bungsuku?" ujar seorang pria yang berperawakan tegak, tegas, dan kira-kira berumur empat puluh tahunan sembari melangkah masuk kesebuah kamar. Namun wajahnya masih tampak terlihat tampan dengan bulu-bulu halus didekat rahangnya yang kokoh. Dia kemudian berjalan mendekati seorang perempuan yang disebutnya omega tersebut.

"Se-sepertinya nona muda tidak ada dikamarnya da-dan sepertinya dia keluar, tuan!" ungkap seorang perempuan tersebut dengan tergagap. Sepertinya perempuan itu takut kalau-kalau pria yang disebutnya tuan itu akan marah besar.

"APA?" ujar pria itu dengan setengah berteriak dan tampak marah seperti yang diperkirakan perempuan tersebut. "Bagaimana mungkin dia bisa keluar? Aku mengunci kamarnya sebagai hukuman karena tidak mengikuti aturan pack! Dan kuncinya baru kuberikan tadi padamu, untuk menyuruhnya makan siang bersama."

Perempuan omega itu berjalan mendekati jendela kamar tersebut. Lalu berkata masih dengan tergagap. "Se-sepertinya nona muda keluar lewat balkon, tuan!" ujarnya sembari menunjuk seprai yang disambung dengan seprai lain seperti tali hingga menjulur ketanah dan ujungnya diikat dipagar balkon jendela.

"Lagi?" tanya pria itu sembari mendengus kasar.

Perempuan omega itu menganggukkan kepalanya sebagai tanda jawaban.

"EVELYYYN"

Pria itu berteriak dengan keras sambil berpegangan dipagar balkon kamar anak bungsunya yang berada dilantai empat.

Seorang gadis kecil yang bersembunyi dibalik semak-semak didekat seprai tempatnya turun tadi hanya terkekeh mendengar namanya dipanggil oleh pria itu. Gadis kecil yang kira-kira berumur sebelas tahun itu kemudian berlari keluar dari persembunyiannya saat pria yang memanggil namanya tadi sudah tidak ada dibalkonnya lagi. Gadis kecil itu kemudian bersiul dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuknya dan tidak berapa lama seekor kuda besar bewarna kecoklatan datang menghampirinya.

Gadis kecil yang bernama Evelyn itu segera melompat naik kepunggung kuda tersebut dengan mudahnya. Lalu melesat pergi dengan kuda bewarna kecoklatan tersebut keluar dari halaman rumah besar layaknya istana tersebut. Beberapa penjaga yang melihat gadis itu segera mendekatinya dan berteriak agar berhenti, namun gadis kecil yang sepertinya sudah pandai berkuda tersebut malah melompati para penjaga dan berlalu pergi.

Dia terus memacu kudanya agar berlari lebih kencang sembari menikmati hembusan angin yang membelai wajahnya, dan membuat rambut panjangnya yang terurai diterbangkan angin. Akhirnya gadis kecil bermata biru terang tersebut berhenti saat tanpa sengaja dia melihat sebuah pohon apel liar yang lagi musim berbuah, dan tanpa berpikir panjang dia menaiki pohon apel tersebut. Walaupun dia tahu pohon itu berada ditepi jurang yang dalam. Saat dia berada diatas pohon tersebut untuk memetik buah apel yang paling besar dengan warna merah yang memikat. Tiba-tiba dahan tempatnya berpijak patah dan Evelyn jatuh ke jurang, tanpa sempat berpegangan pada dahan yang lain.

Evelyn berteriak dan sangat ketakutan saat tubuhnya semakin melayang jatuh memasuki jurang. Ditengah rasa ketakutannya, tiba-tiba seorang malaikat bersayap putih menangkap tubuh kecilnya dan mengangkatnya keatas. Evelyn kecil menatap mata malaikat tersebut dan begitu sebaliknya. Saat hendak mengucapkan terima kasih beberapa burung flamingo merah muda terbang tak jauh dari mereka. Gadis kecil itu terpesona hingga kata-katanya tertahan.

Malikat yang melihat gadis kecil itu terpesona melihat burung-burung yang kini terbang didekat mereka tersenyum diwajah tampannya sembari berkata. "Mereka menawan bukan?" ujar malaikat tersebut dengan tak sadar melepaskan tubuh mungil Evelyn untuk menunjuk burung-burung tersebut.

Evelyn hanya menjawab dengan anggukan dan saat dia sadar tubuhnya sudah tak ditahan oleh malaikat tampan itu lagi. Evelyn melebarkan matanya dan sempat melongo sesaat sebelum akhirnya dia mampu berteriak sekeras yang dia bisa.

"TIDAAAAAKK!!!"

Seorang gadis cantik, berkulit putih, dan berambut coklat gelap yang kira-kira berumur sembilan belas tahunan terbangun kaget - kedua matanya yang berwarna biru terang terbuka lebar dan terkesiap. Ternyata hanya mimpi! Ungkap gadis itu dalam hati sembari memegang kepalanya yang sedikit sakit karena bangun tiba-tiba.

.

To be continued...

The Half-Blood GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang