Part 11

2.7K 226 12
                                    

Dua hari kemudian di negeri Immortalia hujan turun dengan derasnya. Seperti ikut bersedih dengan apa yang terjadi kepada salah satu Bibi kurcaci Evelyn, yang bernama Bibi Lucynda. Pagi itu Bibi Lucynda kena giliran mencari buah berry hutan, dan saat ditengah perjalanan dia terkena sebuah anak panah dipunggungnya. Setelah itu Bibi Lucynda jatuh pingsan dan untungnya dia ditemukan oleh seorang kurcaci yang sedang mencari kayu bakar. Kurcaci itu ternyata mengenal Bibi Lucynda, kemudian dia memberi tahu Bibi Geraldine dan Evelyn yang langsung datang untuk membawa Bibi Lucynda kerumah.

Setelah tiba dirumah, Evelyn langsung membawa seorang Tabib untuk mengobati Bibinya tersebut. Seusai melepaskan anak panah yang tertancap dipunggung Bibi Lucynda, Tabib itu kemudian memeriksa lukanya dan mengobati sebisanya. Bibi Geraldine dan Evelyn tak bisa menahan air mata mereka yang jatuh seperti hujan diluar rumah mereka saat ini. Sebab kejadian seperti ini tak pernah terjadi dan yang membuat mereka tambah sedih, Bibi Lucynda tak juga siuman. Lalu Tabib itu mengatakan sesuatu yang sangat mengejutkan Bibi Geraldine dan Evelyn yang mendengarkan waktu itu.

"Dia terkena anak panah beracun," ujar Tabib yang merupakan seorang lelaki tua dari bangsa kurcaci.

"Panah beracun?" ulang Bibi Geraldine dengan rasa penasaran.

"Iya, panah beracun yang sangat mematikan." jawab Tabib tersebut, "Racun dari raja ular legenda basilisk, yang memiliki kemampuan bisa membunuh siapapun jika menatap matanya."

"Apa?" ujar Bibi Geraldine dan Evelyn secara bersamaan.

Lalu Bibi Geraldine mendekati Tabib tersebut, "Terus apa anda bisa mengobati kakakku?"

"Aku hanya bisa memberi pengobatan sementara saja untuk memperlambat racunnya yang menyebar keseluruh tubuhnya."

"Terus apa yang harus kami lakukan? Apa anda tahu obat penawarnya? Agar Bibi Lucynda bisa sembuh?" ujar Evelyn yang kali ini bertanya kepada Tabib tersebut.

"Cuma satu obatnya," jawab Tabib tua itu sembari berpikir sejenak lalu melanjutkan perkataannya. "Air mata burung phoenix, burung api legenda yang keberadaannya sangat sulit untuk ditemukan."

"Kira-kira dimana aku bisa menemukannya Tabib?" tanya Evelyn lagi.

"Menurut kabar yang kudengar, seorang penyihir terkuat memiliki burung api tersebut, lalu menurut kabar juga ada orang yang pernah melihat burung api tersebut di hutan Immortalia, dan menurut kabar yang kudengar sang penguasa pun memiliki burung api tersebut, Namun tidak pernah ada yang bisa memastikannya."

"Aku akan mencarinya sampai dapat, walau nyawa ku taruhannya." ungkap Evelyn dengan yakin.

"Bibi ikut ya?" ujar Bibi Geraldine menawarkan diri.

"Tidak, Bibi dirumah saja menjaga Bibi Lucynda! Aku janji aku akan pulang secepatnya dan membawa penawarnya, Bi!"

"Tapi, Bibi ingin ikut membantumu mencari obat penawar buat kakakku Lucynda."

"Bibi dirumah saja! Bagaimana kalau Tabib membutuhkan sesuatu untuk Bibi Lucynda?"

Bibi Geraldine berpikir sejenak seperti mencerna apa yang baru dikatakan Evelyn, ada benarnya juga. "Baiklah, tapi kau hati-hati ya!"

"Iya, Bibi Geraldine." jawab Evelyn sambil mendekati Bibi Lucynda yang terbaring ditempat tidurnya. "Bibi harus bertahan aku akan mencari penawarnya." ujar Evelyn sambil mencium kening Bibinya yang masih belum siuman.

"Aku harap kau cepat menemukan penawarnya! Karena waktu Bibimu tidak banyak." kata Tabib tua tersebut kepada gadis bermata biru terang itu.

Evelyn menjawab dengan anggukan dan bergegas pergi keluar rumah untuk mencari obat penawar Bibi Lucynda. Sebuah obat penawar yang sangat sulit untuk ditemukan, namun dia yakin akan menemukan obat penawar itu.

.

To be continued...

The Half-Blood GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang