Part 26

1.8K 167 15
                                    

Author's POV

Beberapa jam kemudian. Evelyn akhirnya sadarkan diri, dia mencoba membuka matanya perlahan sambil menahan rasa sakit dikepalanya. Sebab kepala Evelyn sempat terbentur anak tangga dan dinding beberapa kali saat terjatuh tadi. Selain itu Evelyn merasa tiba-tiba bagian-bagian hidupnya dimasa lalu yang tidak dia ingat bermunculan dikepalanya. Bagian-bagian itu seperti sebuah puzzle yang perlahan tersusun rapi dikepalanya, hingga akhirnya dia bisa mengingat semuanya.

Evelyn akhirnya bisa mengingat siapa dirinya, orang tuanya, saudari kembarnya dan cinta sejatinya. Saat dia membuka mata, ternyata dia berada diatas tempat tidurnya dan dia bisa merasakan kepalanya diperban ketika memegang kepalanya. Dia melihat Tabib, Bibi Lucynda, Bibi Geraldine, Sean dan Hans tampak senang saat melihatnya bisa sadarkan diri. Evelyn kemudian mencoba untuk duduk dengan dibantu oleh Bibi Lucynda yang tahu maksudnya.

"Terima kasih, Bibi Lucynda." ujar Evelyn saat sudah bisa duduk diatas tempat tidurnya, "Bibi Lucynda, Bibi Geraldine, Tabib, Sean dan Hans aku sudah ingat semua tentang diriku." lanjut Evelyn setelah Bibi Lucynda membalas ucapannya.

Semua orang yang disebut Evelyn tampak terkejut dan senang.

"Mungkin karena benturan dikepalamu itu, hingga akhirnya ingatanmu bisa kembali pulih!" ujar Tabib berpendapat.

"Iya, aku pikir juga begitu Tabib. Soalnya tadi kepalaku sempat terbentur anak tangga dan dinding beberapa kali." ungkap gadis bermata biru terang itu menjelaskan.

"Benarkah itu? Itu kabar yang sangat bagus, bahwa kau bisa ingat tentang masa lalumu. Bukankah itu yang sangat kau inginkan, Evelyn?" kata Bibi Lucynda sambil merangkul Evelyn yang menjawab dengan anggukan.

"Iya, Bibi sangat senang mendengarnya!" tambah Bibi Geraldine sambil tersenyum hangat dan Evelyn balas tersenyum hangat kepada adik Bibi Lucynda tersebut.

"Iya, aku juga sangat senang mendengarnya, Evelyn!" ujar Sean sambil mendekati Evelyn dan langsung memegang tangan Evelyn. "Aku harap kau masih mengingat hubungan kita kan? Dan apakah kau masih mencintaiku?"

Evelyn menjawab dengan anggukan, "Tentu, aku akan selalu mencintaimu."

Sean mencium tangan Evelyn dengan hangat, "Terima kasih sayang."

"Sama-sama, sayang." balas Evelyn sembari tersenyum lebar diwajah cantiknya.

Hans yang menyaksikan hal itu merasa dadanya begitu sesak dan tanpa berkata apa-apa dia kemudian pergi secepat kilat. Bibi Lucynda yang menyadari kepergian Hans, terus memanggil nama vampire tampan itu hingga tak terlihat lagi.

"Hans," gumam Evelyn dengan lirih saat mengetahui bahwa Hans pergi tanpa memberitahu lebih dulu. Dia pasti terluka saat mendengar aku bicara dengan Sean barusan! Tapi biarlah mungkin ini yang terbaik dan aku yakin dia sudah mendapatkan semua pertanyaannya kepadaku. Bahwa aku mencintai orang lain dan bukan dirinya. Batin Evelyn.

Sore harinya, setelah bercerita panjang lebar tentang dirinya dan Sean yang baru dia ingat. Evelyn kemudian berpamitan kepada kedua Bibi kurcacinya yang selama ini telah baik padanya untuk bertemu dengan keluarganya. Namun saat melangkah keluar rumah dua orang penjaga kastil Immortalia datang dengan hal yang tak terduga.

"Apa kau yang bernama, Evelyn?" ujar salah seorang penjaga kastil kepada Evelyn.

Evelyn menganggukkan kepalanya, "Iya, memangnya ada apa?"

"Sang penguasa ingin bertemu denganmu." jawab penjaga yang lainnya.

"Apa? Untuk Apa?"

Kedua penjaga itu mengangkat bahu mereka serentak, "Kami hanya menjalankan perintah, nona." kata penjaga yang pertama.

"Jarang-jarang sekali sang penguasa ingin bertemu langsung dengan rakyat biasa sepertiku ini." gumam Evelyn yang berdiri disamping Sean.

"Apa aku boleh menemaninya?" ucap Sean tiba-tiba.

Kedua penjaga itu saling pandang dan berbisik sebentar sebelum penjaga yang kedua berkata, "Baiklah, dan sebaiknya kita berangkat sekarang!"

"Ayo!" balas Evelyn kepada kedua penjaga itu lalu beralih kearah Sean. "Tidak apa-apa kan kita kesana sebentar? Lagi pula ini kesempatan langka, bisa bertemu dengan sang penguasa yang menciptakan negeri seindah Immortalia ini."

Sean menjawab pertanyaan gadis cantik bermata biru terang itu dengan anggukan.

Lalu Evelyn dan Sean mengikuti kedua penjaga kastil itu dari belakang. Sebenarnya Evelyn sangat penasaran ingin bertanya kepada kedua penjaga itu lebih banyak. Tapi dia membatalkannya, karena dia pikir lebih baik bertanya langsung kepada sang penguasa tersebut nanti.

.

To be continued...

The Half-Blood GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang