Part 17

2.2K 189 15
                                    

Evelyn's POV

Setelah selesai sarapan Hans dan aku berpamitan kepada kedua Bibi kurcaciku saat ingin keluar rumah. Aku tidak tahu mau diajak kemana oleh si penghisap darah tampan itu. Saat sudah lumayan jauh dari rumah dia bertanya kepadaku.

"Apa kau pernah melihat salju?"

"Belum," jawabku bingung. "Memangnya kenapa?"

"Kau mau melihatnya?"

"Memangnya kau bisa menciptakan salju?"

"Tidak, tapi aku bisa membawamu ketempat yang ada saljunya."

"Kau serius? Dimana?"

Hans menganggukkan kepalanya, "Di kutub, dimana salju abadi selalu turun."

"Bukankah tempat itu sangat jauh dari negeri Immortalia? Butuh berhari-hari untuk sampai kesana."

"Iya, mungkin untuk manusia biasa memang butuh berhari-hari. Tapi kita kan bangsa immortal? Kecuali untuk seorang werewolf penakut."

Aku menatap tajam kearahnya, "Aku bukan werewolf penakut, muka pucat. Ayo kita pergi kesana!"

Hans tersenyum senang, karena dia berhasil membujukku untuk ikut bersamanya kekutub. Aku sebenarnya tahu dia tadi sedang memperdayaku agar mau ikut dengannya. Namun aku membiarkannya dan harus ikut dengannya, karena aku tidak mau disebut sebagai werewolf penakut.

Tanpa aba-aba dia langsung mengangkat tubuhku dan menggendongku. Lalu dia berlari secepat kilat. Seperti waktu dia mengambil botol yang ada air mata burung phoenix seperti dulu. Saking cepatnya dia berlari hingga aku tidak dapat melihat dengan jelas jalan yang kami lewati. Bahkan mataku sering kututup agar tidak terasa perih terkena hembusan angin yang sangat cepat. Aku tidak tahu sudah beberapa menit dia berlari hingga dia berhenti dan tahu-tahu kami sudah berada di kutub. Mungkin aku kira tidak sampai satu jam, mungkin beberapa menit saja kami sudah sampai ditempat yang kami tuju.

"Luar biasa, dulu aku hanya bisa membayangkan dari cerita orang-orang salju itu seperti apa!?!" ucapku sambil menadahkan tanganku untuk menyambut hujan salju yang turun perlahan. "Ternyata salju lebih indah dari yang ku bayangkan."

"Tapi kau lebih indah dari salju itu." ujar Hans dengan tersenyum diwajah pucatnya yang tampan.

Aku memutar bola mataku saat mendengar bualannya barusan. Lalu aku berlari menjauhinya pura-pura tidak mendengar perkataannya barusan dan menikmati hujan salju yang turun. Aku berputar sambil menatap kelangit yang dipenuhi salju yang turun. Aku merasa senang sekali, tapi kesenangan itu tidak berlangsung lama. Saat Hans memegang tanganku dengan tangannya yang dingin sedingin salju sembari berkata.

"Evelyn, kau tahu kenapa aku mengajakmu kesini?"

Aku menggelengkan kepalaku sebagai tanda jawaban. Lalu ku lihat Hans menghela napas panjang sebelum dia mengatakan.

"I love you," ujarnya dengan yakin dan kata-kata itu sukses membuatku bungkam. Aku tambah tak bisa bicara apa-apa saat dia melanjutkan perkataannya. "Aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu dulu."

Aku hanya bisa melebarkan bola mataku saat mendengar perkataan terakhirnya, dan mataku tambah melebar saat dia bertanya kepadaku.

"Apa kau mau menjadi kekasihku? Jika kau mau jadi kekasihku, aku akan membuatmu menjadi wanita paling berbahagia didunia. Karena aku akan selalu berusaha mengabulkan keinginanmu, menjagamu selama hidupku, dan aku hanya akan mencintai dirimu selamanya. Aku tahu kita dari dua bangsa yang berbeda, bahkan bangsa kita saling bermusuhan, dan aku juga tahu kau sangat membenci bangsaku kan? Tapi apa salah jika aku memiliki rasa cinta ini padamu?"

Belum sempat aku menjawab salah satu pertanyaan-pertanyaan dari vampire yang akui memang tampan tersebut. Dia lagi-lagi bertanya padaku.

"Aku yakin, kau juga mencintaiku kan?" ujarnya dengan yakinnya lagi, "Aku bisa melihat dari matamu, walaupun kata-katamu sering kasar padaku! Namun aku yakin kau memiliki perasaan kepadaku kan?"

Bagai tersambar petir di siang hari bolong. Aku hanya bisa diam dan tidak pernah menyangka kalau dia tahu, bahwa aku memang diam-diam mulai menyukainya. Karena dia berbeda dari penghisap darah lainnya, dia tak seburuk yang aku kira. Walaupun kulitnya sedingin salju atau es tapi aku merasa dia memiliki hati yang hangat dan kebaikan dalam dirinya. Tapi aku tidak yakin apa aku mencintainya? Entah kenapa tiba-tiba aku jadi kepikiran pemuda malaikat yang sering muncul didalam mimpiku.

"Evelyn?" ujar Hans yang seakan-akan mengembalikan kesadaranku.

"A-apa?"

"Kenapa kau tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan dariku? Kenapa kamu malah diam saja?"

"Tidak apa-apa! Aku hanya sedang berpikir dan apa aku boleh minta waktu untuk menjawab semua pertanyaan darimu?"

"Tentu, tapi jangan lama-lama ya!"

"Iya, aku hanya minta waktu tujuh hari untuk menjawab semua pertanyaan darimu?"

"Itu terlalu lama, Evelyn!"

"Baiklah, bagaimana kalau enam hari?"

"Itu masih terlalu lama."

"Lima hari dan jika itu masih terlalu lama, maka aku tidak akan menjawabnya selamanya!" ujarku dengan kesal karena Hans selalu merengek seperti anak kecil. Bahwa waktu yang kupinta terlalu lama baginya.

"Iya-iya, aku setuju lima hari dan aku akan berusaha bersabar menunggunya." ujar Hans dengan cepat saat aku mencoba menjauhinya.

.

To be continued...

The Half-Blood GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang