Part 19

1.8K 176 12
                                    

Siang itu saat aku baru selesai makan siang di toko. Tiba-tiba Amber datang dan menarik tanganku agar mengikutinya ke tokonya yang berada disebelah tokoku.

"Ada apa, Amber?" tanyaku kepada teman baikku tersebut dengan rasa penasaran.

"Sudah ikut saja!" jawabnya sambil terus berjalan masuk kedalam tokonya dan saat berhenti dia kembali berkata, "Ini ada seorang peramal sakti yang lagi mampir di tokoku, aku mengajakmu kemari cuma ingin kau diramal olehnya! Siapa tahu? Dia tahu tentang masa lalumu yang tidak kau ingat atau mungkin tentang masa depanmu?" ujar Amber sembari menunjuk kearah seorang wanita paruh baya yang langsung menatap kearahku saat Amber memperkenalkan diriku kepada wanita tersebut.

Ketika wanita peramal tersebut melihatku, dia langsung mendekatiku dan berkata.

"Apa aku boleh melihat telapak tanganmu, nona?"

"Buat apa, Bu?" ujarku malah balik bertanya.

"Untuk membaca takdirmu atau jodohmu" ujar wanita peramal itu, yang merupakan seorang wanita paruh baya. "Aku bisa meramal garis tangan dan aku tertarik untuk meramalmu, karena yang aku lihat dari wajahmu kau memiliki takdir yang luar biasa."

Aku sebenarnya tidak terlalu percaya dengan ramalan atau sejenisnya, tapi aku tidak tega menolak permintaan wanita itu, yang sangat ingin meramal garis tanganku. Lalu aku mengulurkan tanganku kearah wanita itu, dan dengan cepat wanita itu menyambut uluran tanganku. Dia meraba telapak tanganku, memperhatikannya dengan seksama, kemudian menutup matanya untuk sesaat.

Perempuan peramal itu kemudian membuka matanya dan berkata, "Kau seharusnya sudah menikah dua tahun yang lalu, tapi sesuatu yang tak terduga menghalangi pernikahan kalian."

"Menikah?" ulangku bersama Amber dan Ibunya serentak. Aku memandangi Amber dan Ibunya yang sepertinya juga kaget saat perempuan peramal itu mengatakan hal tersebut.

Wanita peramal itu menjawab dengan anggukan dan melanjutkan perkataannya, "Dan sekarang kalian terpisah jauh."

"Terpisah?" ulangku lagi yang tambah penasaran dengan semua yang dikatakan oleh peramal itu.

Wanita peramal itu lagi-lagi menjawab dengan anggukan. "Mungkin itu adalah ujian dari cinta kalian berdua, atau..."

"Atau apa?" ujarku saat dia menghentikan kata-katanya.

"Atau mungkin kalian memang tidak ditakdirkan untuk bersama!"

Aku tertunduk saat mendengar ucapannya barusan. Entah mengapa aku merasa apa yang dikatakan oleh peramal itu membuat hatiku sakit? Aku yang mulanya tidak percaya ramalan, tiba-tiba aku merasa sangat penasaran dengan apa yang dikatakan wanita itu. Aku merasa dia mengatakan yang sebenarnya, dan aku jadi bertanya-tanya siapakah yang dia maksud? Apakah mungkin seseorang itu adalah seseorang yang ada dimasa lalu ku? Masa lalu yang tak kuingat sama sekali.

Tiba-tiba wanita peramal itu melepaskan tanganku dan berkata, "Maaf nona aku harus pergi sekarang!"

"Kenapa? Aku masih ingin bertanya banyak hal."

"Sebab aku baru ingat ada janji dengan seseorang yang harus kutepati." ujar wanita peramal itu sambil mengambil tongkat panjangnya yang berada disebelah tempat duduknya. Lalu setelah berpamitan kepada Amber, Ibunya, dan juga padaku. Tanpa aba-aba dia langsung menghentakkan tongkatnya kelantai tiga kali, dan secara ajaib wanita peramal itu sudah menghilang dari tempatnya.

Aku sebenarnya masih ingin bertanya banyak hal. Bahkan aku belum sempat bertanya tentang keluargaku yang entah berada dimana? Dan juga bagaimana aku bisa lupa tentang masa lalu ku sama sekali. Aku menghela napas panjang dan berpikir positif saja, mungkin belum waktunya. Tapi aku yakin, suatu saat akan ada waktu yang indah untukku.

.

To be continued...

The Half-Blood GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang