18 Juli 2006

157 21 0
                                    

Ada kamties kah di sini?
Wah, pasti kenal banget lagu ini deh.
Sayang aku nggak nemu video yang bagus.

Bacanya sambil play mulmed, ya.
Seru kok lagunya.
Arjuna banget deh!

Ini hari kedua aku resmi menjadi senior. Temen-temen sekelasku lumayan asyik. Aku juga jadi sekelas lagi sama Sela, temen sekelasku waktu SMP. Ada juga Lena, salah satu sahabatku dari kelas X. Tapi, tempat duduk mereka letaknya jauh dari tempat dudukku. Mereka beruntung bisa mendapat tempat duduk di deretan para cewek.

"Lo kejam banget nggak bookingin gue bangku, deh, Len," omelku ke Lena.

"Sorry. Gue kemaren juga datengnya kesiangan. Udah penuh. Tinggal dua bangku, yang gue tempati sama punya lo. Berhubung di belakang ada Arjuna, gue cari amanlah." Lena menjelaskan.

"Ah, lo jadiin gue tumbal, nih! Gue berasa duduk di sarang Yakuza tau nggak?" keluhku, lalu duduk di teras depan kelas. Sekarang jam istirahat, kantin masih ramai. Aku dan Lena paling malas ke kantin kalau ramai. Jadi, kami mengobrol dulu di depan kelas untuk memberi jeda para murid yang menggila karena lapar itu berkurang lebih dulu.

"Jadi Putri yang dijagain bodyguard kali. Serem amat perumpamaan lo," ralat Lena, lalu duduk di sebelahku.

"Lagian, kenapa Mirza nggak duduk di depan Arjuna aja, sih?" tanyaku. Aneh memang Mirza yang selalu ada di sisi Arjuna malah menjaga jarak.

"Lo nggak liat di depan Mirza ada Niken?" Lena mengingatkanku sambil melirik ke dalam kelas. Dari tempat kami duduk, aku bisa melihat Niken dan Mirza yang sedang asyik mengobrol berdua.

Niken adalah salah satu primadona sekolah. Banyak cowok yang mendekatinya. Salah satu yang paling terlihat gencar mendekati Niken memang si Mirza. Sejak kelas X, Mirza selalu berusaha mendapatkan hati Niken. Pantas saja Mirza meninggalkan Arjuna karena gadis pujaannya ada di kelas yang sama dengannya. Sialnya, aku yang apes harus duduk di depan Arjuna.

Tunggu dulu!

Aku belum merasakan sial dari kemarin. Arjuna anteng-anteng aja di kelas. Nggak ada dia membuat ulah sedikit pun. Ya, karena memang dia sering tidur di kelas, sih. Jadi, damai hidupku di hari pertama kemarin.

"Eh ngomong-ngomong, kenapa banyak yang takut sama Arjuna, sih?" Aku penasaran.

"Gue juga nggak taulah. Mana paham gue kabar begitu. Gue taunya dia preman aja. Badannya juga gede gitu. Serem!" jawab Lena yang nggak menghilangkan rasa penasaranku sama sekali.

"Lo liat penampilan doang, sih. Kalo salah, bisa jadi fitnah, tuh. Tiati, lebih kejam dari pembunuhan." Aku mencoba mengingatkan Lena.

"Ih, pait-pait." Lena sambil memukul kepalanya, lalu memukul tanah, mencoba menepis sial. "Kantin, yuk! Laper gue," ajak Lena, lalu berdiri.

Aku pun setuju dan langsung berdiri. Kami berdua menuju kantin yang ada di samping kelas. Untungnya, kanting sudah nggak terlalu ramai. Beberapa murid memang lebih senang menghabiskan makanan di dalam kelas daripada di kantin yang panas dan sesak ini.

"Makan apa, Cha?" tanya Lena saat hampir sampai di kantin.

"Gue pengen bakso, nih," jawabku sambil membayangkan semangkuk bakso dan es teh manis. Perpaduan bakso pedas dan es teh dingin dan manis bisa menjadi senjata nikmat untuk melenyapkan kelaparan.

"Boleh, tuh. Yuk, ke Pak Karmin!" Lena menarik tanganku menuju kantin Pak Karmin di bagian ujung kantin. Kantin ini letaknya paling jauh dari kelasku. Cuma di sini kami bisa menikmati bakso di sekolah.

Lena menawarkan diri memesan bakso, sementara aku cukup duduk manis di bangku yang ada di depan kantin Pak Karmin. Kantin mulai sepi karena waktu istirahat hampir usai. Tapi, waktu inilah yang paling aku dan Lena suka.

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang