Wah, sudah bulan Agustus aja, nih. Rasanya cepat banget, deh.
Aku suka bulan ini. Kenapa? Karena ada hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus. Artinya, di bulan ini akan banyak lomba yang diadakan sekolah, entah lomba olahraga atau lomba pelajaran sekalipun. Sejujurnya, aku nggak terlalu peduli.
Aku cuma suka bulan ini karena ada banyak jam kosong. Ya, taulah, lomba-lomba itu akan membutuhkan waktu yang sering kali membuat jam pelajaran terpaksa berhenti sementara waktu. Nggak apa-apa, aku suka, kok.
Beberapa hari yang lalu, ada rapat kelas. Isi rapatnya pembagian peserta perlombaan. Aku lupa ada lomba apa aja di tahun ini. Seingatku, sih, ada lomba sepak bola, kebersihan kelas, dan Mr and Miss Nusantara. Semua penghuni kelas harus berpartisipasi. Walaupun nggak turun langsung ikut lomba, tetap bisa menjadi tim penggembira. Entah jadi seksi sibuk atau jadi pendukung bagi yang ikut lomba, semua wajib ikut serta. Aku dipilih jadi seksi konsumsi bareng Lena. Alasannya karena kami berdua sudah akrab banget sama para pemilik kantin. Jadi, kami gampang kalau mau ambil utang dulu. Taruhannya nama baikku dan Lena.
Kampret nggak, sih?
Oke, nggak masalah, sih, sebenernya aku menjadi seksi konsumsi. Aku cuma perlu membelanjakan duit kas untuk makan anak-anak aja. Masalahnya, duit kasnya belum terkumpul. Banyak anak-anak yang belum membayar. Ini, nih, yang sukses membuatku emosi.
Gila aja nama baikku benar-benar menjadi taruhan, lho, kalau nggak bisa bayar ini nanti. Aku bisa nggak dipercaya berutang gorengan lagi nanti.
Untungnya, aku punya Mas Joko. Dia mau dengan senang hati menerima pesananku tanpa kejelasan kapan bisa membayar. Syaratnya, kalau nggak bayar, aku harus mencuci piring dan membantu dia berjualan sampai lulus nanti. Oke, sepertinya aku nggak jadi beruntung.
Hari ini jam pelajaran masih penuh sampai akhir. Nggak ada jam yang kosong. Aku sedih dan lesu banget.
Lomba sudah dimulai. Ada lomba sepak bola hari ini. Tapi, pertandingan dimulai saat jam sekolah selesai. Jadi, pertandingan nggak akan mengganggu pelajaran. Panitianya sama sekali nggak keren!
Jumlah siswa laki-laki di kelasku ada empat belas orang. Artinya, semua cowok diwajibkan ikut pertandingan sepak bola. Pemain inti sebelas orang dan sisanya cadangan. Para cewek menjadi pendukungnya. Kami sudah siap yel-yel untuk mendukung tim kami. Dengan adanya Beni si penyerang andalan sekolah ini, aku yakin kelasku bisa menjadi juara pertama.
Jam pelajaran terakhir selesai pukul dua siang. Ada waktu satu jam untuk mempersiapkan semuanya sebelum pertandingan. Berhubung SMA Nusantara nggak punya lapangan sepak bola, panitia mengadakan pertandingan di lapangan sepak bola nggak jauh dari sekolahan. Lokasinya di tengah perkampungan dekat sekolah.
Aku dan Lena mampir kantin lebih dulu sebelum ke tempat pertandingan. Kami mengambil pesanan. Saat aku sampai di lapangan, ternyata sudah ramai banget. Di pinggir lapangan sudah penuh motor. Aku memarkir motor bebekku sembarangan. Niken yang meliatku datang, buru-buru mendekat.
"Gue bantuin Cha," katanya, lalu mengambil plastik hitam yang kugantung di depan motor. Plastik itu isinya roti dan aneka macam gorengan.
"Makasih, Ken." Aku membuka ikatan kotak pendingin di bagian belakang motor.
Aku hebat, kan? Aku menyetir motor sendiri sambil membawa kotak pendingin ukuran 280x180x200 mm berisi es batu. Aku sudah berasa jadi Xena versi mungil, cukup memakai mini dress gladiator doang.
Lena yang sudah sampai lebih dulu, tadi membawa sepuluh botol air mineral ukuran 1,5 liter plus dua renceng Nutrisari. Aku mengangkat kotak pendingin itu, lalu mengikuti Niken yang berjalan menuju gerombolan kelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
With(out) You
Teen FictionArjuna Purusa. Lelaki yang hadir dan mengubah hidupku. Semua yang dilakukannya selalu melibatkan aku. Tapi, setelah sepuluh tahun lebih kebersamaan kami, bisakah aku mengikhlaskan kepergiannya? ~ Rosaline Sabatini