2 April 2007

85 18 2
                                    

Aih aku girang banget liat anak yang satu ini sampe peringkat 63 di chiclit dan 34 di patah hati.
Terharu jadinya.

Tapi sepi amat ya voment di sini?Huhuhuhu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi sepi amat ya voment di sini?
Huhuhuhu.
Jadi sedih lagi deh.

Jangan pelit tinggalin jejak dong.
Biar semangat nulisnya ini.

Sejak pernyataan cinta Arjuna padaku kemarin Sabtu, aku jadi malu kalau bertemu Arjuna. Aku nggak menyangka seorang Arjuna Purusa yang sangar dan banyak ditakuti malah jatuh cinta padaku.

Oke, aku akui punya wajah manis, siapa pun pasti diabetes kalau melihat mukaku terlalu lama. Tapi, aku benar-benar nggak pernah menyangka kalau malah Arjuna yang takluk dengan pesonaku.

Walaupun Arjuna itu seram, tetap ada beberapa cewek yang ternyata naksir dia. Kenapa aku bilang naksir? Karena kalau mereka melihat Arjuna, mendadak berubah mirip cacing kepanasan.

Mereka menggeliat di dekat Arjuna sambil berceloteh dengan bibir dimonyongkan agar terlihat sexy manja menggoda. Nggak banyak, sih, yang berani begitu ke Arjuna. Di sekolahku cuma ada dua biji doang dan keduanya itu kakak kelas. Kalau aku bilang, muka mereka, sih, biasa aja. Tapi, bentuk tubuh mereka itu, lho. Beuuuhhhhh... Maju mundur kena. Apa kabar aku yang punya tubuh setipis kertas HVS ini?

Arjuna emang nggak nuntut jawaban sesegera mungkin dari aku. Dia cuma minta aku bersikap biasa aja ke dia. "Jangan menjauh! Jangan menghindar! Jangan abaikan semua yang nanti gue lakuin ke lo!"

Tapi, gimana caranya aku harus bersikap biasa aja? Iya, Arjuna emang bersikap biasa saja. Dia masih perhatian padaku. Dia masih peduli banget dengan kondisiku. Dia juga masih sering memberikan kabar apa pun kegiatan dia kalau kami sedang nggak bersama.

Arjuna masih setia antar jemput aku sekolah. Tapi, aku yang menerima itu semua yang merasa jadi aneh. Gimana, ya,menjelaskannya? Aku jadi merasa serba salah. Setiap mendapat perhatian dari Arjuna, aku ingat dia suka aku. Kalau aku membalas perhatian, nanti dia jadi mengira aku juga suka.

Aku bukannya nggak suka Arjuna. Aku suka, tapi sebagai teman. Aku nggak pernah berpikir lebih dari itu.

Perasaanku masih sedikit tersangkut di Mas Aji. Semua masih tentang Mas Aji. Jadi, kalau aku menerima Arjuna sebagai pacar sekarang, rasanya aku jahat banget. Aku nggak akan tega melakukan itu. Walaupun banyak yang bilang Arjuna itu nakal atau jahat, bagiku dia l baik. Aku sampai takut nggak bisa membalas semua kebaikan dia.

"Cha, lo nggak mau turun? Udah sampe," kata Arjuna membuyarkan lamunanku.

Aku memandang sekeliling. Kami sudah sampai di tempat parkir sekolah. "Eh, cepet banget sampenya," komentarku. Aku lalu turun dari motor dan berdiri di samping Arjuna.

Saat aku akan melepas helm, tanganku ditepis Arjuna. Nggak kasar, sih, cara menepisnya, tapi cukup membuat aku kaget. Arjuna melepaskan pengait helmku dan melepas helm dari kepalaku. Aku diam aja karena bingung harus gimana.

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang