16 Agustus 2006

75 17 2
                                    

Hari ini sekolah penuh nggak ada kegiatan belajar mengajar. Semua penghuni SMA Nusantara, mulai kepala sekolah, guru, petugas tata usaha, siswa, sampai para petugas kebersihan, diwajibkan berpartisipasi dalam berbagai macam perlombaan. Ada banyak lomba. Lomba personal semacam balap karung maupun lomba kelompok seperti sepak bola.

Pertandingan sepak bola sudah sampai ke babak final. Kelasku menjadi salah satu tim yang paling ditakuti. Bayangkan aja, sampai sekarang gawang kami belum pernah ada bola yang mampir satu pun.

Gila, kan!

Selain itu, striker andalan kami menjadi pemain yang paling banyak mencetak gol. Nggak heranlah kalau kelasku masuk ke final. Lumayan kalau menang kami bisa mendapat Rp 500 ribu. Uangnya bisa untuk mebayar utang di kantin.

Sudah pukul sebelas, harusnya jam segini kelasku sedang pelajaran matematika. Tapi, sekarang kelas nyaris kosong. Di dalam kelas cuma ada aku, Lena, Angga, Irul, dan Topik. Aku duduk menghadap ke belakang di bangku Maya, di depan bangku Lena. Aku nggak tahu yang punya bangku ini ke mana. Angga, Irul, dan Topik sibuk mengobrol tentang cewek di depan. Mereka duduk di bagian depan kelas yang lantainya lebih tinggi sepuluh cm, jadi mirip panggung.

"Cha, pinjem hape, dong," kata Angga sambil berjalan mendekat.

Gue menoleh ke arahnya. "Buat apaan?" tanyaku curiga.

"Bentar doang, deh," jawabnya nggak menjelaskan apa pun.

"Jangan lo pake buat nonton bokep lho!" omelku sambil menyerahkan hape kesayangan.

"Kagak bakal. Enakan praktek daripada nonton doang," sahutnya, lalu balik ke depan setelah mendapatkan ponselku.

"Nikah dulu baru lebih enak, Setan!" makiku. Angga cuma tertawa nggak jelas.

Nggak lama terdengar lagu Adam's song milik blink 182. Ah, sialan si Angga! Hapeku dia pakai mendengerkan MP3 dengan volume penu. Suaranya lumayan menggema di kelas yang sepi ini.

Angga emang doyan banget lagunya blink 182. Sayangnya, dia juga meracuniku dengan blink 182. Hapeku diisi lagu-lagu blink 182. Semua lagu yang ada di hapeku yang berisi lagu Indonesia dihapus dan diganti dengan lagu blink 182 sampai memori ponselku habis nggak bersisa. Kalau tahu aku menghapus satu lagu aja, Angga akan mengomel seperti emak-emak kompleks yang nggak mendapatkan sayuran di mamang-mamang jual sayur. Omelannya panjang nggak berjeda. Sadis, kan? Aku sampai nggak merasa memiliki ponselku sepenuhnya.

Sebenarnya, aku bukannya benci blink 182. Aku juga suka. Tapi, aku gemas dengan sikap Angga ini. Sayangnya, aku nggak bisa protes dan emang nggak pengin protes juga. Kalau pengin mengomel doang, iya. Tapi, ya, udah. Aku nggak menghapus lagu-lagu yang Angga masukkan ke hapeku semuanya.

Jangan panggil gue bego please!

"Anjir lagu Adam's song. Hape siapa, nih?" tanya Reza yang baru masuk ke dalam kelas.

"Hape Ocha," jawab Angga singkat.

"Doyan blink 182 juga lo, Cha?" tanya Reza sambil melihat ke arahku.

"Apaan? Itu lagu yang masukin Angga semua. Hape gue disabotase sama tuh monyet satu," sahutku emosi.

Reza tertawa. Reza ini termasuk pembuat onar di kelasku. Badannya kurus kering kerontang mirip orang penyakitan. Aku aja ngeri meliat dia naik motor. Aku takut dia terbang ditiup angin.

Reza termasuk cowok berisik. Dia nggak takut sama guru. Nggak takut di sini maksudnya dia benar-benar nggak peduli sudah bikin guru murka padanya. Semua yang dilakuin emang semaunya, nggak peduli udah melanggar aturan sekolah. Tapi, Reza baik ke teman-temannya. Reza termasuk orang yang setia kawan. Dia akan melakukan apa pun untuk temannya.

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang