Ada yang tau Westlife?
Kumpulan pria tampan pada masanya.
Ocha demen banget, nih, sama mereka."Cha, lo tau nggak kemarin itu hari apa?" tanya Irul yang tiba-tiba sudah berdiri di depanku.
Aku yang sedang duduk di teras depan kelas pun terpaksa mendongakkan kepala demi melihat wajah Irul. Dahiku berkerut. Aku nggak mengerti ke mana arah pembicaraan Irul.
Aku kira tadinya dia mau bercanda. Tapi, ekspresinya serius banget, bukan muka usil seperti yang biasa dia pamerkan padaku. Kedua tangannya berada di pinggang. Matanya tajam menatapku.
"Kemarin hari Jumat," jawabku hati-hati. Kalau Irul sudah begini, dia suka gampang meledak, emosian. Aku sedikit ngeri.
"Lo amnesia apa gimana, sih, Rul? Sampai kagak tau kemarin hari apaan," komentar Lena yang gagal membaca situasi.
"Lo beneran kagak tau, Cha? Kemarin ada momen spesial? Hari spesial buat orang spesial," tanya Irul lagi mengabaikan komentar Lena. Tangan kanannya mengusap wajahnya. Dia terlihat frustrasi.
"Momen apaan maksud lo? Lo mau ngomongin apaan, sih? Langsung aja, deh. Gue nggak ngerti," sahutku yang mulai kesal dengan Irul karena terlalu berbelit-belit.
"Kemarin Arjuna ulang tahun. Dan lo sama sekali nggak tau? Sadis lo!" Irul akhirnya menjelaskan maksud dari pertanyaannya tadi.
Aku diam. Aku berusaha mengingat tanggal.
"Bentar, deh, bentar. Jadi, kemaren Arjuna ulang tahun?" Aku meminta kepastian lagi.
Irul menganggukkan kepalanya sambil memejamkan mata. Terlihat jelas dia menahan emosi.
"Terus kenapa lo ngomelin gue?" tanyaku penasaran. Ini Arjuna yang ulang tahun aja santai lho. Dia masih setia menjemputku tadi pagi. Dia juga masih dengan suka rela membawakan tasku. Kenapa jadi Irul yang mengomel, deh?
Irul terlihat makin frustrasi. Dia mengacak-acak rambutnya yang pendek, lalu menengadahkan kepalanya sambil bergumam nggak jelas. Aneh!
"Rul, mendingan lo bilangin ke Arjuna, ya. Kalau dia emang suka sama Ocha, buruan bilang. Jangan main kode. Ini anak bego banget soal begituan. Kalau kelamaan, bisa-bisa Arjuna cuma jadi forever Friend doang. Serius!" Lena memberikan saran.
Saran Lena aneh menurutku. Apa hubungannya ulang tahun dengan Arjuna suka padaku?
"Iya iya. Bener juga lo, Len. Gue jadi gemes sama mereka berdua. Yang satu cuma berani perhatian tanpa ngungkapin perasaannya. Dipendem aja gitu. Eh, yang satu lagi rada soak kepalanya, jadi kagak tau ada yang suka sama dia," sahut Irul meluapkan perasaannya.
Aku cuma bengong, mirip orang bodih. Aku sama sekali nggak mengerti apa yang Lena dan Irul bahas ini. Kenapa mereka berdua membahas hal nggak jelas begini?
"Eh, mohon maaf, nih, ya. Ini yang kalian omongin gue bukan? Kok, enak banget ngomongin orang langsung di depannya?" tegurku ke Irul dan Lena.
"Emang lo ngerti kita berdua ngomong apaan?" tanya Lena sinis.
Aku cuma bisa meringis. Aku malu mengakui kalau nggak paham maksud pembicaraan mereka. "Ya, kenapa nggak lo jelasin ke gue, sih?" protesku.
"Harus banget dijelasin, nih?" Lena meminta kepastian ke Irul.
Irul meletakkan tangan kanan ke pinggang, sedangkan tangan kirinya mengacak-acak rambut belakangnya. Dia menggigit bibirnya dan berpikir cukup lama.
"Masa kita harus turun tangan, sih, Len?" tanya Irul ragu.
"Kalo gue mah, hayuh aja, sih. Dari pada nyesel ntar di belakangnya. Gue juga geregetan punya sahabat macam begini," sahut Lena sambil melirik ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
With(out) You
Teen FictionArjuna Purusa. Lelaki yang hadir dan mengubah hidupku. Semua yang dilakukannya selalu melibatkan aku. Tapi, setelah sepuluh tahun lebih kebersamaan kami, bisakah aku mengikhlaskan kepergiannya? ~ Rosaline Sabatini