4 April 2007

90 21 0
                                    

Ah cinta banget sama cerita ini.
Cepet banget naik peringkatnya.
Sayang sepi komen sama like nih.
Jangan pelit-pelit atuh kasih bintang gitu.
Tutup tahun udah peringkat segini aja udah bahagia banget.

Tutup tahun udah peringkat segini aja udah bahagia banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading yaaaa...
Kalo masih pelit ninggalin jejak, update setahun lagi aja deh.

Aku benar-benar kecewa pada Arjuna. Dia bukan cuma nggak mau menjelaskan lebih rinci janji apa yang diingkarinya, tapi sekarang dia kabur. Tadi pagi, setelah sampai di sekolah, belum sempat masuk kelas, baru sampai parkiran motor, Arjuna sudah kabur gitu saja. Dengan motor hijaunya, dia pergi keluar sekolah.

Dia cuma bilang ada urusan. Sudah gitu doang. Dia nggak peduli dengan aku yang berteriak-teriak memanggil namanya, seolah-olah suaraku itu nggak terdengar sama sekali.

Saat aku meminta penjelasan Mirza ataupun Irul, mereka bungkam. Nggak ada yang mau memberi tahu Arjuna kenapa.

Dulu, aku salut dengan persahabatan antar cowok. Kalau punya rahasia, mereka pasti akan menutup rapat, nggak kayak cewek yang dipancing dikit aja sudah menyebar ke mana-mana. Tapi, sekarang, aku di posisi butuh bocoran rahasia dan persahabatan antar cowok itu terlihat ngeselin banget.

Apa nggak bisa, ya, mereka berkhianat sedikit saja?

Saat istirahat di depan kelas, Lena cerita kejadian kemarin lengkap tanpa satu pun yang terlewatkan.

"Dari pagi, si Ferry udah bolak-balik ke kelas. Nyariin Arjuna. Semua diem, bahkan Mirza pun nggak berkutik. Pas jam istirahat pertama, Ferry dateng lagi. Dia teriak-teriak manggil nama Arjuna. Dan waktu liat Arjuna nggak ada di kelas dia makin emosi. Maki-maki pake kata-kata kotor. Itu semua nama hewan sama ampasnya nyembur dari mulutnya. Anak-anak cewek mojok ketakutan. Yang cowok juga diem nggak ada yang berani ngelawan," kata Lena dengan raut muka ketakutan membayangkan kejadian kemarin.

Aku cuma diam mendengarkan semua kata-kata Lena. Membayangkan kejadian kemarin dari cerita Lena aja rasanya mengerikan banget. Aku jadi merasa berdosa karena pergi dan bersenang-senang bareng Arjuna saat teror itu terjadi.

"Ferry jadi makin emosi. Dia ngancem kalo Arjuna belum keliatan juga sampe balik sekolah, bakal dia hancurin kelas kita. Jadilah Mirza paling sibuk nelpon Arjuna, tapi nggak diangkat. Dia ilang aja gitu nggak ada kabar. Cuma gue sama Irul yang curiga Arjuna lagi bareng sama lo." Lena melirik aku sebentar.

Aku cuma bisa meringis tanpa menutupi rasa bersalah. Harusnya, kejadian itu nggak terjadi kalau aku menolak ajakan membolos Arjuna.

"Dan waktu bel balik bunyi, Ferry udah langsung nyelonong masuk kelas, padahal masih ada Pak Danang di dalem kelas. Tapi, dia bisa banget sok baik di depan Pak Danang. Jadilah Pak Danang keluar tanpa curiga apa pun, padahal semua ketakutan setengah mati. Dan bener aja, ketika Ferry nggak nemuin Arjuna di kelas, dia ngamuk. Semua meja sama kursi yang ada didekatnya dijungkir balikin semau dia. Anak cewek udah histeris jerit-jerit. Yang cowok kompakan nyoba nahan Ferry, tapi gagal. Tenaganya gila, beneran kayak banteng ngamuk. Sampai akhirnya banyak guru yang datang. Ferry di bawa ke ruang BK. Gue denger dia dikeluarin." Lena mengakhiri cerita dengan ketakutan yang masih jelas walau hari sudah berganti.

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang