****
"Mau kemana?" Tanya Hera saat di hari Minggu pagi melihat suaminya sudah sangat rapih.
Rama mendengus, dia duduk di meja makan dan mulai meminum kopi paginya.
"Ibu menyuruhku datang, katanya dia mau di antar keluar kota," kata Rama.
Hera mengangguk, dia menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya dengan kesal.
"Pa, ikut!" Seru Rena antusias.
"Kamu mau ikut, sayang?" Tanya Rama, Rena mengangguk, "oke, kalau gitu sana mandi dan pakai baju yang cantik," kata Rama.
"Yey!!" Pekik Rena dan buru-buru mandi.
"Sebenarnya keluar kota kemana?" Tanya Hera.
"Ke rumah bibi Anggi, katanya dia baru saja melahirkan," kata Rama.
Hera menganga. Melahirkan?! Yang benar saja!! Padahal usia bibi Anggi sudah tidak muda lagi!! Lebih pantas punya cucu daripada tambah anak! Astaga, Hera tidak habis pikir.
"Kamu mau ikut juga?" Tanya Rama, Hera menggeleng.
"Tidak, aku mau istirahat saja di rumah" sahut Hera, Rama mengangguk penuh apresiasi.
"Baguslah, itu sangat bagus untuk kesehatan," ejeknya. Hera melotot, Rama tergelak geli.
Setelah selesai, Hera mengantar suami dan anaknya, mereka masuk ke dalam mobil, Rena melambai riang dan bercoletah tidak sabar untuk pergi.
Setelah mereka pergi, Hera kembali ke dalam rumah dan bersantai di atas sofa sambil menonton infotaintment membosankan.
Ponsel Hera berdering menjelang tengah hari, dengan malas Hera menjawab telpon yang ternyata dari ibunya.
"Ada apa?" Tanya Hera malas.
"buka pintu," dan sang ibu langsung mematikan telepon.
Hera menghela nafas, beranjak membuka pintu dan dia langsung terdorong ke belakang saat ibu dan adiknya masuk.
Mereka duduk di meja makan dan mengeluarkan buah jeruk dari kantongan.
"Ibu kan bisa ketuk pintu," kata Hera mencomot jeruk dan memakannya, tapi dia langsung mengeluarkan si jeruk dari dalam mulutnya, "kenapa asam sekali?" gerutunya.
"Karena aku yang minta," kata April, adiknya.
Hera mendelik pada wanita itu dan melemparkan sisa jeruk yang ada di tangannya dengan kesal.
"Kamu ngidam?" Tanya Hera.
Sekarang Hera yang di lempar sisa jeruk oleh ibu mereka, Hera melotot tidak terima, "kenapa ibu melempariku jeruk?" Protesnya.
"Bicaramu sembarangan," sahut sang ibu.
Hera mendengus dan ganti memelototi April, menuntut pertanggungjawaban.
"Aku patah hati!! Aku memergoki suamiku selingkuh!" Pekik April sambil memakan jeruknya, tidak peduli dengan rasa asam yang membuat Hera kesal tadi.
Mendengar cerita April, Hera cuma diam, dia sudah sering mendengar hal itu. Adik iparnya memang brengsek, tapi April juga tidak mau berpisah padahal sudah berapa kali dia di selingkuhi? Jika itu Hera --yang mudah-mudahan tidak terjadi-- dia pasti akan langsung menggugat cerai suaminya.
Suami tidak tahu diri buat apa di pertahankan?! Lelaki masih banyak di dunia ini! Jika tidak ada yang baik, hidup sendiri itu tidak masalah.
Lihat saja ibu mereka! Selama ini dia menjanda dan baik-baik saja, bisa mendidik dan membesarkan anaknya hingga tumbuh menjadi wanita-wanita kuat.
Hera membiarkan April mengeluh sambil mengunyah jeruknya.
****
"Hera, buatkan kopi," kata Michael saat pria itu baru saja datang dan Hera sedang membersihkan ruangan bosnya itu.
Hera mengangguk, "baik Pak," walaupun dalam hati dia mengumpat, memangnya dia sekretaris apa sampai harus membuatkan kopi segala? Tapi, Hera tidak bisa protes.
Di pantry dia bertemu beberapa office boy yang bertanya tentang kopi. Dan saat Hera menjawab, mereka diam dan tidak bertanya lagi.
"Ini kopi Anda, Pak," Hera meletakan kopi buatannya di depan Michael yang sok sibuk dengan berkas.
Michel mendongak dan meletakan berkas ditangannya, dia mencicipi kopi itu dan langsung meludahkannya kembali.
"Ini kamu bilang kopi?!" Bentak Michael. Hera mengerjap kaget, "kopi pahit! Apa kamu tidak bisa membedakan gula dan serbuk bedak?!" Lanjut Michael.
"Maafkan saya" sahut Hera gugup, Michael melotot, "tapi, itu gula, pak, saya kasih banyak kok, jadi gak mungkin pahit," kata Hera.
Michael memandang marah. Berani sekali wanita itu membantahnya?!
"Kalau bapak tidak percaya, saya akan mencobanya," dan tanpa di duga Hera mencicipi kopi buatannya.
Enak.
"Ini enak, pak, saya selalu membuat kopi dengan racikan ini untuk suami saya," kata Hera masih membela diri.
Dia tidak suka kopi buatannya di hina, padahal jelas-jelas enak, kenapa Michael mengatakan pahit?! Apa ada yang salah dengan lidah pria itu?!
"Kamu mau bilang aku bohong?!" Bentak Michael.
"Tapi, pak..."
"Buat yang baru lagi" sela Michael.
Hera mengertakan giginya, dia ingin sekali mencaci sang bos yang seenaknya saja, sikapnya tidak mencerminkan seorang pemimpin sama sekali.
Sombong, arogan dan tidak masuk akal!! Lupakan soal betapa gantengnya dia, Hera tidak tertarik, dia sudah punya suami yang jauh lebih baik dari bosnya.
"Mbak kenapa?" Tanya Guntur saat Hera keluar ruangan Michael sambil membawa kembali gelas kopinya.
"Dia tuh!" Sungut Hera menunjuk pintu ruangan Michael dengan mulutnya.
Guntur mengangguk paham, "dia membuat si Yuli galak itu terlihat jinak," katanya.
Hera terkekeh, "sudahlah, aku mesti buat kopi baru lagi," katanya segera pergi sebelum dia menjadi lupa waktu dan akan membuatnya kembali kena amarah bos.
Oh andai saja Hera bisa menambahkan racun mercuri atau sianida sekalian, si bos pasti akan senang karenanya.
Tapi, Hera bukan pembunuh.
****
"Kamu lembur lagi?" Tanya Hera di telpon. Dia sudah ada di rumah tapi, suaminya malah belum pulang.
"Iya, ada tander yang tidak bisa di tinggalkan," jawab Rama. Hera menghela nafas.
"Yasudah, aku tidak akan mengunci pintu karena aku tahu kamu meninggalkan kunci milikmu," kata Hera.
"Oke, sudah dulu yah, aku sibuk di sini," dan Rama langsung memutus sambungan telepon secara sepihak.
Hera merebahkan diri di ranjang. Dia lelah sekali, seharian ini dia di kerjai habis-habisan oleh bos baru mereka yang aneh dan sombong tidak jelas itu.
Oh, Hera tidak suka pada bos nya itu. Tapi, dia juga tidak bisa berbuat banyak.
"Udah ah, daripada mikirin si Michael itu, mendingan aku tidur," gerutu Hera.
------
End
------
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Happy √
ChickLitHera bahagia, dia mencintai keluarganya, suaminya dan anak perempuannya, dia juga mencintai pekerjaannya walaupun dia memiliki bos yang menyebalkan. Tapi, apa yang harus dia lakukan saat seseorang menghancurkan pernikahan yang selama ini dia jaga? A...