*****
Hera dan Desi bertukar gosip di kantor. Mereka bebas karena Michael sedang rapat dengan calon klien dan pria itu mengajak Guntur karena Hera menolak untuk ikut dengan alasan Michael harus mengajak karyawan yang lain. Hera sudah pernah meminta bosnya itu mencari seorang asisten agar bisa efisien, tapi pria itu tidak pernah mendengarkan.
Desi menceritakan tentang pria yang mendekatinya lewat sosial media, dia tidak pernah bertemu dengan pria itu, namun Desi bilang jika pria itu seolah sudah mengenalnya luar dalam. Hera menduga bahwa pria itu memang kenalan Desi di dunia nyata dan menyamar di dunia maya.
"Tapi siapa?" Tanya Desi untuk ketiga kalinya.
Hera menggeleng ketiga kalinya juga, karena dia memang tidak bisa menebak. Dia tidak mengenal semua kenalan Desi kan?
"Jelas pria ini suka sama kamu. Siapapun dia," kata Hera.
Desi mendengus ragu, "dia bahkan tidak mengatakan siapa namanya," keluhnya.
Hera mengangguk, mendengar cerita Desi membuat Hera seakan kembali menjadi anak muda yang sedang di landa asmara. Hera tersenyum sendiri mengingat kisahnya dengan Rama yang sama sekali tidak ada romantisnya. Mereka bahkan tidak pacaran karena waktu itu Rama pacaran dengan Yuli, setelah putus barulah Rama mengajaknya menikah...
Hera menggeleng, dia tidak mau mengingat itu karena otomatis dia akan menjadi semakin sebal pada Yuli.
"Menurut mbak, apa dia bakal ngajakin ketemu?" Tanya Desi terdengar gugup.
Hera tersenyum, "itu sudah pasti, Desi. Kamu tunggu saja waktunya."
Desi tersenyum malu, dia kembali duduk di mejanya dan terus tersenyum malu-malu seperti orang yang sedang kasmaran.
Hera terkekeh dan melanjutkan pekerjaannya. Sibuk dengan monitor, laporan, proposal, klien, pelanggan, pasar dan segala macam.
Michael dan Guntur datang menjelang makan siang. Michael tidak mengatakan apapun dan langsung masuk ke ruangannya. Jadilah Guntur yang di brondong pertanyaan.
"Sukses kok," kata pria itu saat Desi mendesaknya untuk bercerita. Guntur duduk dan minum air dengan lahapnya, sepertinya dia dehidrasi karena cuaca panas dan wajahnya juga semerah ceri.
"Lalu pak Michael kenapa pasang wajah sangar gitu?" Tanya Desi penasaran.
Guntur menggerutu, "tadi kami bertemu kakaknya, pak Muriel dan mereka berbincang sebentar, setelah itu pak Michael kelihatan kesal. Gatau kenapa," ujar Guntur.
Desi mengangguk saja. Guntur berdehem, "kembalilah ke mejamu," katanya pada Desi. Gadis itu mendengus dan kembali ke mejanya sendiri.
Hera memandang pintu ruangan Michael setelah mendengar cerita Guntur tadi. Bertanya dalam hati, ada apa dengan pria di dalam ruangan itu... mungkinkah sesuatu yang buruk terjadi? Atau apa...
Ah, untuk apa aku peduli? Itu masalah pribadinya, gak seharusnya aku peduli. Hera memarahi dirinya sendiri.
Ponsel Hera berdering saat jam makan siang. Rama menelpon. Dengan malas Hera menjawabnya.
"Apa?" Tanya Hera, dia masih kesal karena malam kemarin.
"Kamu mau makan denganku?" Tanya Rama.
Hera mendengus, padahal biasanya Rama tidak akan mau makan bersama jika bukan kemauannya sendiri. Itupun sangat jarang. Katanya dia tidak mau orang-orang berpendapat mereka terlalu pamer!
Alasan tidak masuk akal menurut Hera.
"Di kantin atau di luar?" Tanya Hera.
"Terserah kamu saja," kata Rama.
"Aku malas keluar, jadi ke kantin aja yah?"
"Oke, aku jemput kamu atau kita ketemu di kantin?" Tanya Rama.
Hera berdiri, menyambar dompetnya, "ketemu di kantin aja. Aku udah jalan nih," katanya.
"Oke." Rama menutup telpon dan beranjak pergi.
Michael keluar ruangan dan memandang kepergian Hera, dia menghela nafas berat dan kembali masuk ke ruangannya. Tadinya dia mau mengajak Hera makan siang di luar, karena Michael sedang tidak berselera makan. Tapi, dia terlambat.
Rama membawakan makanan untuk Hera sedangkan Hera membawa minum untuk mereka. Berbagi meja dengan karyawan yang lain, mereka tidak ada yang melirik karena sudah tahu hubungan apa antara Hera juga Rama.
"Kamu masih marah?" Tanya Rama sambil mengaduk-aduk nasinya dengan sambal.
Hera mendengus, mendelik pada suaminya itu, "kamu serius mau membahas itu di sini?" Saat itu Hera melihat Yuli masuk ke kantin, tentu saja di temani Dewi dan Irene, seperti biasanya.
Gadis itu memandang Hera dan mendengus, mereka duduk di meja paling ujung dan asyik mengobrol.
Hera menghela nafas, berpaling dari pandangan merusak mata itu untuk fokus pada keadaanya sendiri.
"Aku cuma gak mau kamu marah lama-lama," kata Rama lugas.
Hera mendengus, "aku tidak marah. Aku cuma kesal karena kamu sepertinya tidak tahu cara menggunakan ponsel," gerutu Hera.
Rama tersenyum minta maaf, "iya aku tahu. Belakangan ini aku sibuk jadi jarang pegang ponsel."
Hera menyuapkan nasinya dengan garang, mengunyah dengan kekuatan super sambil mendelik pada Rama.
"Aku janji deh setelah ini aku bakal kabarin kamu kalau aku pulang terlambat, supaya kamu gak nunggu-nunggu lagi," kata Rama.
"Dan bisakah kamu kurangi intensitas pertemuanmu dengan Yuli?" Sinis Hera sambil memelototi profil Yuli yang masih sibuk di mejanya.
"Aku tidak bisa janji, biar bagaimanapun dia bosku," kata Rama menolak.
Hera mendengus, "pak Michael juga bosku, tapi kamu malah..."
"Tapi dia pria!" sela Rama mulai emosi.
Hera memandang suaminya itu tidak percaya, "emang masalahnya apa? Jadi, kalau Yuli tidak apa-apa karena dia wanita?" Desak Hera.
Dia sudah tidak berselera makan. Hera mendorong nampan makannya menjauh.
Rama menggaruk rambutnya dengan gusar, "Hera aku mohon jangan begini..." kata Rama mengingatkan, mereka ada di ruang publik, tidak bagus jika bertengkar di sana.
Hera berdiri, menatap Rama dengan kesal, "lanjutkan saja makannya, aku harus kembali kerja," katanya kemudian melenggang pergi.
Rama tersenyum dan memandang sekelilingnya sebelum kembali makan.
"Astaga!" Pekik Hera.
Dia tadi terburu-buru dan tidak sengaja menabrak seseorang yang sedang membawa kopi panas. Sialnya orang itu adalah Michael.
Pria itu mengibaskan jasnya yang terkena tumpahan kopi. Umpatannya tertahan saat melihat ternyata Hera yang menabraknya.
"Maafkan saya, pak. Saya gak sengaja..." kata Hera, dia mengambil tisu dari mejanya dan membantu membersihkan setelan Michael.
Michael menepis tangan Hera, "tidak perlu," katanya dingin.
Hera mengerjap, Michael memandang ke bawah di mana gelas kopinya sudah pecah dan berantakan.
"Panggil OB dan suruh bereskan ini," kata Michael datar.
Benar, sikap Michael memang sering berubah-ubah tidak tentu.
"Biar saya saja..." Hera menunduk dan memunguti pecahan gelas itu, mengumpulkannya dengan hati-hati.
"Lakukan saja seperti maumu," kata Michael, dia berderap masuk ke ruangannya.
Hera bengong memandang profil bosnya itu.
"Dia kenapa sih? Apa dia ikutan terkena bipolar seperti yang jadi trend saat ini?" Gerutu Hera.
------
End
------Masih banyak typo kayaknya soalnya gak sya periksa dulu dan langsung publish,, kejar tayang 😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Happy √
ChickLitHera bahagia, dia mencintai keluarganya, suaminya dan anak perempuannya, dia juga mencintai pekerjaannya walaupun dia memiliki bos yang menyebalkan. Tapi, apa yang harus dia lakukan saat seseorang menghancurkan pernikahan yang selama ini dia jaga? A...