*****
"Kamu yakin tidak butuh x-ray atau sebagainya?" Tanya Michael untuk ke enam kalinya sejak dia membawa Hera keluar rumah sakit dengan sedikit perban di kening.
Hera menggeleng, "nggak usah, saya baik-baik saja," Hera menyentuh perban itu dan mengernyit. Michael ikut mengernyit.
"Sakit?" Tanya Michael dengan bodohnya. Hera menghela nafas dan menggeleng.
Tidak sakit, cuma nyeri saja. Tidak percaya? Coba saja kalian meminta seorang teman melemparkan balok kayu ke kepala kalian dengan sengaja! Dan rasakan, apakah nikmat?
Oke, lupakan.
"Mendingan aku antar kamu pulang," kata Michael lagi.
"Tapi saya..." Michael memelototinya hingga membuat Hera terdiam.
Michael kembali fokus pada jalanan dan Hera menjadi sangat pendiam selama perjalanan. Sebenarnya dia sangat mengantuk tapi dia menahan rasa kantuk itu dengan memandangi jalanan.
Entah kenapa Hera memikirkan ibu kandung Michael, dia bersumpah pernah bertemu wanita itu, bukan pertemuan yang tidak di sengaja seperti yang dia duga sebelumnya. Tapi, mereka benar-benar pernah bertemu dan...mengobrol mungkin. Tapi, bahkan hingga detik ini Hera masih belum mengingat kapan dan di mana. Sesekali dia melirik ke arah Michael yang masih fokus pada jalan, bertanya-tanya dalam hati, bagaimana perasaan Michael setelah mengetahui kenyataan itu...
Kenyataan bahwa wanita yang selama ini dia sangka sebagai ibu kandungnya di rumah ternyata bukan ibu yang melahirkannya...
Hera tidak bisa membayangkan itu. Selama bertahun-tahun di bohongi dan tidak ada yang mengatakan kebenaran selama bertahun-tahun, pasti menyakitkan. Jika itu di alami oleh Hera, dia tidak yakin sanggup bertahan.
Tapi, Michael tidak terlihat seperti itu. Dia kuat seperti biasanya. Hanya saat sendirian saja dia menunjukkan keadaan dirinya sendiri yang sebenarnya, Hera pernah melihat sisi itu dari pria arogan di sampingnya itu.
Di satu sisi harus menahan diri dan berpura-pura kuat, itu bukan sesuatu yang mudah untuk di lakukan. Menahan diri dan menampilkan senyum di saat bersamaan itu sangat sulit, percayalah.
"Kita sudah sampai," kata Michael mengagetkan Hera.
Mereka memang sudah sampai di depan rumah Hera.
"Masuk dan istirahatlah," kata pria itu lagi.
Hera mengangguk, "terima kasih." katanya.
"Aku sungguh-sungguh minta maaf karena itu..." kata Michael, menunjuk perban Hera.
Hera menggeleng, "saya yang masuk tanpa permisi, jadi tidak sepenuhnya salah Anda, pak." katanya.
Michael menghela nafas, "itu sudah menjadi bagian darimu, sikap tidak sopan itu." sahutnya.
Hera diam.
"Sudahlah, kalau besok kamu masih sakit, aku tidak masalah kamu tetap di rumah," kata Michael.
Hera mengangguk dan keluar dari mobil.
Michael pergi dari sana setelah Hera masuk ke dalam rumah. Setelah sendirian Michael menghela nafas berkali-kali.
*****
"Jadi, kalian masih tidak menyerah juga?" Ketus Michael, mendelik pada Jonathan dan Tiara sekaligus.
"Sayang, kami cuma..."
"Mama tidak usah berdalih semua demi kebaikanku," sela Michael.
Tiara menarik nafas panjang, dia memandang suaminya, meminta pria itu yang bicara sendiri saja dengan Michael, karena sepertinya Michael belum sepenuhnya memaafkan Tiara karena sudah membohonginya tentang masa lalu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Happy √
ChickLitHera bahagia, dia mencintai keluarganya, suaminya dan anak perempuannya, dia juga mencintai pekerjaannya walaupun dia memiliki bos yang menyebalkan. Tapi, apa yang harus dia lakukan saat seseorang menghancurkan pernikahan yang selama ini dia jaga? A...