*****
Hera menghela nafas gusar saat melihat Michael lagi-lagi tidur di ruangannya, Hera menduga pria itu menginap di sana. Kenapa selalu menginap padahal Michael pasti punya rumah yang sangat bagus.
Hera meletakan kopi pagi untuk bosnya, melirik pria yang masih lelap di sofa itu, Hera ragu, haruskah dia membangunkan Michael atau membiarkan pria itu tetap tidur? Akhirnya Hera memilih tidak peduli dan keluar ruangan.
Setelah Hera keluar, Michael membuka mata. Dia berpura-pura tidur tadi, menghela nafas dan beranjak duduk, memandang kopi di atas mejanya dengan sendu. Sejak kejadian malam itu di taman, Michael belum meminta maaf secara pribadi pada wanita itu. Pikiran Michael sedang sibuk.
Sibuk karena wanita itu...orang yang melahirkannya.
Belum lagi setiap ucapan yang di lontarkan Muriel di depannya, membuatnya harus ekstra menahan sabar, yang harus Michael akui bahwa itu sangat sulit untuk di lakukan.
Michael pindah duduk di meja kerjanya dan mulai mengubur dirinya sendiri dengan pekerjaan. Berharap dapat mengalihkan perhatiannya.
"Mbak, aku boleh titip ini?" Bisik Desi, memberikan berkas laporan pada Hera.
Hera menghela nafas panjang, "bos itu manusia, bukan monster, kenapa kamu selalu takut?" Tanya Hera tidak habis pikir.
Desi bergerak gelisah, menggaruk telinganya dengan gugup.
Bukannya Hera tidak mau menolong, tapi dia memang sedang malas berurusan dengan bos. Dia sudah melupakan kejadian di taman itu, justru Hera menghindari Michael adalah demi membantu Michael melupakan perasaannya yang di anggap Hera tidak seharusnya.
"Yasudah kalau begitu," kata Desi kalah. Dia meninggalkan Hera dan masuk ke ruangan Michael.
Hera mendengus dan melanjutkan pekerjaannya.
Desi tidak lama di ruangan Michael, setelah gadis itu keluar, Michael juga keluar dan terlihat tergesa-gesa, dia bahkan tidak mengatakan apapun, tidak seperti biasanya, padahal sebelumnya jika Michael mau pergi keluar, dia akan mengatakan tujuannya pada team.
"Dia kenapa?" Bisik Guntur, Hera menggeleng, dia kan bukan cenayang.
"Saat aku masuk tadi bos sedang menerima telpon, penting sepertinya." ujar Desi serius.
Hera tidak peduli, itulah yang dia inginkan. Tapi, telinga wanita itu mengkhianati kehendak hatinya.
"Pacar?" Tebak Guntur, Desi mendengus.
"Kita semua tahu dia gak punya pacar." sahut Desi, dalam hati dia berpikir bahwa gadis yang akan menjadi pacarnya haruslah gadis yang tahan banting !!
Guntur mengangguk setuju, "mungkin urusan keluarga..." katanya sok bijak.
Tidak ada yang membantah.
Saat makan siang, Hera sengaja mengajak Desi dan Guntur duduk bersamanya, dia tidak mau di ganggu Yuli apalagi Rama. Dia sudah sangat muak dengan dua orang itu.
*****
Hera keluar dari kamar Rena setelah menemani gadis kecil itu tidur, Hera juga membereskan sisa makan malam mereka, tidak peduli jika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Mendadak pikiran Hera malah teringat Michael, sejak pergi pagi itu dari kantor, Michael tidak kembali lagi, hingga membuat Hera bertanya-tanya, ralat, team yang bertanya-tanya, bukan Hera.
Hera sedang mencuci piring saat pintu rumahnya terketuk, wanita itu mengernyit, siapa yang datang malam-malam begini?
Penasaran, Hera beranjak membuka pintu dan dia harus mengerjap beberapa kali sebelum benar-benar yakin bahwa di depannya saat ini adalah Michael Panji, pria itu seolah keluar dari pikiran Hera saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Happy √
ChickLitHera bahagia, dia mencintai keluarganya, suaminya dan anak perempuannya, dia juga mencintai pekerjaannya walaupun dia memiliki bos yang menyebalkan. Tapi, apa yang harus dia lakukan saat seseorang menghancurkan pernikahan yang selama ini dia jaga? A...