Eps 26

3.7K 208 16
                                    

*****

"Hera, kamu jangan main-main!" Sergah Rama.

Hera melotot marah, "apa di matamu saat ini aku sedang main-main?!" Sentak Hera.

Rama diam, dia sadar dengan kesalahannya, anggap saja dia khilaf, dia tidak mau bercerai dan dia tidak mau pernikahannya berakhir seperti ini.

Apa dia termasuk egois karena menginginkan itu?

"Sejak kapan?" Tanya Hera.

"Apa maksudmu?" Rama balik tanya karena bingung. Pikirannya sedang tercecer.

"Kalian bermain api di belakangku, sejak kapan?" Tanya Hera dingin.

Rama tidak menjawab. Hubungannya dengan Yuli memang sangat rumit, bahkan sejak dulu. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan Hera karena dia sendiri tidak tahu pasti jawabannya apa.

Hera mendengus, "untuk apa aku bertanya hal itu?" Katanya pada diri sendiri.

Hera berdiri dan memandang marah pada Rama, "aku...tetap mau bercerai, tidak peduli apa yang kamu katakan atau lakukan. Aku tidak bisa seperti ini lagi, cukup sampai di sini pernikahan kita..." Hera memandang kue yang sejak tadi terabaikan dan mendadak dia sangat ingin menginjak kue itu, "...jadi, mulai sekarang, bisakah kita tidak satu atap? Kamu yang pergi atau aku yang pergi?" Ujar Hera.

Rama mengerjap beberapa kali, dia sadar, Hera tidak bisa di ajak kompromi. Hera adalah wanita yang mandiri, jadi dia tidak akan takut hidup sendirian. Dia bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik bahkan tanpa Rama.

"Baik." Hera mengangguk, "aku yang akan pergi, aku bawa Rena," katanya.

Tapi, sebelum Hera berbalik, Rama menahan tangannya, Hera menoleh.

"Biar aku saja yang pergi," kata Rama lirih.

Hera menepis tangan Rama. Perasaannya sekarang benar-benar kacau pada pria itu. Entahlah, saat seseorang yang sangat kamu percaya bisa dengan tega menyakiti hatimu, akan sangat sulit juga untuk percaya dan menerimanya kembali.

Rama melenggang keluar tanpa membawa apapun.

Setelah Rama pergi, Hera terduduk di lantai dan kembali menangis. Dia tidak mampu mempertahankan diri agar selalu terlihat kuat.

*****

"Ma, Papa udah berangkat yah?" Tanya Rena saat mereka sarapan.

Hera mencoba tersenyum, dia membantu merapihkan rambut Rena, tidak sanggup menjawab pertanyaan wajar dari putrinya itu.

"Sudah siap? Yuk berangkat?" Ajak Hera. Rena mengangguk antusias.

Hera mengantar Hera sekolah dengan menaiki bus, seperti biasanya. Rena banyak bicara dengan hari-harinya di sekolah belakangan ini, Hera cuma menanggapi seadanya. Dia sulit memfokuskan pikirannya untuk saat ini.

"Belajar yang rajin dan jangan nakal. Dengerin kata guru," kata Hera saat mereka sampai di depan sekolah.

Rena mengangguk dan mencium tangan Hera, "Mama hati-hati di jalan yah!!" Rena berlari sambil melambaikan tangannya dengan riang. Hera balas melambai dan tersenyum.

Senyum itu langsung lenyap saat Rena sudah memunggunginya.

Hera terlambat datang ke kantor. Biasanya Michael akan marah jika ada karyawan yang datang setelah dirinya. Tapi, hari ini tidak, apalagi sejak beberapa waktu lalu sikapnya pada Hera terbilang sangat longgar.

Hera diam saja saat melakukan tugasnya membersihkan ruangan Michael, padahal pria itu ada di sana dan duduk di sofa, memperhatikannya. Hera juga membuatkan kopi tanpa di minta.

Be Happy √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang