Eps 7

3.3K 180 1
                                    

*****

"...kita akan melakukan riset pasar, apa yang di inginkan target kita, lalu kita ciptakan apa yang mereka inginkan," kata Michael di saat rapat, dia melirik ke arah Hera yang sama sekali tidak memandangnya, hanya menunduk dan sibuk mencatat hasil rapat.

Michael berdehem, bahkan Hera tidak mendongak. Ada rasa tidak suka tersendiri saat Hera mengabaikannya seperti ini.

Anggota team yang lain memandang Michael dengan gugup, mereka tahu seperti apa bos mereka itu.

"...nah, sampai di sana apa bisa di mengerti?" Tanya Michael kesal.

"Yup!" jawab Guntur, di ikuti anggukan setuju oleh yang lain, minus Hera yang masih sibuk mencatat.

Michael beranjak dari kursinya, semua orang tegang. Pria itu berjalan dan berhenti tepat di belakang Hera.

Guntur yang duduk di sebelah wanita itu juga gugup, jadi dia cuma menyenggol sepatu Hera dari bawah meja hingga wanita itu mendongak dan memandang sekeliling.

Michael berdehem, Hera terlonjak dan barulah dia memandang bosnya. Hera mengerjap gugup.

"Apa anda paham, saudari Hera?" Tanya Michael dengan nada dingin menusuk.

Hera mencuri pandang ke arah Guntur, tapi pria itu malah memandang ke arah lain.

"Saya paham, Pak, kita akan melakukan riset pasar dan Anda yang akan melakukannya," kata Hera kemudian.

Semua orang memandangnya. Hera mengangkat bahunya dengan cuek.

Sejak tadi mereka membicarakan pasar kan? Hera sudah catat itu di bukunya! Jadi, tidak mungkin salah.

Michael mendengus dan kembali duduk di kursinya. Dia memandang lekat pada Hera.

"Memang betul kita akan lakukan riset. Memang betul saya sendiri yang akan lakukan, tapi, kalian juga harus melakukannya di tempat lain, kita berpencar, lalu rapat berikutnya kita akan bahas hasil riset itu," ujar Michael.

Hera mengangguk semangat. Michael menggurutu dalam hati.

"Dan...untuk saudari Hera, saya mau Anda pergi dengan saya," Michael tidak tahu kenapa dia mengatakan itu.

Tapi, dia tahu kalau itu adalah ide yang sangat bagus. Seharusnya Hera senang, tapi kenapa wanita itu terlihat kaget dan tidak terima?

"Pak, saya akan melakukannya dengan Desi saja," tukas Hera tegas.

"Hei," tegur Guntur dari samping.

"Begitu?" Tanya Michael skeptis. Sekarang dia memandang ke arah Desi yang sudah menjadi gugup.

"Tentu saja, iya kan Desi?" Sekarang Hera juga memandang gadis pendiam itu.

Hera mengoceh tanpa suara pada Desi, meminta gadis itu menyetujui idenya. Dia tidak mau pergi kemanapun dengan Michael. Dia sudah...berjanji.

Tapi, Desi meringis, dia terlalu penakut. Jadi, dia tidak akan berani membantah Michael.

"Apa kamu setuju pergi dengan Hera, Desi?" Tanya Michael.

Desi menelan ludah. Dia memandang Michael dan Hera bergantian. Tatapan memohon Hera juga tatapan tajam dari pria yang menjadi bosnya.

Bahkan anak TK juga tahu ide mana yang akan di setujui oleh Desi.

"Saya rasa keputusan pak Michael sudah benar, mbak Hera sebaiknya pergi dengannya," kata Desi.

Mulut Hera menganga, memandang Hera seakan gadis itu adalah pengkhianat. Desi memandang Hera dengan ekspresi memelas hingga Hera cuma bisa menghela nafas pasrah.

Keputusan Hera membuat Michael harus mati-matian menahan senyum.

"Nah, rapat di tutup kalau begitu, berangkatlah dua atau tiga orang, kita berpencar," Michael berdiri, "dan Hera, ikut saya," katanya santai.

Hera menghela nafas pasrah dan mengikuti langkah Michael.

*****

"Emang pak Michael gak bisa pergi sendiri?" Gerutu Hera saat di dalam mobil.

"Kamu pikir saya ini siapa? Tidak mungkin pergi sendirian karena pasar itu identik dengan ibu-ibu," kata Michael ketus.

"Memang apa salahnya? Anda bisa gunakan ketampanan Anda itu menggaet mereka hingga riset akan mudah," sahut Hera sama ketusnya.

Michael terbahak dingin, "jadi kamu mau saya gunakan wajah tampan ini untuk hal rendah begitu?" Tanyanya.

Hera memutar matanya, dia menyesal menyebut Michael tampan.

"Kamu paham tidak sih? Aku pikir kamu lebih paham masalah begini," Michael mulai bicara tidak formal.

"Pak, jangan lebay deh jadi orang, semua juga tahu kalau Anda lebih cerdas," sengat Hera.

Michael diam, dia mengerling ke arah Hera yang sekarang sepertinya semakin kehilangan mood. Dengan tiba-tiba Michael menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Kalau kamu sangat keberatan, silahkan turun," kata Michael serius.

Dia tidak mau bekerja di samping orang yang terpaksa bersamanya. apalagi dengan suasana hati yang buruk seperti Hera sekarang.

Hera menoleh, dia tidak menyangka bosnya malah serius marah.

"Turun," kata Michael lagi.

"Pak, saya tidak bermaksud..."

"Saya profesional, Hera, saya tidak membutuhkan karyawan sepertimu yang..."

"Pak, saya minta maaf" kata Hera, menyela ucapan Michael, "saya tidak bermaksud untuk,, maksud saya... saya..."

Hera tidak tahu harus mengatakan apa. Dia sudah berjanji pada Rama untuk menolak segala bentuk apapun jika itu menyangkut 'pergi dengan Michael' sekalipun urusan pekerjaan.

Tapi, Hera tidak mungkin mengatakan itu pada Michael. Hera yakin, saat ini Rama sudah tahu jika dia pergi dengan Michael. Memang tadi Hera tidak memberitahu suaminya itu karena takut Rama akan menjegal kepergian mereka.

"Ada alasan bagus kenapa kamu bersikap begini?" Tanya Michael.

Hera menggeleng, "saya cuma sedang agak lelah mungkin," katanya.

Tapi, Michael tahu kalau kalau Hera berbohong.

"Baik, jadi kamu masih mau lanjut atau pulang?" Tanya Michael.

Hera menghela nafas, dia mengangguk, dia akan mengurus Rama di rumah nanti saja, "kita riset aja pak, sebelum hari semakin sore," kata Hera.

Michael mengangguk dan kembali menginjak pedal gas.



------
End
------

Jangan lupa jejaknya yah,,, makasih,,, semoga di berikan semangat nih karena lagi down banget 😅😅

Salam sayang dari Wiwi 😘😘😘


Be Happy √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang