Eps 4

3.9K 189 0
                                    

*****

Michael memandang ayahnya dengan kesal, seenaknya saja dia akan di kirim keluar kota untuk mengurus client di sana, dan dia di wajibkan membuat si client merasa senang sehingga tidak jadi memutuskan kerja sama yang sudah lama mereka bangun.

"Are you kidding me, sir?" Desis Michael mendelik tajam.

"Ayah tidak bercanda, team sudah menyiapkan keperluan untukmu, jadi kamu tinggal berangkat, gampang."

"Anda..." Michael geram, dia beranjak meninggalkan ruangan ayahnya.

Michael kembali ke ruangannya dan melihat Hera sedang meletakan sesuatu di mejanya.

"Ermm...ini dari..." Wanita itu gugup karena melihat ekspresi Michael yang tidak bagus sama sekali.

"Keluar," kata Michael dingin, dia duduk dan memejamkan matanya.

Dia benar-benar marah.

"Apa anda mau kopi?" Tanya Hera yang masih betah di sana.

Michael membuka matanya, "saya bilang keluar, apa kamu tuli?" Geram Michael.

Hera mengerjap, dia berdiri di sana selama sedetik sebelum akhirnya melangkah keluar.

"Kenapa dia?" Tanya Guntur saat melihat Hera keluar dari ruangan bos seperti habis melihat hantu.

Hera menggeleng, masih linglung, wanita itu duduk di mejanya dan meraih apa saja yang dekat dengan tangannya, untuk mengalihkan fokus.

Kabar tentang keberangkatan Michael keluar kota sudah santer terdengar, beberapa ada yang senang, karena orang menyebalkan seperti dia pergi juga walau cuma sementara. Tapi, beberapa lagi ada yang memekik merasa kehilangan.

Satu hari sebelum keberangkatan, Michael menyuruh Hera ke ruangannya menjelang jam makan siang.

Hera berdiri, menunggu apa yang ingin di katakan Michael.

"Kamu akan ikut dengan saya besok," cetus Michael lugas.

Hera mengerjap, dia tidak yakin dengan pendengarannya, tapi Michael terlihat serius sekali saat mengatakan itu.

"Pak? Tapi, saya..."

"Apa kamu pikir saya akan menerima segala alasan kamu menolak?" Sela Michael dingin.

Dia merasa tersiksa dengan segala rutinitas kantor, apalagi di tambah dia harus menyenangkan orang lain, dia tidak bisa.

Jadi, Michael malah berniat mengajak orang lain untuk 'menderita' bersama dengannya.

Dan dia memilih Hera Ariani.

"Pak, saya...keluarga saya..."

"Kalau kamu tidak bisa profesional, kamu bisa resign," sela Michael lagi.

Hera melotot marah, "bagaimana bisa Anda mengatakan hal itu dengan mudah?!" Seru Hera di ujung kesabarannya.

Walaupun terkejut dengan reaksi Hera, Michael berusaha tenang. Dia cukup kaget ada orang yang melawannya begitu.

Hera membuang nafas, dia berusaha meredam emosinya karena pria di depannya itu. Dia juga tidak mau di pecat.

"Maafkan saya, Pak," kata Hera lagi, alis Michael naik sekian inchi, "saya...akan ikut," Hera menghela nafas pasrah.

Michael mengangguk, "baiklah, sebagai dispensasi, kamu saya ijinkan pulang cepat, untuk bersiap karena besok kita harus berangkat pagi-pagi," kata Michael datar.

Hera mengangguk, tanpa mengatakan apapun dia meninggalkan ruangan Michael dan terus pulang.

Oh, apa yang akan di katakan suaminya nanti?

Saat makan malam, tentu saja Rama sudah mendengar kabar bahwa Hera akan pergi keluar kota dengan Michael. Cuma berdua. Selama dua hari.

Rama kesal, tapi dia tidak berani protes.

"Aku tidak mau pergi," kata Hera, dia berniat menyampaikan bahwa perjalanan bisnis itu juga membuatnya kesal.

Rama tersenyum, "tapi kamu harus pergi, aku tidak apa-apa kok, Rena bisa ke rumah neneknya selama aku di kantor," kata Rama.

Hera tersenyum, suaminya sangat baik dan pengertian. Dia beruntung memiliki Rama sebagai suaminya.

"Makasih yah..." Kata Hera, Rama cuma mengangguk.

Keesokan harinya tahu-tahu Michael sudah ada di depan rumah Hera saat wanita itu keluar dengan Rama.

Michael tidak turun dari mobil, dia cuma membuka kaca jendela, "masuk!" Katanya singkat.

Rama menahan marah, Hera menggenggam tangannya.

"Aku pergi dulu, nanti aku telpon kalau sudah sampai di sana," kata Hera.

Rama beralih memandangnya dan tersenyum, "hati-hati," kata Rama, dia mencium pipi Hera sebelum masuk ke mobilnya sendiri.

Michael mendengus menyaksikan adegan itu, dia menatap Hera tidak sabar, "masuk!" katanya lagi.

Hera menghela nafas dan masuk ke mobil bosnya itu setelah sebelumnya memasukan koper ke bangku belakang.

"Kalian mesra sekali," olok Michael.

"Karena kami saling mencintai," sahut Hera kesal.

Michael mendengus, dia menginjak pedal gas dan meninggalkan tempat itu.

Setelah perjalanan selama kurang lebih empat jam, mereka sampai ke kota Bandung, Michael menuju hotel yang sudah di siapkan oleh perusahaan.

Hera berpikir, andai saja dia kesana dengan suaminya, pasti akan sangat menyenangkan, dengan Rena juga, ah, belum apa-apa Hera sudah merindukan mereka.

Hera mundur selama Michael bercakap-cakap dengan resepsionis, dia menelpon Rama.

"Iya, aku baru sampai hotel, pak Michael lagi ngurusin kamar," kata Hera, dia juga sambil memandang bosnya yang masih sibuk entah apa.

"Kamu hati-hati, aku was-was, bagaimanapun dia pria," Rama sebenarnya sudah mengatakan itu semalam.

Dia tidak rela Hera melakukan perjalanan bisnis dengan Michael. Dengan pria manapun juga dia tidak rela, tapi dia mencoba percaya pada istrinya.

"Iya, aku tahu, kamu juga tahu kalau aku..." Hera menghentikan ucapannya karena sekarang Michael berdiri tepat di depannya dengan tatapan tidak suka, Hera berdehem, "Ram, udah dulu yah, nanti aku telpon lagi," Hera langsung menyimpan ponselnya.

"Rumah tangga kalian sangat harmonis," ejek Michael.

Hera diam. Dalam hati dia berpikir, kenapa bos nya terlihat seakan tidak suka. Sejak pagi komentarnya sangat tidak enak di dengar.

"Ayo, bawa barangmu ke kamar," kata Michael dingin.

Hera mengangguk dan mengikuti langkah pria itu.

Untunglah ada dua kamar. Sejak tadi Hera sudah was-was karena masalah kamar itu.

Hera tidak tahu, jika sebenarnya perusahaan cuma menyediakan satu kamar, karena memang awalnya cuma Michael yang pergi. Tapi, selagi Hera menelpon Rama tadi, Michael sedang memesan kamar tepat di sebelah kamarnya untuk Hera.

Michael mengantar Hera sampai depan kamarnya.

"Istirahat, nanti jam dua kita harus pergi," kata Michael singkat.

"Tapi, ini sudah jam sebelas, boleh saya keluar? Saya lapar..." Ujar Hera blak-blakan.

Michael mendengus, "awas kalau tersesat, kembali sebelum jam dua," katanya.

Hera tersenyum dan mengangguk senang. Dia bisa jalan-jalan dengan tenang tanpa di gerecoki Michael selama beberapa jam.



------
End
------

Be Happy √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang