Eps 8

3.1K 174 3
                                    

*****

Rama diam saja, sikapnya dingin, bahkan sejak saat makan malam kemarin. Sekarang mereka sarapan bertiga, tapi Rama seakan tidak sedang bersama istri dan anaknya.

Hera memandang cemas ke arah Rama. Dia tahu kenapa suaminya bersikap seperti sekarang. Dia ingin menjelaskan tapi Rama malah menjaga jarak seperti ini.

Hera tidak mungkin menolak perintah Michael, dia tidak mau kehilangan pekerjaan. Selain karena Hera suka pekerjaannya, dia juga mau membantu ekonomi keluarga. Mereka bukan keluarga kaya. Rama masih harus membantu keuangan keluarga orang tuanya. Jadi, Hera sebisa mungkin untuk menutupi segala kekurangan di sana-sini.

"Ma, nanti ada pertemuan orang tua di sekolah, Mama bisa datang?" Celetuk Rena.

Hera memandang putrinya dan tersenyum, "kapan?" Tanya Hera.

"Lusa, kata Bu guru, semua di haruskan datang, Ma," kata Rena.

Lusa...adalah rapat keputusan tentang riset kemarin. Hera tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Jadi, dia melirik ke arah Rama yang masih makan dalam diam.

"Rama..." Panggil Hera.

Rama menoleh, wajahnya sangat datar dan Hera tidak suka itu. Dia hampir saja memilih Rama marah dengan berteriak-teriak daripada diam begini.

"...lusa aku ada rapat penting, bisakah kamu..."

"Aku sibuk, Hera," Rama menyela dengan ketus.

Hera diam, dia melirik Rena yang sekarang menunduk sedih.

Rama berdiri, mencium pipi Rena dan beranjak pergi lebih dulu. Tidak peduli sekalipun biasanya Hera ikut dengannya. Biasanya mereka berangkat bersama, menghemat ongkos.

"Nanti Mama usahain, sayang, Mama bakal ijin ke bos Mama," kata Hera menenangkan.

Rena mendongak penuh harap. Dia sangat ingin memperkenalkan ibunya pada teman-temannya di sekolah.

"Bener, Ma?" Rena memastikan. Hera mengangguk.

"Iya, jadi gak usah sedih. Udah yuk berangkat," ajak Hera.

Rena mengangguk antusias. Dia sangat senang. Sementara Hera tengah mencari akal bagaimana caranya meminta ijin pada Michael.

Andai saja tidak ada rapat penting, ijin itu pasti sangat mudah. Michael memang tegas, arogan dan sebagainya, tapi dia bukan pria kejam.

Setelah mengantar Rena ke sekolah, Hera langsung berangkat ke kantor. Dia sadar jika dia akan terlambat paling tidak lima menit. Tapi, bukan itu masalahnya.

Dia pikir, dia harus bicara serius dengan Rama setelah ini. Hera tidak mau masalah ini berlarut-larut.

"Hei, terlambat?" Tanya Guntur saat Hera baru saja datang dan tergesa-gesa masuk ke ruangan Michael untuk membersihkan ruangan pria itu.

Michael cuma mau Hera yang membereskan ruangannya.

"Ups!" Pekik Hera kaget, saat dia masuk sudah ada Michael di dalam, tengah berdiri di samping lemari sambil membaca dokumen.

Michael menoleh dengan alis terangkat, Hera tersenyum canggung.

"Maaf saya telat, Pak," katanya lirih.

Michael menutup dokumen di tangannya dengan kasar dan meletakannya di meja. Dia memandang wanita di depannya dengan kesal.

"Mau memberi alasan bagus?" Tanya Michael tajam.

Hera menghela nafas, "saya harus mengantar anak saya sekolah dulu tadi, Pak," kata Hera jujur.

"Saya lihat Rama sudah datang sejak tadi," cetus Michael.

Be Happy √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang