Eps 22

3K 142 4
                                    

*****

"Kamu mau menghindariku, Hera?" Tanya Michael saat dia memergoki Hera yang buru-buru pergi ketika dia masuk ke ruangan.

Hera membeku di tempatnya dan berbalik, Michael menaikkan alisnya.

"Saya...saya..."

"Sudahlah," sela Michael tidak sabar. Dia duduk di kursinya dan memperhatikan wanita yang masih mematung di pintu. "Aku sedang kehilangan akal sehatku, jadi tunggu hingga aku mendapatkan akal sehatku kembali maka aku akan berhenti menyukaimu," kata Michael lagi.

Hera mengerjap, dia tidak tahu harus mengatakan apa. Dia senang jika Michael berhenti menyukainya. Hera sudah tidak nyaman dengan pria itu, apalagi ketika mereka sendirian.

"Buatkan saya kopi, ngapain kamu masih bengong di situ?" Kata Michael kembali ke mode bos menyebalkan.

Hera mengangguk dan melangkah pergi untuk membuat kopi.

Di pantry Hera malah bertemu Yuli yang juga sedang membuat kopi. Yuli mendengus.

"Kamu memang istri yang baik, mbak," kata Yuli dengan nada menyindir.

Hera mendelik, "urus saja kopimu sendiri," sungutnya.

Yuli terkekeh, "mbak benar. Ini kopi kesukaan pacarku," katanya. Hera memutar matanya tidak peduli.

Hera meninggalkan pantry lebih dulu, dia malas berurusan dengan Yuli yang menyebalkan itu.

Saat Hera mengantarkan kopi, Michael tidak sendirian, melainkan ada Muriel di sana.

Michael memandang Hera dengan tatapan aneh. Hera paham dan langsung keluar setelah mengantarkan kopi.

Michael ganti menatap pria yang selama ini menjelma menjadi kakaknya. Michael tahu apa yang di inginkan Muriel. Tapi, Muriel juga tahu bahwa dia tidak akan mendapatkan apa yang dia inginkan dari Michael.

"Mau sampai kapan kamu terus keras kepala seperti ini, Michael?" Tanya Muriel kesal.

"Aku cuma mempertahankan prinsip," sahut Michael.

Muriel mendengus, "prinsip bisa di rubah sesuai dengan keadaan yang kita alami!" sengatnya.

Michael mengangguk setuju. Memang benar, prinsip bisa berubah kapan saja. Tapi, dia juga yakin kalau prinsipnya akan Muriel tidak akan berubah.

Michael tidak akan setuju dan bekerja sama dengan pria itu.

"Apa aku harus menggunakan cara kotor untuk membuatmu menurut?" Tanya Muriel dingin.

Michael diam. Dalam hati dia merasa was-was karena dia sudah tahu kalau Muriel bukan cuma gertak sambal.

"Apa kamu mau begitu, Michael?" Tanya Muriel lagi.

"Tidak ada yang membuatku takut di dunia ini," kata Michael.

Muriel tersenyum pongah. Dia akan mencari kelemahan adik sialannya itu dan akan membuat Michael menurut tanpa syarat.

"Kita lihat saja, Michael." kata Muriel dengan nada menantang.

Michael diam.

Muriel berdiri, merapihkan jasnya dan sekali lagi memandang Michael dan mengingatkan tentang kesepakatan yang ingin dia lakukan dengan adiknya itu kemudian dia pergi dari sana.

Michael menghela nafas. Dadanya terasa sangat sesak.

*****

Rama duduk santai di depan televisi sedangkan Rena sibuk membaca buku dongeng dengan Hera di kamarnya. Beberapa kali Rama memandang ke arah pintu kamar, dia masih bisa mendengar suara Hera yang membacakan dongeng. Rama menghela nafas.

Be Happy √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang