Eps 28

3.7K 203 9
                                    

*****

Hera menitipkan Rena pada ibunya, dia harus menghadiri acara ulang tahun Michael sekaligus perusahaan tempatnya bekerja yang di adakan di salah satu ballroom hotel berbintang di pusat kota.

Tadinya Rena memang berkeras tidak mau di tinggal, gadis kecil itu takut kalau Hera tidak akan kembali, kalau Hera akan seperti ayahnya yang tidak kembali pulang lagi. Gadis itu baru mau percaya setelah Hera mengucapkan janji untuk kesebelas kalinya.

April menawarkan diri untuk mengantar, tapi, Hera menolak. Dia bisa pergi dengan taksi karena hari sudah malam.

"Hotel Arion, pak." kata Hera pada supir taksi.

Hera menghubungi seseorang, Desi, untuk menunggunya di lobi. Tapi Desi malah mengatakan tidak bisa datang karena sedang demam. Padahal entah kenapa Hera merasa sangat gugup.

Sampai di depan hotel, jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, Hera celingukan, berharap bertemu dengan orang yang dia kenal, tapi tidak ada.

Terpaksa Hera masuk sendiri.

Ada dua orang yang menjaga ruang pesta, saat Hera datang dan menunjukan kartu undangan, barulah pintu itu terbuka, dalam hati Hera mendengus.

Dia melangkah masuk dan ternganga memandang dekorasi yang sangat menakjubkan.

Meja panjang ada di tengah ruangan dengan berbagai macam jenis kue di atasnya. Es setinggi satu meter berbentuk burung cantik mengalirkan air yang Hera duga sebagai anggur kelas bangsawan, di bawahnya ada banyak gelas yang otomatis sudah terisi anggur itu.

Hera ingin mencicipinya.

Para tamu sudah di siapkan meja masing-masing, ada nomor meja di kartu undangan tadi. Dan Hera mendapat nomor dua puluh tujuh.

Hera celingukan mencari mejanya. Rupanya tidak jauh dari hamparan karpet merah di sana. Hera tersenyum, sudah ada orang di mejanya, Hera tidak tahu siapa karena orang itu memunggunginya, memandang panggung di depan mereka.

Dan Hera kembali berdecak kagum saat melihat kue setinggi hampir dua meter di sana, perpaduan warna biru dan jingga. Berbentuk gedung pencakar langit ternama yang ada di Dubai itu.

Hera pernah mendengar saat Michael mengatakan dia suka sekali dengan gedung itu.

Hera berdehem dan duduk di kursinya, di meja itu juga sudah ada namanya di sana.

Pria itu menoleh dan Hera mengerjap beberapa kali.

"Pak Ichsan?" Tanya Hera lirih, dia sudah mendengar kabar dari nasib kakak Michael yang ini. Tentu saja, gosip itu hangat sekali di perbincangkan di kalangan para karyawan.

Ichsan menaikan alisnya dan tersenyum hangat, "halo, saya tidak tahu kalau gadis bernama Hera itu kamu," kata pria itu.

Hera hampir tertawa saat Ichsan menyebut kata 'gadis'.

"Ehm, saya Hera, pak." kata Hera gugup. Dia semakin curiga kalau yang mengatur meja adalah Michael sendiri.

"Selamat datang yah." kata Ichsan hangat. Hera mengangguk gugup. Kalau boleh memilih, dia tidak mau satu meja dengan pria ini.

Siapapun asal jangan keluarga Michael.

Untunglah Ichsan kembali memusatkan perhatiannya lagi pada panggung, sesekali Hera bisa melihat pria itu tersenyum lirih.

Hera menghela nafas, meletakan kadonya yang tidak seberapa di atas meja.

Sampai akhirnya sebuah tepukan di bahu membuatnya tersentak kaget.

Michael.

Pria itu duduk begitu saja di satu kursi yang tersisa, mengobrol dengan sang kakak dan sesekali melemparkan senyum riang pada Hera.

Be Happy √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang