***
Guntur kaget saat Hera mengatakan jika ada yang melamar Desi keesokan harinya, dia memandang ke arah Desi yang duduk di sebelahnya. Sekarang dia paham kenapa Desi diam saja di taman itu. Guntur mencoba menerima kenyataan, mungkin memang Desi bukan untuknya...
Dia akan belajar menerima hal itu.
Tapi, bullshit!! Hatinya tidak bisa dan dia malah menjadi ingin mengajak pria yang entah siapa itu untuk bertemu dan duel dengan...
Dengan apa?
Guntur memukuli kepalanya dengan frustasi, dia tidak tahu harus bagaimana. Dia tidak siap dengan situasi ini.
"Guntur?" Panggil sebuah suara. Guntur mendongak dan ternyata pria tidak waras... ehm, Michael berdiri di depannya dengan alis terangkat.
Guntur berdiri dengan sigap, "iya, pak?" Tanya Guntur, dia juga sibuk meneliti raut tidak enak dari Michael, pria itu seperti memiliki beban jutaan kilo sejak kembali masuk beberapa hari lalu.
"Dimana yang lain?" Tanya Michael.
Dalam hati Guntur mengutuk, dia tahu sebenarnya siapa yang di cari bosnya.
"Ini...masih jam istirahat pak, mungkin mereka sedang santai di suatu tempat," sahut Guntur.
Michael mengangguk, melirik meja kosong di depan Guntur dan berlalu begitu saja.
Guntur menggerutu dan kembali duduk, meratapi nasibnya yang menyedihkan.
Tapi, lagi-lagi ada yang menginterupsi, kali ini suara ponselnya. Dan Guntur mengerjap beberapa kali saat melihat nama penelpon. Dia menjawab dengan hati-hati.
"Bu..." Mendadak Guntur sangat ingin pulang dan memeluk ibunya, menangis di pangkuan wanita itu, menikmati buaian sang ibu, seperti saat masih kecil.
"Anak ibu..." Dan Guntur langsung menjadi emosional setelah mendengar panggilan itu.
Dia benar-benar ingin pulang ke rumah...
**
"Kenapa sangat mendadak? Oh, apa kamu mau menikah di sana?" Goda Hera saat Guntur menceritakan niatnya.
Guntur memutar matanya, "jangan ngaco, aku cuma kangen keluarga aja," katanya.
Hera tersenyum sendu dan mengangguk, "mereka juga pasti merindukanmu, aku titip salam sama oleh-oleh," katanya.
Guntur tertawa.
Dia pulang ke Banjarmasin, dia sudah mengambil jatah cuti selama seminggu dan semoga cukup.
Dia membutuhkan waktu untuk melupakan Desi, tidak mengirimi gadis itu pesan seperti biasanya, tidak membantunya untuk move-on. Dia harus membuat jarak untuk sementara.
**
Desi memandang ke meja itu. Meja yang sudah kosong sejak tiga hari lalu, dia menarik nafas yang terasa semakin berat saja. Ponselnya juga sudah sepi karena mendadak Guntur seolah menghilang atau sengaja menghilang, padahal dia cuma membutuhkan waktu untuk memikirkan semuanya. Memikirkan apa yang dia inginkan dan dia rasakan.
Kenapa pria itu tidak bisa bersabar sedikit saja? Kenapa malah langsung mengambil kesimpulan sendiri? Apalagi Desi juga menjadi kepikiran celetukan Hera yang mengatakan mungkin Guntur akan menikah makanya pulang kampung...
Desi merasa...aneh.
Beberapa kali Desi hampir mengirimi Guntur pesan atau menelpon pria itu terlebih dulu. Tapi, di detik terakhir dia berubah pikiran dan menyingkirkan ponselnya menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Happy √
ChickLitHera bahagia, dia mencintai keluarganya, suaminya dan anak perempuannya, dia juga mencintai pekerjaannya walaupun dia memiliki bos yang menyebalkan. Tapi, apa yang harus dia lakukan saat seseorang menghancurkan pernikahan yang selama ini dia jaga? A...