Chanyeol berdiri termenung didepan rak lemari bukunya, lelaki itu tidak bisa tidur karena insomnia dan berakhir di perpustakaan kecil dalam rumahnya.
Ruangan khusus yang isinya ada ratusan buku milik nya dan milik Guanlin tersusun rapih.
Tangan besar itu mengetuk pelan barisan buku didepaannya pikirannya melayang.
Sekedar informasi kemarin ia kembali datang kerumah mantan mertuanya. Bukan untuk berkunjung tapi untuk mengintai dan lagi-lagi hasilnya nihil. Chanyeol benar benar kehilangan akal sehatnya.
Chanyeol sudah mencari Seungwan kemanapun, ia sudah bertanya pada semua teman Seungwan tanpa terkecuali tapi tidak ada satupun yang tahu keberadaannya.
Chanyeol sudah menanyakan nya pada Junmyeon, pada Jongin sampai Sehun sekalipun. Berbeda dengan teman biasa Seungwan kalau mereka benar-benar tidak mengetahui keberadaan Seungwan sedangkan sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai keluarga itu berpura-pura menutup telinga. Tidak ada satupun dari semuanya yang mau memberitahu Chanyeol.
Jika yang mereka inginkan adalah ia yang tidak pernah bertemu dengan Seungwan, maka Chanyeol rela untuk tidak bertemu dan bertatap wajah dengan wanita itu secara dekat. Tapi setidaknya biarkan ia mengetahui keberadaan Seungwan biarkan ia melihat wanitanya walau hanya dari kejauhan, Chanyeol hanya ingin memastikan jika Seungwan hidup dengan baik ia ingin menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri.
Ia tahu kesalahannya fatal tapi apakah salah untuk diri Chanyeol meminta maaf? Setidaknya mereka bisa memberikan dirinya satu kesempatan.
Hubungan Chanyeol dengan Seulgi dan Joohyun pun semakin renggang, istri Jongin dan Junmyeon adalah dua orang yang termasuk sangat membencinya setelah keluarga Son.
Chanyeol berjalan menyusuri rak-rak buku. Mengabsen buku yang bersusun rapi didepannya, menyebutkan tiap-tiap judul dalam hati.
Hingga tangannya terhenti pada buku yang terletak hampir diujung keberadaannya benar-benar hampir tak terjamah, terselip diantara buku buku nya yang lain.
"Eh? Kapan aku meletakkan ini disini?" dahi Chanyeol mengkerut ia baru ingat buku ini adalah buku yang ia cari bertahun-tahun yang lalu, Chanyeol tak tahu kenapa buku yang memuat segala strategi tentang pemasaran itu bisa ada disini.
Otaknya berfikir keras, bagai kaset rusak kembali mengais memori-memori lampau yang sudah terkubur, Chanyeol bahkan melupakannya. Memutarnya satu persatu secara acak.
Flashback
13 tahun yang lalu
Chanyeol terlihat sempurna dengan setelan kasual. Kemeja abu berpadu dengan rompi sweater berwarna hitam serta celana kain sutera berwarna senada dengan kemejanya turut membungkus kaki jenjang lelaki itu.
Tangannya dimasukkan kedalam saku matanya menerawang keluar jendela yang mana hanya ada langit gelap yang terlihat. Hatinya risau, beberapa pertanyaan berputar dalam otaknya seperti ; Benarkan sekarang sudah sebelas tahun aku bersamanya? Apakah keputusanku sudah benar? Dan lain lain.
Hingga sebuah pelukan menyadarkan lelaki Park itu, untuk beberapa sekon tubuhnya menegang. Ia hanya diam, tidak membalas ataupun menolak Chanyeol meresapi tiap-tiap sentuhan yang perlahan melonggar. Seungwan bersandar dipunggungnya.
"Kak?! Selamat ulang tahun pernikahan! Terima kasih karena sudah bersamaku, masih mempercayaiku terima kasih karena sudah terlahir dan menjadi pendampingku. Maaf jika selama ini aku belum bisa memberikanmu sesuatu yang berarti."
Chanyeol menutup matanya lama tangannya terangkat menyentuh lembut punggung tangan yang melingkar dipinggangnya, ia meringis mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Seungwan. Untuk yang kesekian kalinya Chanyeol merasa seperti manusia yang paling brengsek didunia. Berfikir, mengapa Tuhan begitu kejam menuliskan takdirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
sunset. || wendy chanyeol sehun ✔
FanfictionKeberadaan Seungwan bagaikan matahari kepergiannya seperti matahari tenggelam, terlihat indah dimata Chanyeol. Namun keindahannya hanya sesaat dan sekarang dalam kegelapan malam Chanyeol benar-benar merindukan hangat serta cahaya yang dulu selalu ad...