"Hyung?!" Renjun setengah memekik mendapati wajah Guanlin tiba tiba muncul dilayar monitor interkom rumahnya. Tentu saja, bagaiamana ia tidak kaget kemarin mereka berkirim pesan seperti biasa tapi Kakak nya ini tidak pernah sekalipun menyinggung kedatangannya kesini tiba tiba saja muncul didepan rumahnya seperti sekarang.
Tanpa pikir panjang Renjun segera membuka pintu dan berlari kecil menuju pekarangan. Pagi ini Renjun berencana akan lari pagi disekitaran komplek sebelum pergi ke gereja handuk kecil bahkan sudah tersampir dilehernya sepatu sport yang dibelikan Guanlin saat ia ke Korea beberapa bulan yang lalu juga sudah terpasang rapi.
"Hyung?!" yang lebih pendek segera menarik Guanlin untuk masuk kedalam pelukannya. "Kenapa tiba-tiba muncul seperti hantu heh?"
"Hei!"
"Ahahahaha mian~ Hyung kenapa tidak bilang mau kesini?" Renjun kemudian melepas pelukan mereka.
"Hanya ingin membuatmu terkesan, agar kau selalu ingat bagaimana aku datang untuk pertama kali ke Canada hehe." lagi-lagi lengkung indah itu terlukis disana.
Renjun menatap Guanlin dari ujung rambut sampai ujung kaki, masih tak percaya apakah yang sekarang berdiri didepannya adalah sang kakak.
"Berhentilah menatapku seperti itu Injun."
"Aku masih tak percaya kau sekarang disini Hyung!" "Boleh aku mencubitmu untuk membuktikan jika ini bukan mimpi?"
"Hei!" Dan gelak tawalah yang selanjutnya menjadi sahutan untuk Guanlin, ah rupanya menggoda kakaknya menyenangkan ya?
"... Kkkkk, bercanda hyung." jika itu adalah tujuan Guanlin maka orang itu sukses! Ya! Renjun sangat terkesan. Lihatlah kakaknya ini hadir pagi pagi sekali lengkap dengan baju serta celana olah raga membungkus kaki jenjangnya, benar-benar tahu apa yang akan Renjun lakukan pagi ini —Renjun berfikir Guanlin menjemputnya untuk lari pagi bersama.
Dan hei! jangan lupakan sepatu kembar mereka! sekarang Renjun merasa ia dan Guanlin layaknya si kembar Jihoon Hyung dan Woojin Hyung.
"Hyung akan jogging bersamaku ya?"
"Tidak aku mau menemui Mama. Jangan terlalu percaya diri." Guanlin mengangkat paper bag dalam genggamannya kemudian menjulurkan lidahnya meledek Renjun. Kaki jenjangnya melenggang santai menuju rumah mini malis tingkat dua dengan warna putih gading itu diikuti sang adik yang menggeram kesal disebelahnya.
Orang bumi sebelah mana yang bertamu dengan baju seperti itu huh? Pikir Renjun.
"Salahkan selera fashion hyung yang melenceng. Mana ada orang bertamu dengan celana pendek serta kaos olahraga seperti ini? Dipagi buta pula! Aku baru tahu kalau seleramu benar-benar buruk Hyung. Ckck yasudah aku mau pergi dulu—"
Baru Renjun ingin berbalik Guanlin tiba-tiba mencekal lengannya lantas mempiting leher Renjun diantara tangan dan tubuhnya menyeret yang lebih muda tanpa menghiraukan rengekan Renjun yang mengaduh kesakitan —Guanlin yakin itu tidaklah separah yang terlihat— dalam himpitannya.
"Mulut mu ini ya. Aku baru pertama kali kesini aku bahkan tersesat tadi bukannya menyambutku dengan benar bertanya kapan aku datang, malah terus mengejek."
"Ya. Siapa suruh sok superior huh? coba saja bilang aku kan bisa menjemput Hyung dibandara."
"Hyung~ lepas~ aku mau pergi." Renjun mengeluarkan aegyonya disana, ugh Guanlin harus ekstra sabar menghadapinya. Ia membayangkan jika saja Renjun adalah bocah sekolah dasar pasti akan lebih menggemaskan.
Alih-alih melepaskan yang lebih tua malah makin mempererat apitannya "Tidak akan, ini hukuman untukmu bocah." balasnya diselingi kekehan kecil. Sesekali memberi Renjun pelajaran tak apa kan? Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
sunset. || wendy chanyeol sehun ✔
Fiksi PenggemarKeberadaan Seungwan bagaikan matahari kepergiannya seperti matahari tenggelam, terlihat indah dimata Chanyeol. Namun keindahannya hanya sesaat dan sekarang dalam kegelapan malam Chanyeol benar-benar merindukan hangat serta cahaya yang dulu selalu ad...