Lama keduanya dalam keadaan seperti itu langit biru pun sudah berubah menjadi jingga bercampur gelap, Chanyeol sudah lebih tenang sekarang banyak hal yang ia pertimbangkan dalam kurun waktu itu sampai pada akhirnya Seungwan melepas pelukan mereka.
Disana, di pipi indah yang dulu miliknya itu jejak-jejak sisa air mata masih membekas keping indah yang sebelumnya berwarna jernih bersih sekarang terlihat memerah namun ada yang berbeda, lengkungan dibibir menjadi lebih lebar dari pertama kali Chanyeol menemuinya disini Seungwan terlihat seperti lebih 'lepas' dari terakhir kali keduanya bertatap wajah.
"Kak-" Seungwan mengambil selembar sapu tangan dari sakunya menyerahkan katun kecil berukuran 10x10 cm itu pada lelaki didepannya.
"A-ah tidak perlu Wan." Chanyeol menolak halus lengan Seungwan.
"Jangan seperti itu kau membuatku menjadi semakin buruk." sahut wanita itu dengan nada bergurau "Terimalah sebagai tanda pertemanan kita." sambungnya sembari tersenyum kecil. Entah bagaimana Seungwan tidak tahu perasaan mencekam saat bersama Chanyeol yang selama ini membelenggunya meluap hanya dalam beberapa jam.
'Secepat ini kenyataan menghantamku kembali?' batin Chanyeol miris mencoba tersenyum jemari kokohnya meraih katun berwarna pastel coral keluaran rumah mode terkenal Inggris itu dengan ragu.
"Terima kasih." Chanyeol mengusap wajahnya menggukan katun itu Seungwan bangkit menatap lekat kearah sungai didepan mereka membuat Chanyeol turut mengikutinya mengambil tempat disebelah Seungwan tangan besar itu masih menggenggam katun biru pemberian Seungwan pandangannya jatuh kebawah, tanah coklat.
Sebelumnya Chanyeol membayangkan rumahnya akan kembali 'hidup' setelah ini, menjadi riuh seperti halnya kediaman keluarga Jongin melakukan hal hal kecil yang bisa mengakrabkan sebuah ikatan keluarga seperti mengobrol, bercanda, menonton film ataupun sekedar meminum teh bersama.
Tetapi angan hanyalah angan selamanya Seungwan tak akan kembali dalam dekapannya percikan kecil tentang harapannya hari ini harus pupus untuk selamanya, Seungwan menolaknya telak.
Chanyeol tidak mengindahkan ataupun mengamini.
Untuk sekarang ia hanya ingin melihat Seungwan tersenyum lengkung indah yang sudah belasan tahun tak ia temui serta hazel coklat yang dulu selalu memberikan kehangatan untuknya, semuanya masih sama.
Haruskah penantiannya berhenti disini? "Bahagia- aku tidak tahu apakah sekarang waktu yang layak untuk kusebut dengan kebahagiaan, aku hanya merasa nyaman dan damai."
Genggaman Chanyeol pada katun bewarna pastel itu kian mengerat. 'Sebanyak apa luka yang telah ku torehkan padamu sayang.'
"Aku minta maaf dengan hatiku yang terdalam jika pilihanku menyakitimu. Aku hanya tidak ingin membuat Sehun terluka lagi." Suaranya lembut terdengar tulus.
Chanyeol mulai mengingat apakah dulu ia pernah meminta maaf setulus ini saat perlakuannya menyakiti Seungwan? Jawabannya tidak...
Ia semakin menjadi bahkan didetik terakhir sebelum Seungwan membawa langkahnya keluar rumah Chanyeol tidak pernah meminta maaf atas perbuatannya ia merasa tertampar dan sekarang ia tersadar entah setan apa yang merasukinya hingga seperti ini.
"Semoga kakak bahagia, sekali lagi maaf untuk semuanya dan maaf aku harus pergi sekarang."
Apakah kau akan membiarkannya pergi begitu saja? Kau hanya diam disini? Bodoh! kau membuatnya meminta maaf atas hal yang tidak pernah ia lakukan! Kau membuatnya menangis! Dan kau masih dengan congkaknya menyalahkan orang lain atas keserakahanmu?! Dimana letak hatimu Park Chanyeol?! Sisi lain dalam jiwanya berteriak sarkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
sunset. || wendy chanyeol sehun ✔
FanfictionKeberadaan Seungwan bagaikan matahari kepergiannya seperti matahari tenggelam, terlihat indah dimata Chanyeol. Namun keindahannya hanya sesaat dan sekarang dalam kegelapan malam Chanyeol benar-benar merindukan hangat serta cahaya yang dulu selalu ad...