"Ma boleh aku menanyakan sesuatu?"
"Hm?" tangan Seungwan menepuk pelan lengan Renjun yang kini tengah meringkuk disamping dengan bermodalkan pahanya sebagai bantalan.
"Kenapa Mama memaafkannya?"
Seungwan menoleh alis nya tertaut. "Siapa Injun?"
"Ayahnya Guanlin Hyung-" cicit yang lebih muda hati-hati, matanya menarik diri dari keping onix diatas. Renjun dapat mendengar helaan nafas dari Mama kemudian bukan hanya tepukan ditangan yang ia dapatkan tapi juga elusan-elusan kecil pada surainya.
"Appa. Renjun." tekan Seungwan pada setiap katanya.
"Ayah, dia ayahmu juga Injun." tambahnya mempertegas kalimat sebelumnya.
"Injun merasa asing... rasanya aneh menyebut kata itu untuk orang selain Sehun Appa."
Renjun tidak pernah berkenalan secara resmi dengannya mereka bahkan hanya pernah bertemu sekali saat Renjun pulang les dulu, hari dimana orang itu akhirnya mengetahui keberadaan dirinya juga Mama untuk pertama kali. Lalu tiba-tiba sekarang semua orang menuntutnya untuk lebih dekat dengan dia. Orang itu bahkan tidak menunjukkan usaha lebih untuk memperbaiki hubungan mereka lantas untuk apa Renjun repot-repot memperbaikinya?
Seungwan memejamkan mata sejenak lantas beralih pada televisi dengan chanel tv kabel asal negaranya, ia merasa bersalah sekarang. Dia telah membuat Renjun asing pada ayah kandungnya sendiri, Seungwan sadar sejauh apa imbas dari kegoisannya pada pola pikir anaknya. "Maafkan Mama karena tidak pernah membawamu pada Appa, maaf karena mama selalu membatasimu selama kita di Korea. Maaf Injun-ah." lidahnya kelu, jujur sekarang ia tidak hanya merasa bersalah pada Renjun tapi juga Chanyeol.
"Ma, Injun tidak suka ya mama mengiba seperti ini untuk hal yang bahkan bukan salah Mama. Selama ini Injun tidak pernah merasa kalau Injun dibatasi. Injun bersyukur Injun punya Mama."
Benar, Renjun tak pernah sekalipun merasa dibatasi. Saat di Korea kemanapun Renjun ingin pergi Seungwan tak pernah melarangnya kan? Mungkin ya kadang jika tidak berangkat dengan transportasi umum Renjun akan diantar oleh Doyoung hyung —supir Sehun.
Seingatnya Mama hanya tak pernah membahas tetang 'dia' lagi selama beberapa tahun belakangan. Ya, lebih tepatnya sejak ia mulai beranjak remaja hingga sekarang. Bukannya membatasi.
Dan tentang ibunya yang tak pernah memperkenalkan dia secara langsung dengan orang itu, Renjun tak mempersalahkannya lagi sekarang. Mungkin dulu ia akan sangat marah dan merajuk ketika Mama terus mengatakan ribuan alasan mengapa 'dia' tak hadir bahkan disaat hari ulang tahun nya sekalipun tapi saat ia beranjak dewasa Mama sedikit demi sedikit memperjelas situasi yang dialami mereka.
Renjun kemudian paham Mama bukannya tidak ingin tapi beliau tidak bisa.
Mengembalikan kepercayaan ataupun menyembuhkan luka bukanlah perkara mudah. Itu tidak akan sembuh dalam waktu singkat, luka batin yang seperti itu mungkin akan terus tersimpan didalam memori Mama.
Renjun memutuskan untuk tidak membahasnya lagi. Sehun bilang yang membuat ibunya selalu nampak tak nyaman ketika mereka pergi ke Seoul karena wanita itu takut Renjun akan meninggalkannya.
Konyol memang, mana mungkin Renjun meninggalkan Mama hanya karena orang seperti itu namun mengingat hanya dia harta berharga sang ibu Renjun kemudian maklum. Setelah ia mengetahui dengan pasti apa yang terjadi pada keluarganya Renjun semakin yakin untuk tidak melibatkan 'orang itu' lagi dalam kehidupannya, Renjun tidak akan memanggilnya lagi. Menyerah. Dia bahkan tidak perduli dengan mereka selama belasan tahun lamanya lantas untuk apa Renjun harus perduli?
Ia tidak akan memaafkan selama Mama masih tidak merasa nyaman begitu mereka menikmati waktu di Korea. Renjun sakit setiap melihat Mama yang terkadang menangis dimalam hari, menyalahkan diri sendiri karena ulah orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
sunset. || wendy chanyeol sehun ✔
FanfictionKeberadaan Seungwan bagaikan matahari kepergiannya seperti matahari tenggelam, terlihat indah dimata Chanyeol. Namun keindahannya hanya sesaat dan sekarang dalam kegelapan malam Chanyeol benar-benar merindukan hangat serta cahaya yang dulu selalu ad...