24

1.9K 233 6
                                    

Throwback

Hari ini cuaca benar-benar bersahabat sangat berbeda dari pagi sebelumnya tidak ada awan mendung ataupun hujan menyapa saat Seungwan membuka matanya.

Seperti biasa rutinitasnya setelah merapikan kamar serta mengecek keberadaan Sehun juga Renjun, Seungwan akan pergi kedapur menyiapkan sarapan.

Ah jika kau melihat sekarang memang ada yang tidak biasa, uhm ya! Biasa kau akan menemukan Sehun turut berkutat dengan penggorengan atau sekedar mengoceh hal tak penting dikursinya maka hari ini hanya ada Seungwan, senyap tidak ada suara obrolan hanya detingan spatula yang bergesekan juga desiran sup mendidih yang menemani.

Sehun masih setia dengan dunia mimpi sedangkan Renjun anaknya itu mengirimi pesan pagi-pagi sekali mengatakan kalau ia akan lari pagi disekitaran komplek, jadi setelah mengecek kamar Sehun Seungwan pun beralih ke dapur Seungwan enggan mengganggunya Sehun nampak pulas wajahnya juga terlihat lelah tidak di Toronto tidak disini lelaki itu sama sibuknya jadi saat Sehun mendapatkan libur panjang seperti ini Seungwan tidak mau mengganggu waktu istirahatnya.

Sebagian besar menu sudah matang dan tertata diatas meja hanya tinggal menunggu sup matang, Seungwan mengaduknya perlahan kemudian mengangkat sayuran untuk mengecek kembali kadar kematangannya. Dirasa cukup ia mengangkat sup lantas menatanya disaat yang bersamaan Sehun datang dengan nyawanya yang masih belum terkumpul sepenuhnya.

Seungwan tersenyum tipis menaggapi "Sudah cuci muka kah?"

"Hm." Sahut yang lebih tinggi sekenanya mengusap kembali kelopak matanya yang terasa berat meski sudah diguyur air, seraya berjalan menuju kursi yang biasa ia tempati.

"Yasudah kalau begitu habiskan sarapan ini, lalu mandi dan temani aku ke mall ya?" Seungwan menyajikan mangkuk nasi tepat didepan Sehun.

"Huh?"

"Renjun bilang Woojin rindu bunggeoppang buatanku dan yah sekalian berkunjung."

Mulutnya bekerja untuk melahap nasi pandangannya tak pernah lepas barang sedikit dari wanita itu otaknya dipaksa bekerja sepagi ini, haruskah Sehun mengatakan apa yang telah ia lakukan pada ponsel Seungwan tempo hari?

"Sudah lama aku tidak minum teh dirumahnya."

"Uhm." sahut Sehun sekenanya.

Seungwan mendudukan diri kemudian memakan sarapannya dalam diam dan Sehun sibuk dengan pikirannya membuat keheningan akhirnya meraja.

Terus bimbang apakah harus membawa Seungwan langsung atau dirinya saja yang akan datang menemui orang itu.

Ini berat tapi terlepas dari semua persoalan yang ada setidaknya Seungwan harus tau pesan yang ia kirim melalui posel wanita itu "Wan-ah."

Seungwan mengalihkan atensinya pada Sehun, lelaki itu nampak serius seperti bukan Sehun saja.

"Heumm?" senyum lembut ia berikan tangannya meletakkan sepotong kecil cumi diatas sedok nasi milik Sehun mengacuhkan atmosfer dingin yang dihidupkan lelaki itu.

"Sebelumnya maaf, tadi malam aku-" Sehun memulai ceritanya nampak hati-hati memilah kata dan Seungwan diseberangnya benar-benar antusias mendengarkan ia bahkan menumpu dagu diatas tangannya yang tertaut sampai pada akhirnya, "Aku membaca pesan milik Chanyeol hyung." Ekspresi Seungwan berubah drastis raut keterkejutan tercetak jelas disana.

"Ap-apa?" Suaranya bergetar. "Sehun-ah maaf... aku- aku tidak bermaksud menyembunyikan itu aku hanya tidak mau kau khawatir, jangan salah paham. Aku sudah memblok nomornya kok. Maaf Hun maaf..." cicitnya Seungwan merunduk Sehun menangkap rasa bersalah dari pancaran keping coklat itu.

sunset. || wendy chanyeol sehun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang