"Ma~"
"Hm?" Seungwan mengambil setangkai cuttonbut dari tempatnya, beberapa waktu lalu Renjun datang mengetuk pintu kamarnya merengek ingin dibersihkan telinga seperti biasa dan sekarang anak itu sudah siap merebahkan kepalanya dipangkuan Seungwan.
"Injun tidak malu eh sudah besar telinganya masih mama yang bersihkan?"
"Malu apanya? Sebelum aku mengenal mereka kita sudah melakukan kebiasaan ini jadi mereka tidak punya hak untuk mengejekku memang siapa mereka?" Mata Seungwan beralih menatap teduh Renjun dipangkuannya merasa bersyukur memiliki anak seperti dia, Renjun bagai berkah yang tak terhingga dalam kehidupannya.
Benar kata Sehun tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ia tahu sebesar apa cinta anaknya ini padanya Renjun tidak akan tega meninggalkannya tapi kenapa rasanya selalu resah kalau memikirkan kemungkinan akan bertemu dengan orang itu? Entahlah.
"Bahkan jika Injun dibelahan ujung dunia sebelah kiri dan mama ada dibelahan sebelah kanan Injun akan tetap pulang kerumah, hanya mama yang boleh membersihkan telingaku." Sambung Renjun tangannya memainkan tali piyama sang ibu sedangkan Seungwan sudah berkutat dengan telinga Renjun membersihkan cuping nya dengan baby oil.
"Em baiklah-baiklah."
Hening kembali menyelimuti, keduanya tenggelam pada fikiran masing masing. Besok adalah hari keberangkatan mereka Renjun memutuskan untuk ikut bersama ayah dan ibunya itu. Nampak ragu menyerukan tujuannya turut serta pergi ke Seoul.
"Ma—" Pada akhirnya Renjun angkat bicara, tangan sang ibu tetap pada kegiatannya seungwan berdeham kecil sebagai jawaban.
"Ma Injun akan bertemu Guanlin hyung nan—ti tak apakan?"
Seungwan tersentak menatap gusar pada sang anak dalam pangkuannya, Renjun mengangkat wajahnya menarik diri untuk duduk menghadap ibunya, memegang tangan Seungwan. Benarkan? Kenapa rasanya sangat sulit untuk bersikap biasa saja terhadap orang-orang itu!
Seungwan sadar betul siapa yang Renjun sebut, tinggal belasan tahun di Toronto tidak serta merta membuatnya menutup mata dan telinga sepenuhnya tentang segala informasi mengenai mantan suaminya itu setidaknya mengenai siapa nama anak yang hadir dan menyebabkan kekacauan dalam hidupnya.
"Injun-ah." Suara Seungwan terdengar mengiba.
"Ma injun mohon injun hanya ingin mengucapkan terima kasih untuk pemberiannya—"
"Pemberian siapa Injun-ah." Seungwan memotong cepat, ia harusnya siap dengan segala kemungkinan dimasa depan tentang Renjun yang bukan hanya miliknya sendiri, Chanyeol juga punya hak atas anak mereka tapi Seungwan ingin egois untuk kali ini, Renjun adalah poros hidupnya satu-satunya harta yang paling berharga didunia ini.
Ia selalu mengatakan pada Renjun untuk jangan menyimpan dendam pada ayahnya sendiri tapi disaat bersamaan jiwanya yang lain berontak, mengatakan apa yang telah ia tanamkan pada pikiran anaknya adalah salah.
Dan sekarang pada nyatanya tindakannya sangat bertolak belakang dengan apa yang telah ia ajarkan.
"G-guanlin hyung, Ma." genggaman tangan kian mengerat kala retina sang ibu mulai bergetar. "Sampai kapan mama hidup dalam ketakutan seperti ini, Injun menyayangi mama Injun akan berada disamping mama sampai kapanpun. Injun hanya ingin mengucapkan terima kasih padanya. Tidak lebih."
Seungwan menunduk menutup matanya, benar kata Renjun sampai kapan ia akan hidup seperti ini dibelenggu oleh rasa takut yang tak berdasar.
Memikirkan kembali semuanya, sudah waktunya untuk Seungwan berhenti mengekangnya.
Renjun terlalu baik untuk menjadi penghianat sepertinya, kita mendidiknya bersama kau tahu sebesar apa kasih sayangnya padamu. Percaya Wan, cukup tanam kata itu dalam hatimu percayakan semuanya pada Renjun. Kata-kata Sehun kembali terngiang bagai mantra yang menenangkan. Inilah saatnya, Seungwan berucap dalam hati mencoba meyakinkan kembali hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
sunset. || wendy chanyeol sehun ✔
FanfictionKeberadaan Seungwan bagaikan matahari kepergiannya seperti matahari tenggelam, terlihat indah dimata Chanyeol. Namun keindahannya hanya sesaat dan sekarang dalam kegelapan malam Chanyeol benar-benar merindukan hangat serta cahaya yang dulu selalu ad...