Malam pun tiba hari ini seperti biasa saat jam sudah menunjukan pukul delapan malam waktunya Sehun, Seungwan dan Renjun pulang setelah seharian penuh berada di Eṭarnal Paripūrṇate.
Ah ini hari yang berharga bagi Sehun, ia tidak pernah menyangka hari seperti ini akhirnya datang dalam kehidupannya. Sesaat setelah kejadian tadi siang Sehun berkata akan memberikan bonus pada semua pekerja Seungwan atas rasa syukurnya. Tangannya pun tidak pernah lepas sejak mereka memasuki mobil buatan Jerman yang Sehun beli dua tahun yang lalu itu. Tidak perduli sudah berapa kali Seungwan meminta untuk melepaskan genggamannya.
"Hun bisa tolong lepaskan genggamanmu sebentar aku sedang mengecek laporan pengeluaran."
"Bukannya sudah kubilang lakukan itu saat kita sudah sampai dirumah Wan."
"Tidak, kupikir ada satu kertas rincian yang tertinggal dimeja, aku harus mengeceknya segera mumpung kita tidak terlalu jauh."
"Ah baiklah~" jawab Sehun akhirnya, Renjun hanya mendengus dibelakang dia seperti boneka saja sekarang hanya bisa menyaksikan kemesraan ibu dan ayahnya didepan. Bohong jika perasaannya tidak bahagia Renjun sama senang nya seperti Sehun, ibunya tidak pernah mengatakan jika akan menerima ayahnya dan saat ia mengetahui berita bahagia itu entah kenapa Renjun ikut terharu. Renjun selalu memimpikan keluarga yang sempurna selama ini. Kehadiran Sehun memang seperti ayah dalam kehidupannya, tapi Sehun juga punya batasan-batasan tertentu sebagai dua insan yang tidak terikat dalam hal apapun, pria dewasa itu hanya melakukan kontak fisik seperti berpegangan tangan atau berpelukan. Jika menginap dirumah mereka pun kalau tidak tidur dikamarnya maka Sehun akan tidur dikamar tamu atau jika ada sesuatu yang menarik ditelevisi ia akan terlelap di sofa ruang keluarga.
Renjun iri setiap kali Mark -kakak tingkatnya yang merangkak sebagai sahabatnya itu- bercerita tentang bagaimana ia tidur bertiga saat ia takut petir sewaktu kecil, atau saat dimana Woojin dan Jihoon hyungnya bercerita tentang surprise ulang tahun pernikahan kedua orang tua mereka. Dan yang lebih utama Renjun ingin punya saudara seperti Woojin hyung dan Jihoon hyung atau seperti Hyunjin hyung dan Yujin walau sepertinya keinginan terakhir sukar untuk direalisasikan tapi Renjun akan terus meminta sampai keduanya bosan dan mengabulkannya, Renjun tersenyum kecil membayangkannya.
"Ah rincian pembelian daging yang tertinggal." jemari lentik itu beberapa kali memilah kertas dalam pangkuannya dan hasilnya tetap sama, kurang satu dan itu laporan pembelian daging untuk dua bulan kedepan.
"Kenapa tidak mengeceknya di sana tadi?"
"Entahlah, putar balik sekarang Hun, aku harus mengirim berkas ini besok."
"Dasar ceroboh." tangan Sehun tergerak untuk mengucak pucuk kepala wanita disampingnya dan sebelah tangannya ia pergunakan untuk membanting setir.
***
"Kalian tunggu disini sebentar, aku tidak akan lama." Seungwan berucap sebelum akhirnya memasuki area depan Eṭarnal Paripūrṇate.
Dari luar dapat dilihat restoran yang dipenuhi oleh banyak pengunjung semua meja hampir terisi penuh, Chris, Eisha dan Vernon yang merupakan pelayan untuk bagian shift malam pun hilir mudik mencatat pesanan pelanggan.
Seungwan masuk dengan senyuman mengembang diwajah cantiknya, Felix yang berdiri dibalik meja kasir turut membalas saat mendapati mata sang pemilik mengarah kepadanya.
Seungwan mengedar pandangan kesamping kiri dan kanan mengecek apakah pelanggan menikmati pelayanan yang diberikan hingga akhirnya pandangannya terhenti pada satu meja mata coklat yang begitu ia kenal, manik itu seakan menguncinya, untuk apa orang itu ada disini?! Dari sekian banyak tempat makan di Toronto kenapa ia duduk disini dengan menu buatannya tertata rapi dimeja?!
KAMU SEDANG MEMBACA
sunset. || wendy chanyeol sehun ✔
FanfictionKeberadaan Seungwan bagaikan matahari kepergiannya seperti matahari tenggelam, terlihat indah dimata Chanyeol. Namun keindahannya hanya sesaat dan sekarang dalam kegelapan malam Chanyeol benar-benar merindukan hangat serta cahaya yang dulu selalu ad...