Angin dingin kota Seoul menemani dua orang yang terduduk di rooftop malam ini. Dalam hidup Hanbin ia memiliki sifat yang tidak ingin mencampuri urusan orang lain, tapi untuk urusan Lana itu berbeda baginya. Ia sudah telanjur masuk ke dalam hidup gadis itu, meskipun ia belum mengenal jauh tentang Lana.
"Dia meninggalkan keluarga ku saat dalam kondisi yang menyedihkan. Saat itu adalah masa terberatku." Lana membuka suara.
Hanbin yang berada di sampingnya hanya diam untuk mendengarkan apa yang dikatakan gadis itu.
"Ibuku sakit saat itu. Tapi dia justru meninggalkan rumah dan memilih pergi untuk jalang di luar sana" Lana berusaha meluapkan semua apa yang ingin dikatakan.
"Dia pergi dan tak pernah kembali. Aku dan kakak ku berusaha mencari keberadaannya saat itu. Ibuku yang sedang sakit selalu memanggil namanya. Bahkan aku rela berbohong pada ibuku dengan mengatakan bahwa ia sedang pergi untuk bekerja demi menyembuhkan penyakitnya. Aku benar – benar merasa marah saat suatu hari aku menemukannya bersama wanita lain. Sebelumnya aku sudah mengetahui bahwa ia memang bermain di belakang ibuku semenjak aku masuk sekolah menengah, tapi aku tidak ingin memberitahu ibuku karena takut ia akan sedih. Aku pernah memohon padanya agar ia pulang untuk menemui ibu sebentar tapi itu adalah permohonan yang tidak akan pernah ia gubris. Sejak saat itu aku dan kakak ku benar – benar bekerja dengan keras agar ibu kami sembuh dan saat ibu kami telah sembuh aku berusaha memberitahunya bahwa ia sudah pergi meninggalkan kita dan memilih hidup dengan jalannya sendiri. Ibuku benar – benar sedih waktu aku memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi aku berusaha meyakinkannya bahwa kita bisa hidup tanpa keberadaannya. Aku berusaha keras dengan band ku untuk debut agar memiliki banyak uang dan terkenal hingga aku bisa menunjukan pada laki – laki itu bahwa aku bisa sukses tanpa kasih sayangnya sebagai ayah, itu lah cara balas dendam ku kepadanya. Tapi saat berhadapan dengannya kemarin aku merasa hancur. Dia datang dengan tenang tanpa mengakui dosa yang telah ia lakukan. Bahkan ia menghapus jejak kehidupannya dulu dengan mengganti namanya menjadi Lee Min Jae, seharusnya namanya adalah Park Min Jae. Aku benar – benar kecewa dan marah hingga aku memiliki rasa ingin menghancurkannya saat itu juga. Aku hanya belum siap melihatnya" Raut wajah Lana benar – benar memperlihatkan kekecewaan yang besar.
"Kau sudah berjuang dengan keras, tunjukkan padanya bahwa kau memang bisa berdiri tanpanya. Aku mengerti kau benar – benar kecewa dengannya. Aku akan melakukan hal sama jika aku menjadi dirimu. Tapi aku tidak akan menyiksa diriku sendiri seperti cara mu kemarin, tidak tidur, tidak makan, mabuk di club. Jika aku jadi dirimu aku akan bekerja lebih keras dan menunjukkan hasilnya tepat dihadapannya seolah – olah kau berkata padanya 'kehadiranmu tidak ada pengaruhnya untukku. Lihat sekarang aku jauh lebih sukses dari apa yang kau bayangkan'. Kau harus belajar untuk berdamai dengan dirimu sendiri" Hanbin menanggapi cerita Lana.
Dipegangnya kedua tangan gadis itu dengan erat dan ditatapnya mata gelap yang ada di depannya "Jangan menanggung semua beban itu pada dirimu. Kau juga berhak untuk bahagia dan merasa senang"
"Aku bahkan lupa untuk cara untuk berbahagia, entahlah.. seperti perasaan ku sudah mati dan terkubur jauh di dalam sana" mata Lana masih menunjukkan kesedihan.
"Ada banyak orang yang membutuhkanmu, kau berharga Lana. Jangan berkabung untuk waktu yang lama. Jika kau mau kau bisa berbagi beban itu denganku, aku tidak akan keberatan"
Lana menatap mata Hanbin dan menemukan ketulusan akan ucapannya.
"Terima kasih"
"Hm? Untuk ?" tanya Hanbin bingung.
"Terima kasih untuk mau mendengarkan cerita ku yang menyedihkan" ucap Lana. Dalam benak nya banyak sekali ucapan yang ingin dikatakan Lana pada Hanbin, tapi hanya kata – kata itu saja yang mampu keluar dari mulutnya.
"Semua orang pasti punya cerita menyedihkan dan itu adalah hal yang normal"
Senyum kecil timbul di bibir Hanbin, hal itu membuat rasa hangat menjalar pada hati Lana.
"Berjanjilah berbagi beban dengan ku dan berjanjilah untuk tidak menyikiti dirimu lagi" Hanbin tidak melepaskan pegangan tangannya pada gadis itu.
Terima kasih telah mengajarkanku untuk mencintai diriku sendiri, terima kasih untuk menunjukkanku betapa indahnya langit Seoul saat musim dingin, terima kasih karena kau mau menggenggam tangan ku disaat aku benar – benar terpuruk, terima kasih untuk semua yang telah kau perbuat, Kim Hanbin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain in Melody ✔
FanfictionYG entertaiment dengan band. Serta seorang perempuan menjadi leadernya. Apa yang kalian bayangkan? This is the first story i made. Ide nya dateng gitu aja secara tiba-tiba. Mohon maaf bila ada kekurangan dalam cerita ini. Enjoy