30

88 7 0
                                    

Lana memutuskan untuk menemui Hanbin hari ini. Ia hanya ingin menanyakan tentang kerjasama itu. Ia hanya ingin mendengar cerita dari Hanbin langsung. Sekarang ia sedang menunggu Hanbin di rooftop agensi. Sudah hampir sepuluh menit ia menunggu Hanbin. Entah kenapa jantungnya berdetak tidak normal, padahal ia hanya akan menemui Hanbin. Bertemu Hanbin seharusnya ia merasa senang, tapi untuk kali ini berbeda. Rasa senang dan khawatir menjadi satu. Sudah berkali-kali pula ia menghembuskan nafasnya untuk menghilangkan kegugupannya.

Ia mengambil ponsel nya dan memilih memainkan game yang ada di dalamnya. Setidaknya dengan bermain game rasa gugup itu akan hilang pikirnya.

"Kau sudah lama menunggu?" suara khas Hanbin terdengar pada indra pendengaran Lana.

Gadis itu mengalihkan pandangan dari ponselnya menuju ke sumber suara. Rasa gugup dalam hatinya semakin menjadi-jadi.

"Tidak, aku juga baru sampai"

"Ada apa? Kenapa kau mengajakku bertemu disini?" tanya Hanbin.

"Tidak apa-apa aku hanya ingin menemui mu disini, aku hanya ingin melihatmu"

Lana merasa hatinya seperti tercubit sakit. Nada suara Hanbin yang berubah, tidak ada tautan tangan Hanbin kali ini. Biasanya jika mereka bertemu Hanbin akan selalu menggandeng tangannya.

"Hanya itu?" tanya Hanbin lagi.

"Ya. Aku hanya ingin melihat pacarku sendiri. Apa kau keberatan?" Lana masih belum berani menanyakan tentang kerjasama itu.

"Aku sedang sibuk, kalau kau hanya ingin melakukan itu sama saja kau membuang waktuku"

Ucapan Hanbin membuat hati Lana mencelos. Ini adalah pertama kalinya Hanbin mengatakan hal seperti itu padanya.

"Jika ini sudah selesai aku pergi dulu" Hanbin melangkahkan kakinya menjauh dari Lana.

Namun tiba-tiba langkahnya terhenti setelah Lana memanggil namanya.

"Kim Hanbin"

"Apa kau akan menuliskan lirik untuk Dahyun? Kenapa kau tak menceritakan itu padaku?"

Hanbin membalikkan badannya.

"Ya. Aku akan menuliskan lirik rap untuknya. Apa semua yang kulakukan harus kuceritakan padamu? Ini pekerjaan ku Lan, setidaknya kau harus mengerti untuk itu" suara Hanbin sungguh dingin.

Tangan Lana mengepal hebat, ia berusaha menahan sakit hatinya.

"Ah iya. Kau benar. Seharusnya aku harus mengerti itu. Kau adalah seorang produser maka dari itu kau diminta membantunya. Maafkan aku menanyakan hal tidak penting ini, maafkan aku mengganggu waktu sibukmu. Semoga perkerjaan mu lancar" ucap Lana sembari menepuk bahu Hanbin pelan, setelah itu Lana memilih pergi dari hadapan Hanbin.

Ia tidak bisa menahan itu semua. Tangisnya pecah setelah turun dari rooftop. Ia berjalan menuju studionya dan mengunci studio itu rapat-rapat.

Hanbin yang melihat kepergian Lana hanya bisa menatap punggung gadis yang ia sayangi itu menjauh. Ia merutuki dirinya sendiri telah berbicara seperti itu pada Lana.

Kau sungguh kasar dan bodoh, kata-kata itulah yang memenuhi isi kepalanya sekarang.

Ia bisa melihat raut sedih di wajah Lana saat gadis itu berbicara dengannya tadi. Hanbin tidak tega melihat Lana seperti itu, ia berusaha untuk tidak berlari ke arah Lana dan memeluknya. Sungguh Hanbin tidak bermaksud untuk melakukan itu semua, tapi ia harus melakukan itu demi kebaikan Lana.

---

Lana kembali ke dorm dengan wajah yang benar-benar hancur. Mata sembab, hidung memerah, bibir pucat, rambut kusut. In Ho yang sedang berada di dorm sendirian saat itu hanya bisa melihat kawannya dengan diam, ia mengamati apa yang sebenarnya terjadi pada Lana.

Pain in Melody ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang