35

84 8 0
                                    

Lana membuang napasnya kasar. Pertemuan dengan produser yang notabene ayahnya menguras semua pikirannya. Pemberitaan tentangnya sedang ramai diperbincangkan. Semua sorot mata media dan netizen seolah mengikutinya tiap saat. Berbagai macam gunjingan, support memenuhi akun sosial media Lana.

"Aku tidak tau apa yang anda pikirkan hingga mengakui dosa yang anda perbuat ke media. Tapi semua ini membuatku semakin lelah" ucap Lana.

"Maafkan ayah" laki-laki paruh baya itu hanya terduduk lesu.

"Berhenti menyebut dirimu ayah ku. Aku muak mendengarnya. Ketika aku sudah setenar ini kau baru mengakui kesalahanmu, apa yang sebenarnya anda pikirkan Tuan? Kau ingin menghancurkan karir ku, atau ingin mendompleng ku?" kata-kata pedas keluar begitu saja dari bibir Lana. Lana menghujam ayahnya tanpa ampun, semua emosi nya dikeluarkan begitu saja.

"Ayah tidak pernah ada maksud seperti itu. Ayah menyesal MinJi-ah, ayah ingin kembali pada keluarga kita, ayah ingin keluarga kita kembali utuh"

"Keluarga yang utuh ? sebegitu gampangnya kau ingin kembali setelah membuat luka yang begitu besar pada ibu demi Kim Ye Won itu" Lana teringat ibunya yang hancur.

"Ayah sungguh menyesal. Maafkan ayah. Ayah sadar Kim Ye Won bukanlah orang yang baik, ia adalah dalang dari semua ini juga dalang dari Hanbin yang memutuskan hubungannya denganmu"

Lana terkejut mendengar pernyataan yang ia dengar.

"Apa maksudmu?"

"Dia memberi ancaman pada Hanbin. Dia ingin melihatmu hancur karena ia benar-benar membencimu MinJi-ah, ia mengancam jika Hanbin tidak membuat hatimu hancur maka foto kencan kalian akan tersebar. Hanbin yang mendapat ancaman itu akhirnya memenuhi permintaannya, Hanbin tidak ingin karir mu hancur dengan berita kencan itu"

Lana terdiam mendengar penjelasan ayahnya. Hatinya mencelos mendengar Hanbin melakukan itu semua untuk dirinya.

"Aku ingin masalah ini segera selesai. Agensi ku memerintahkanku untuk segera mengadakan konferensi pers. Kuharap anda tidak pergi lagi untuk kabur dalam masalah ini. Jika kau ingin kembali pada ibu, kembalilah jangan menyakitinya lagi tapi jangan berharap aku akan memaafkanmu Tuan" ucap Lana lalu beranjak dari tempatnya.

Pikiran Lana melayang pada Hanbin. Ia memikirkan Hanbin sekarang, hatinya kalut. Kenapa Hanbin merelakan hubungan mereka? Kenapa Hanbin tidak menceritakan apapun padanya? Kenapa Hanbin memendam semua itu sendirian? Ia merasa bersalah dengan Hanbin dan yang dipikirkannya sekarang adalah ia harus menemui Hanbin sekarang juga.

----

Lana menekan tombol bel apartemen di depannya menunggu pintu tersebut terbuka. Ia menunggu tapi belum ada tanda-tanda seseorang akan membukakan pintu itu, Lana memutuskan untuk menekan tombol bel lagi.

"Ndee..." suara dari dalam apartemen itu terdengar, dalam hitungan detik pintu apartemen itu terbuka.

"Oh. Lana-ya... Kau mencari siap—"

"Oppa, dimana Kim Hanbin?" Lana memotong ucapan Yunhyeong.

"Ya! Kau datang tanpa memberi salam dan langsung saja mencari Hanbin"

"Dimana dia?" Lana mengulangi pertanyaannya yang belum terjawab. Yunhyeong yang melihat Lana seperti itu mengetahui bahwa Lana sedang dalam keadaan yang serius dan tidak bisa diajak untuk bercanda sekarang.

"Dia masih di studio kurasa" ucap Yunhyeong.

"Ah. Begitu, baiklah. Terimakasih" pundak Lana turun mendengar jawaban Yunhyeong. Lana melangkahkan kakinya pergi dari apartemen itu.

"Lana-ya!" teriak Yunhyeong memanggil Lana kembali.

"Ya?"

"Apa kau tak ingin menunggunya? Kurasa setelah ini dia akan pulang karena tadi ia mengatakan bahwa ia tidak akan pulang larut"

Ucapan Yunhyeong membuat Lana bergeming di tempatnya. Ia bimbang, apa ia harus menunggu atau kembali ke dalam apartemennya? Pikirannya kembali ke alam sadar saat Yunhyeong menarik tangannya untuk segera masuk kedalam apartemen.

"Eh?" Lana kaget melihat Yunhyeong menarik tangannya.

"Sudah lebih baik kau menunggunya datang saja disini. Tunggulah ia di kamarnya, kamarnya ada di sebelah sana" tunjuk Yunhyeong ke arah kiri.

"Kau sungguh lama memikirkan jawabanku tadi dan aku benar-benar mengantuk. Daripada aku menunggu jawabanmu itu maka dari itu aku menarikmu. Sudah ya... aku akan kembali ke kamarku. Masuklah saja ke kamarnya langsung. Aku akan mengabarinya setelah ini agar ia cepat pulang" ucap Yunhyeong seraya mendorong tubuh Lana agar segera masuk ke dalam kamar Hanbin.

Entah mengapa hati Lana berdegup kencang saat ingin memasuki kamar Hanbin. Tangannya meraih kenop pintu lalu membuka pintu itu pelan. Kakinya melangkah masuk kedalam kamar Hanbin. Aroma khas Hanbin menyeruak pada indra penciuman Lana, aroma inilah yang Lana rindukan. Matanya menyapu seluruh sudut ruangan kamar bernuansa abu-abu itu. Kakinya melangkah lebih dalam, lalu ia terduduk di tepi tempat tidur Hanbin. Ia membayangkan apa saja yang dilakukan Hanbin di kamar ini, terdapat laptop di meja kecil sebelah tempat tidur Hanbin. 'Pasti dia membuat lagu juga disini' pikir Lana.

Sesuatu benda menarik perhatian Lana. Ia berjalan menuju lemari putih yang setinggi pinggangnya. Diatas lemari itu terdapat beberapa foto terjajar dengan rapih. Dilihatnya foto itu satu persatu, terdapat foto keluarga Hanbin, dari ibunya, ayahnya, dan foto Hanbyul yang banyak. Lana tersenyum melihat foto Hanbyul saat masih bayi. Ia teringat pertemuannya dengan Hanbyul seusai konser YG family kala itu, apa kabar dengan Hanbyul sekarang? Anak itu pasti tetap menggemaskan.

Pandangan matanya terhenti saat melihat foto nya juga ikut terjajar di tempat itu, tidak hanya satu foto tetapi terdapat banyak fotonya disitu. Foto – foto candid Lana yang diambil diam-diam oleh Hanbin tanpa sepengetahuannya. Fotonya tersenyum saat menaiki komedi putar, fotonya saat melihat keluar kaca bianglala, dan foto-fotonya yang lain. Yang paling menarik perhatiannya adalah foto polaroid yang di dalamnya terdapat Lana yang sedang merangkul Hanbin, Lana ingat foto itu diambil saat pembuatan film dokumentari YG ent. Lana tidak menyangka Hanbin akan menyimpannya, ia membalikkan foto polaroid itu dan menemukan tulisan tangan disana 'Foto pertama ku dengannya. Jantungku berdegup sangat kencang' senyum Lana yang mengembang tiba-tiba hilang. Cairan bening pada pelupuk matanya turun tanpa komando darinya. Ia terisak, ia mengingat semua memori nya dengan Hanbin.

"Lana-ya"

Lana menoleh kearah suara yang memanggilnya. Ia melihat Hanbin yang tengah berdiri diambang pintu kamarnya. Air matanya mengalir tambah deras saat melihat Hanbin di depannya.

Hanbin yang melihat Lana terisak segera melangkahkan kakinya ke arah Lana lalu memeluk gadis itu.

"Maafkan aku" ucap Lana disela isakannya.

"Seharusnya aku tidak berpikiran negatif tentang mu. Kenapa kau mengorbankan dirimu sendiri untukku?" Lana melanjutkan ucapannya, tubuhnya bergetar masih terisak.

"Sstttt.... aku tidak apa-apa" ucap Hanbin mengusap punggung Lana memberikan ketenangan pada gadisnya itu.

Lana melepaskan pelukan Hanbin.

"Kau tidak baik-baik saja. Kenapa kau tidak menceritakan itu dari awal padaku?"

"Aku tidak ingin membebanimu lagi, yang kau alami saat itu sudah sangat berat" tangan Hanbin menggenggam tangan Lana.

"Aku tidak ingin hubungan kita berakhir" ucap Lana menatap mata Hanbin.

"So do i, mengakhiri hubungan kita adalah hal terburuk yang pernah kulakukan" Hanbin mengusap pelupuk mata Lana yang basah berusaha menghapus semua air mata yang dikeluarkan oleh gadisnya itu. Ia merindukan saat-saat seperti ini, saat dimana ia bisa merengkuh tubuh Lana dan mencium aroma tubuh Lana yang sudah lama tidak merasuki indra penciumannya. 

Pain in Melody ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang